Monday, September 3, 2018

My Mate (MM) Part 19 ~RiFy~

 "Bagaimana Ray" tanya Mario begitu Ray selesai memeriksa kondisi Alyssa. Ray tersenyum lalu mengangguk menenangkan.


"Kondisi, Luna sudah semakin membaik Alpha. Hanya saja saya sarankan agar, Luna tidak turun dari ranjang dulu untuk beberapa hari ini karena itu akan membuat, Luna kelelahan dan tentu saja jika itu terjadi akan berdampak pada kandungan Luna" jelas Ray dan Mario hanya mengangguk paham.


"Dan Pastikan pola makan dan asupan makanan Luna di jaga Alpha" tambah Ray setelahnya.


"Terimakasih, Ray" ucap Alyssa membuka suara.


"Sama-sama Luna. Jika begitu saya permisi" ucap Ray lalu menunduk hormat sebelum keluar dari kamar.


"Kau menginginkan sesuatu, Hon?" tanya Mario sembari mengecup puncak kepala Alyssa yang kini tengah bersandar di dadanya.


Alyssa menggeleng sebagai jawaban.


"Mario?" panggil Alyssa


"Hmm, kenapa sayang?"


"Aku tidak merasakan keberadaan, Ares. Apa itu tidak apa-apa?" tanya Alyssa mendongakkan kepalanya menatap Mario.


Gemas, Mario mengecup kilas bibir Alyssa yang masih tampak sedikit pucat.


"Tidak apa-apa, Hon. Nanti Ares akan muncul kembali jika kondisimu sudah membaik. Untuk saat ini kau memang tidak bisa berbagi tubuh dengan Ares" jelas Mario penuh perhatian.


"Kau pernah mengalaminya?"


"Mengalami apa?"


"Kehilangan, Stev didalam dirimu?" tanya Alyssa.


"Tentu saja" jawab Mario tersenyum.


"Benarkah?" Alyssa tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya dan duduk di pangkuan Mario hingga kini posisi mereka berhadapan.


"Pelan-pelan, Hon" ucap Mario memperingatkan. Istrinya ini, jika tidak di ingatkan suka ceroboh.


"Jadi, kapan Stev menghilang dari dalam dirimu?" tanya Alyssa tak memperdulikan peringatan Mario.


"Kenapa memangnya, Hon?" tanya Mario menggigit hidung mancung Alyssa.


Ahh, kenapa yang ada di dalam diri Alyssa semua menggemaskan.


"Aku ingin tahu. Karena sekarang, Ares juga tidak ada didalam fikiranku" tanya Alyssa.


Lihatlah. Jika sudah seperti ini, Alyssa bahkan tidak memperdulikan sama sekali apa yang ia lakukan.


"Beberapa hari yang lalu, ketika kau kritis" jawab Mario yang dihadiahi kerutan tanda bingung dari Alyssa.


"Saat aku kritis?"


"Ya"


"Bagaimana bisa?"


"Karena saat itu adalah saat dimana aku berada di keadaan yang paling buruk dan lemah" jawab Mario lalu menarik Alyssa dan memeluknya erat.


"Jangan pernah ulangi lagi, Hon. Aku bisa mati jika kau seperti itu lagi." lirih Mario dengan tubuh kembali bergetar. Bayangan Alyssa yang terbaring dengan mata terpejam kembali memenuhi pikirannya.


"Aku tidak apa-apa, Mario. Aku masih disini. Bersamamu"


-siskahaling-


Jessi melangkah Takut-takut memasuki kamar utama di pack yang begitu di takuti ini. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Louis datang dan memberitahu jika Alyssa memanggilnya.


"Tidak apa-apa, Jess. Luna sudah menunggumu" ucap Louis dengan senyum menenangkan. Dan Jessi hanya mengangguk ragu sebagai jawaban.


Pintu di buka oleh dua pengawal penjaga. Dan Jessi mengambil nafas beratnya sebelum meyakinkan diri untuk masuk kedalam.


"Permisi, Luna" cicit Jessi Takut-takut.


"Kau sudah datang?" Alyssa tersenyum lalu melambaikan tangannya meminta Jessi untuk mendekat 


"Kemarilah, Jess. Aku sudah menunggumu"


Jessi melangkah ragu-ragu. Lalu memilih berdiri tepat di samping ranjang Alyssa.


"Duduk, Jess" pinta Alyssa menepuk ranjang yang memiliki space untuk duduk.


"Kau tidak apa-apa?" tanya Alyssa begitu Jessi sudah duduk di samping ranjangnya.


"Sebelum aku di bawa, Sivia. Aku melihatmu terhempas dengan begitu keras ke dinding, Jess. Dan itu semua karena aku" ucap Alyssa dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa ia mudah sekali merasa sensitif semenjak sadar dari masa kritisnya.


Jessi menggeleng "Tidak, Luna. Seharusnya saya yang minta maaf. Andai saja saya bisa datang lebih cepat pasti, Luna pasti tidak akan mengalami hal mengerikan yang nona Sivia rencanakan"
Jessi menunduk. Rasa bersalah itu kembali timbul di hatinya.


"Luna sudah tidak apa-apa?" tanya Jessi


"Tidak, aku sudah tidak apa-apa"


"Terimakasih, Jess." ucap Alyssa tulus


"Dan aku mau kau mengantikan posisi, Sivia. Jadi kau harus selalu menemaniku jika, Mario sedang tidak bersamaku"


"Dan, Sivia memanggilku Alyssa, bukan Luna. Jadi kau juga harus melakukannya"


-siskahaling-


Ctarrrrr


"Arghhhh"


Suara jeritan kesakitan itu menggema di seluruh penjuru ruangan bawah tanah. Dua pria berbadan besar memegang cambuk berada di sisi kiri dan kanan seorang wanita yang kini terikat dengan posisi berdiri dan luka yang memenuhi seluruh tubuhnya.


 "Cambuk" perintah Mario dengan mata tajam menatap wanita itu penuh amarah.
Dua pria itu pun langsung menuruti perintah yang Mario ucapkan.


Ctarrrrr


 "Arghhhhh"


Tidak puas. Tidak puas rasanya jika ia tidak langsung membunuh jalang itu dengan tangannya sendiri. Tapi Mario tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa.


Mario mencengkram tangannya kuat kuat menahan gejolak membunuh didalam hatinya. Stev, serigala itu bahkan meraung begitu keras didalam pikirannya.


Tidak, ia butuh Alyssa sekarang. Ia harus memeluk tubuh istrinya itu untuk meredam emosinya yang semakin memuncak.


Plakkkk


Satu tamparan keras mendarat di pipi Sivia hingga wajah Sivia berbelok kekiri.


"Kau......"


Plakkkkk


Tidak puas rasanya, Mario kembali menampar wajah Sivia.


"Berani-beraninya kau menyakiti istriku. Aku sendiri bahkan tidak berani menyakiti fisiknya" ucap Mario penuh penekanan. Wajahnya mengeras. Matanya memerah, tanda jika lengah sedikit saja, kontrol tubuhnya akan di ambil alih oleh Stev. Dan itu tentu saja bahaya.


Mario memejamkan matanya. Ia harus pergi sekarang. Ia harus menemui Alyssa untuk meredakan emosinya.


"Siksa jalang ini, dan jangan biarkan dia mati sebelum aku yang memerintahkannya" ucap Mario lalu beranjak dari sana.


>>>My Mate<<<
04 September 2018
@siskahaling

Thursday, August 30, 2018

My Mate (MM) Part 18 ~Rify~

Mario, pria itu sedikitpun tidak beranjak dari posisinya yang kini tengah duduk di sebelah ranjang Alyssa. Sudah tiga hari setelah sadarnya Mario, Alyssa belum juga membuka matanya dan itu cukup membuat Mario nyaris seperti orang gila. Mario tidak melakukan apapun selain menggenggam erat tangan Alyssa dengan mengucapkan maaf berkali-kali.


Segala urusan yang ada di pack pun tidak Mario hiraukan. Bahkan Zeth sendiri yang harus turun tangan untuk mengurusnya. Tentu saja tidak terlalu sulit bagi Zeth karena Mario belum banyak melakukan perubahan kepemimpinan dan peraturan di pack. Masih sama dengan peraturan seperti kepemimpinannya dulu saat menjadi Alpha.


"Sayang....." lirih Mario putus asa. Tangannya menggenggam erat jemari Alyssa dan menumpukan dahinya di sana. Sudah Tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia sendiri bahkan belum bisa menggunakan kekuatannya untuk memulihkan Alyssa karena Mario juga merasa tubuhnya semakin hari semakin tak bertenaga. Bagaimana mungkin ia bisa tenang jika kondisi mate-nya masih terbaring dengan mata tertutup seperti ini. Karena seorang Alpha begitu tergantung dengan Luna-nya. Begitu pun sebaliknya.


"Permisi Alpha" ucap Louis menunduk sopan meski Mario sama sekali tidak menggubrisnya.


"Maaf Alpha, tuan Zeth sudah menunggu anda di penjara bawah tanah. Hukuman untuk nona Sivia harus segera dilaksanakan"


Genggaman tangan Mario mengerat di tangan Alyssa begitu mendengar nama Sivia. Nama yang membuat emosinya memuncak akhir-akhir ini. Sialan! Wanita brengsek itu kenapa tidak langsung mereka hukum mati saja.


"Jalang itu masih hidup?" ucap Mario tak bisa menyembunyikan geraman marah dinadanya. Tangannya semakin menggenggam jemari Alyssa. Ia membutuhkan kontrol tubuhnya saat ini. Dan satu-satunya yang bisa melakukannya adalah Alyssa.


"Maaf Alpha, kami semua menunggu perintah dari Alpha untuk hukuman nona Sivia"


Mario mengangguk paham, memang untuk segala hukuman yang akan dijalankan di pack adalah atas perintah seorang Alpha.


"Kalau begitu siksa wanita itu sampai iya melonglong meminta ampun. Jangan sampai wanita itu mati sebelum Alyssa sadar. Aku ingin Alyssa melihat kematian wanita itu" ucap Mario dan Louis hanya mengangguk mengerti sebelum akhirnya ia menunduk dan beranjak dari sana.


"Wanita itu..." Mario menelan salivanya berusaha menahan air matanya yang siap menetes kapan saja ia berkedip.


"Kau harus melihat kematiannya sayang, kau harus bangun dan melihat bagaimana wanita itu akhirnya mati secara perlahan karena sudah membuatmu seperti ini"


Mario menunduk dan air mata itu akhirnya menetes dari kedua netra hazel yang sudah tidak mampu lagi menahan laju air matanya.


"Bangun, Hon. Aku bisa mati jika kau terus seperti ini"


 Semua orang akan tahu betapa menyedihkannya seorang Mario saat ini. Terisak hebat sembari menggenggam tangan wanita yang masih saja terpejam seakan tak menyadari betapa menderitanya Mario karena keadaannya.


Mario menggigit bibir dalamnya, tangannya yang menggenggam jemari Alyssa bahkan bergetar menahan tangis. Ini sangat menyakitkan. Bahkan Stev pun tak dapat ia rasakan lagi keberadaannya karena lemahnya tubuhnya saat ini sehingga ia tidak bisa berbagi tempat dengan Stev.


Hingga akhirnya, gerakan ringan dari jari Alyssa menyentak Mario. Membuat jantung Mario bergemuruh hebat dengan tangan yang semakin bergetar.


"Ray!! Cepat kemari brengsek!"


-siskahaling-


Mario tak henti-hentinya mencium jemari Alyssa yang ada di genggamannya sambil melontarkan kata terimakasih yang tak ada habisnya.


Tadi begitu ia memanggil Ray dan Ray memeriksa keadaan Alyssa. Wanita itu sempat membuka matanya walaupun beberapa detik setelahnya mata itu terpejam lagi.


Tidak apa-apa. Tidak apa-apa walaupun Mario hanya melihat sekilas mata bulat yang ia rindukan itu terbuka. Begitu ia mendengar penjelasan dari Ray jika Alyssa sudah melewati masa kritisnya dan Alyssa kembali tertidur karena kondisinya masih lemah, membuat dada Mario membuncah bahagia.


Alyssa sudah di pindahkan ke kamar mereka. Tidak ada lagi alat bantu pernapasan dan alat alat penunjang kehidupan lainnya yang menempel di tubuh Alyssa. Hanya infus yang masih menempel di pergelangan tangan kiri Alyssa yang berisi cairan nutrisi Karena bagaimana pun Alyssa sedang mengandung dan bayi mereka butuh asupan nutrisi setiap harinya.


Mario memperbaiki selimut Alyssa agar tubuh Luna-nya itu tetap hangat lalu memeriksa jarum infus Alyssa memastikan infus itu masih terpasang dengan benar di pergelangan tangan wanitanya. Setelah semuanya ia pastikan aman, Mario ikut berbaring di ranjang kosong sebelah Alyssa, jujur saja tubuhnya masih terasa lemas dan ia butuh istirahat. Namun beberapa hari ini ia bahkan tidak tidur barang satu jam pun. Hanya terfokus dengan keadaan Alyssa. Kini begitu kondisi Alyssa membaik, Mario ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya di sebelah tubuh Alyssa.


"Terimakasih, Hon. Terimakasih sudah bertahan untukku"


-siskahaling-


Jantung Mario berdetak hebat begitu mengetahui Alyssa sudah tidak ada di sebelahnya. Ya Tuhan, menyesal rasanya ia memejamkan matanya jika bangun disambut dengan kekosongan di ranjang sebelahnya.


Mario menyibakkan selimutnya dan langsung memeriksa kamar mandi namun kosong Alyssa tak ada disana. Segera saja Mario melangkah tergesa menuruni tangga melingkar menuju lantai bawah.


"Louis!" teriak Mario begitu ia sampai bawah. Jantungnya bahkan kembali bergemuruh karena ketakutan.


"Iya, Alpha?"


"Dimana, Alyssa?" sergah Mario cepat tidak sabaran. Di hiraukannya keringat dingin yang memenuhi seluruh tubuhnya.


"Di rumah sakit pack Alp-"


Mario pergi begitu saja tidak memperdulikan Louis yang bahkan belum menyelesaikan ucapannya. Satu yang Mario tangkap. Rumah sakit. Astaga, apa lagi yang terjadi dengan wanitanya itu. Ia benar-benar akan mati ketakutan jika terus seperti ini.


Brakkkkk


Mario membuka kasar pintu ruang rawat khusus dan tubuhnya seketika bergetar menahan segala luapan emosi yang ada di tubuhnya. Senang, takut, marah, semua melebur menjadi satu di hatinya.


Disana, wanitanya, Alyssa, sedang duduk bersandar di ranjang dengan Manda yang tengah menyuapinya. Netra bulat berwarna coklat itu menatapnya, tersenyum begitu melihat kehadirannya.


"Hai" sapa Alyssa tersenyum dengan begitu manis sehingga sulit di tanggung oleh Mario yang masih diliputi rasa takutnya.


Mario berlari, tersandung sandung karena terlalu terburu-buru lalu meraih Alyssa kedalam pelukannya. Erat, sangat erat Mario memeluk Alyssa hingga Alyssa meringis merasakan sesak didadanya.


"Kau...." ucap Mario parau, diselingi isakan yang tidak dapat Mario Sembunyikan.


"Berhenti membuatku takut" Alyssa mengusap punggung Mario. Menenangkan pria yang tengah menangis di pelukannya.


"Aku bangun dan kau tidak ada"


Masih terisak, Mario kembali membuka suara. Persetan jika semua orang menganggapnya cengeng. Tidak ada yang tahu seberapa terguncangnya hati Mario beberapa akhir ini sehingga membuatnya mudah menangis.


"Aku disini" ucap Alyssa lalu mengurai pelukan Mario di tubuhnya.


"Bagitu aku sadar, kaki ku sulit untuk di gerakkan, dan tepat saat itu mommy masuk dan memanggil Ray. Dan Ray menyarankan untuk terapi makanya aku disini sekarang" jelas Alyssa. Mengusap puncak kepala Mario yang berkeringat.


"Kau tak membangunkanku" ucap Mario kesal tak di libatkan di sesi terapi yang baru saja Alyssa selesaikan.


"Tidurmu terlalu nyenyak, aku tak tega membangunkanmu"


Mario menghela nafas, kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alyssa. Mencari kenyamanan yang selama ini ia rindukan.


"Jangan ulangi lagi. Kau membuatku takut setengah mati, Hon"


-siskahaling-


>>>My Mate<<< 
30 Agustus 2018
@siskahaling

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523

Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.