"Bagaimana Ray" tanya Mario begitu Ray selesai memeriksa kondisi Alyssa. Ray tersenyum lalu mengangguk menenangkan.
"Kondisi, Luna sudah
semakin membaik Alpha. Hanya saja saya sarankan agar, Luna tidak turun
dari ranjang dulu untuk beberapa hari ini karena itu akan membuat, Luna
kelelahan dan tentu saja jika itu terjadi akan berdampak pada kandungan
Luna" jelas Ray dan Mario hanya mengangguk paham.
"Dan Pastikan pola makan dan asupan makanan Luna di jaga Alpha" tambah Ray setelahnya.
"Terimakasih, Ray" ucap Alyssa membuka suara.
"Sama-sama Luna. Jika begitu saya permisi" ucap Ray lalu menunduk hormat sebelum keluar dari kamar.
"Kau menginginkan sesuatu, Hon?" tanya Mario sembari mengecup puncak kepala Alyssa yang kini tengah bersandar di dadanya.
Alyssa menggeleng sebagai jawaban.
"Mario?" panggil Alyssa
"Hmm, kenapa sayang?"
"Aku tidak merasakan keberadaan, Ares. Apa itu tidak apa-apa?" tanya Alyssa mendongakkan kepalanya menatap Mario.
Gemas, Mario mengecup kilas bibir Alyssa yang masih tampak sedikit pucat.
"Tidak apa-apa, Hon.
Nanti Ares akan muncul kembali jika kondisimu sudah membaik. Untuk saat
ini kau memang tidak bisa berbagi tubuh dengan Ares" jelas Mario penuh
perhatian.
"Kau pernah mengalaminya?"
"Mengalami apa?"
"Kehilangan, Stev didalam dirimu?" tanya Alyssa.
"Tentu saja" jawab Mario tersenyum.
"Benarkah?" Alyssa tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya dan duduk di pangkuan Mario hingga kini posisi mereka berhadapan.
"Pelan-pelan, Hon" ucap Mario memperingatkan. Istrinya ini, jika tidak di ingatkan suka ceroboh.
"Jadi, kapan Stev menghilang dari dalam dirimu?" tanya Alyssa tak memperdulikan peringatan Mario.
"Kenapa memangnya, Hon?" tanya Mario menggigit hidung mancung Alyssa.
Ahh, kenapa yang ada di dalam diri Alyssa semua menggemaskan.
"Aku ingin tahu. Karena sekarang, Ares juga tidak ada didalam fikiranku" tanya Alyssa.
Lihatlah. Jika sudah seperti ini, Alyssa bahkan tidak memperdulikan sama sekali apa yang ia lakukan.
"Beberapa hari yang lalu, ketika kau kritis" jawab Mario yang dihadiahi kerutan tanda bingung dari Alyssa.
"Saat aku kritis?"
"Ya"
"Bagaimana bisa?"
"Karena saat itu adalah
saat dimana aku berada di keadaan yang paling buruk dan lemah" jawab
Mario lalu menarik Alyssa dan memeluknya erat.
"Jangan pernah ulangi
lagi, Hon. Aku bisa mati jika kau seperti itu lagi." lirih Mario dengan
tubuh kembali bergetar. Bayangan Alyssa yang terbaring dengan mata
terpejam kembali memenuhi pikirannya.
"Aku tidak apa-apa, Mario. Aku masih disini. Bersamamu"
-siskahaling-
Jessi melangkah Takut-takut memasuki kamar utama di pack yang begitu di takuti ini. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Louis datang dan memberitahu jika Alyssa memanggilnya.
"Tidak
apa-apa, Jess. Luna sudah menunggumu" ucap Louis dengan senyum
menenangkan. Dan Jessi hanya mengangguk ragu sebagai jawaban.
Pintu di buka oleh dua pengawal penjaga. Dan Jessi mengambil nafas beratnya sebelum meyakinkan diri untuk masuk kedalam.
"Permisi, Luna" cicit Jessi Takut-takut.
"Kau
sudah datang?" Alyssa tersenyum lalu melambaikan tangannya meminta
Jessi untuk mendekat
"Kemarilah, Jess. Aku sudah menunggumu"
Jessi melangkah ragu-ragu. Lalu memilih berdiri tepat di samping ranjang Alyssa.
"Duduk, Jess" pinta Alyssa menepuk ranjang yang memiliki space untuk duduk.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Alyssa begitu Jessi sudah duduk di samping ranjangnya.
"Sebelum
aku di bawa, Sivia. Aku melihatmu terhempas dengan begitu keras ke
dinding, Jess. Dan itu semua karena aku" ucap Alyssa dengan mata
berkaca-kaca. Entah kenapa ia mudah sekali merasa sensitif semenjak
sadar dari masa kritisnya.
Jessi
menggeleng "Tidak, Luna. Seharusnya saya yang minta maaf. Andai saja
saya bisa datang lebih cepat pasti, Luna pasti tidak akan mengalami hal
mengerikan yang nona Sivia rencanakan"
Jessi menunduk. Rasa bersalah itu kembali timbul di hatinya.
"Luna sudah tidak apa-apa?" tanya Jessi
"Tidak, aku sudah tidak apa-apa"
"Terimakasih, Jess." ucap Alyssa tulus
"Dan aku mau kau mengantikan posisi, Sivia. Jadi kau harus selalu menemaniku jika, Mario sedang tidak bersamaku"
"Dan, Sivia memanggilku Alyssa, bukan Luna. Jadi kau juga harus melakukannya"
-siskahaling-
Ctarrrrr
"Arghhhh"
Suara
jeritan kesakitan itu menggema di seluruh penjuru ruangan bawah tanah.
Dua pria berbadan besar memegang cambuk berada di sisi kiri dan kanan
seorang wanita yang kini terikat dengan posisi berdiri dan luka yang
memenuhi seluruh tubuhnya.
"Cambuk" perintah Mario dengan mata tajam menatap wanita itu penuh amarah.
Dua pria itu pun langsung menuruti perintah yang Mario ucapkan.
Ctarrrrr
"Arghhhhh"
Tidak
puas. Tidak puas rasanya jika ia tidak langsung membunuh jalang itu
dengan tangannya sendiri. Tapi Mario tidak bisa melakukannya. Ia tidak
bisa.
Mario
mencengkram tangannya kuat kuat menahan gejolak membunuh didalam
hatinya. Stev, serigala itu bahkan meraung begitu keras didalam
pikirannya.
Tidak, ia butuh Alyssa sekarang. Ia harus memeluk tubuh istrinya itu untuk meredam emosinya yang semakin memuncak.
Plakkkk
Satu tamparan keras mendarat di pipi Sivia hingga wajah Sivia berbelok kekiri.
"Kau......"
Plakkkkk
Tidak puas rasanya, Mario kembali menampar wajah Sivia.
"Berani-beraninya
kau menyakiti istriku. Aku sendiri bahkan tidak berani menyakiti
fisiknya" ucap Mario penuh penekanan. Wajahnya mengeras. Matanya
memerah, tanda jika lengah sedikit saja, kontrol tubuhnya akan di ambil
alih oleh Stev. Dan itu tentu saja bahaya.
Mario memejamkan matanya. Ia harus pergi sekarang. Ia harus menemui Alyssa untuk meredakan emosinya.
"Siksa jalang ini, dan jangan biarkan dia mati sebelum aku yang memerintahkannya" ucap Mario lalu beranjak dari sana.
>>>My Mate<<<
04 September 2018
@siskahaling
@siskahaling