Saturday, May 2, 2015

Scenario Of Love (SOL) Part 1 ~RiFy~

      Postingan cerbung pertama datanggggg :)
Gue bingung mau mencuap-cuap apa lagi, jadi langsung aja ya gak pake basa-basi lagi :)


Scenario Of Love
Siska Friestiani @siskahaling


       “Huftttt” ku hembuskan nafasku secara kasar, pagi ini seperti biasa aku sedang berada di dapur, rutinitas pagi ku selama dua bulan belakangan ini, sebenanya hanya masalah kecil bagiku untuk memasak, apalagi dulu bunda sering mengajarkan aku memasak, dan sekarang aku bisa sedikit bersyukur karena nyatanya itu berguna buat ku sekarang. Oh iya kita belum kenalan bukan? Aku Alyssa Saufika Umari, ah tunggu aku rasa ada yang perlu diralat aku Alyssa Saufika Haling tepatnya, bingung? Baiklah sepertinya aku memang harus sedikit bercerita pada kalian semua. Dua bulan yang lalu aku resmi menikah dengan anak dari om Haling, Mario Stevano Aditya Haling. itu sebabnya secara tidak langsung nama Haling sekarang melekat dinama belakangku. Sebenarnya pernikahan ini bukan keinginanku dan juga Rio, karena pada awalnya memang kami berdua hanya korban perjodohan kedua orang tua kami, alasannya sangat klise, orang tuaku dan orang tua Rio bersahabat dan juga mereka ingin menggabungkan dua perusahaan Umari Corp dan Haling Corp menjadi satu, dan agar mempermudah itu semua, ya tentu saja dengan menjodohkan kami berdua. So, menurut kalian apa yang harus aku lakukan? Aku dan mungkin juga Rio sudah berusaha menolak dari awal, tapi sepertinya keras kepala ayahku dan papanya Rio susah untuk dikalahkan, jadi Ya aku sekarang hanya bisa mencoba menjadi seorang istri yang layaknya seorang istri, yang menyiapkan sarapan setiap pagi, menyiapkan baju kerja setiap hari, menunggu suami pulang dari kantor dirumah, hah, sudahlah memikirkan itu membuat mood ku rusak untuk pagi ini.

        “Hah, selesai juga akhirnya, apa gue bangunin aja ya?” ucap ku bertanya sendiri, ok sepertinya sisi malaikatku saat ini lebih mendominasi hingga akhirnya ini untuk yang pertama kalinya aku membangunkan Mario Stevano Aditya Haling si manusia es, miris bukan? dua bulan menikah tidak ada yang berarti dalam rumah tangga kecil yang dibangun dengan paksaan ini.

       Langkah ku terhenti saat aku telah sampai di pintu kamar kami, tidak salah jika aku menyebutnya dengan kamar kami, karena itu memang kenyataannya, kami sepakat untuk tidak mempermasalahkan tempat tidur, kami memang seranjang dan itu tidaklah masalah, karena tidak terjadi apa-apa selama dua bulan ini. Huffftttt kenapa aku jadi ragu begini saat aku telah sampai di pintu kamar, really ini benar-benar membuatku bingung, akhirnya aku membuka pintu yang ada di hadapan ku dan melangkahkan kakiku ke dalam, sudah aku duga Rio masih tidur dengan balutan selimut hangatnya. jujur sebenarnya Rio sangat tampan menurutku, bahkan bukan menurutku saja menurut semua kaum hawa pun begitu, postur badan yang tinggi, dada yang bidang membuat semuanya ingin mengetahui betapa hangatnya saat berada di pelukan seorang Mario, wajah yang tampan, rahang yang tegas dan menambah kesan wibawanya, lesung pipinya yang akan terlihat jika dia melakukan hal-hal tertentu, senyum misalnya, gigi gingsulnya, ahh... sungguh sempurna bukan? Dan bisa di pastikan semua kaum hawa pasti ingin menjadi pengisi hidupnya kelak, bukankah aku istrinya? Berarti aku beruntung? Ah... tidak, aku hanya menyandang status istri, dan itu hanya cover bukan hatinya. jujur awalnya memang aku menguguminya, tapi melihat ternyata sikapnya yang cuek dan dingin tersebut membuat aku harus kembali berfikir untuk mengaguminya.

        “Sejak kapan loe berubah profesi dari istri menjadi petugas yang memperhatikan orang tidur?” tiba-tiba suara khas itu menyadarkan ku dari lamunan panjangku, tidak salah lagi pasti itu suara... aishhhh, bagaimana bisa Rio mengetahuinya, bahkan dari tadi membuka matapun tidak dan sekarang pun matanya masih dalam keadaan terpejam, saketika aku ingin mengubur diriku sendiri dalam-dalam di samudra atlantik karena malu, ya malu karena ketahuan memperhatikan Rio sedang dalam keadaan tidur. Lalu Rio membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur.
       
        “Dan sekarang baru beberapa menit, loe berubah profesi lagi menjadi patung hiasan kamar tidur” ucap Rio lagi semakin membuatku bungkam dan malu, ntah seberapa merah pipiku sakarang karena harus menahan malu.

        “Maaf” entah dari mana kata itu ku dapat hingga akhirnya secara tiba-tiba kata maaf yang ku lontarkan dari dua ucapan Rio tadi, aku hanya menunduk namun aku masih melirik Rio dengan ekor mataku, dapat ku lihat dia sedikit mengerutkan keningnya bingung, ya jelas saja bingung aku saja sebenarnya bingung dengan kata maaf yang barusan aku ucapkan sebagai jawaban.

        “Ck” decak Rio yang sepertinya kesal lalu bangkit dari tempat tidur dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Aku sendiri memilih melangkahkan kaki ku keluar menuju meja makan, sepertinya menunggu disana akan terlihat lebih baik dari pada seperti yang Rio katakan tadi sebagai patung penghias kamar tidur.

        Ku dengar suara langkah kaki menuruni tangga, dan benar saja Rio sudah siap dengan balutan kemeja biru muda di padu dengan jas kebanggaannya. tapi aku lihat tidak ada niatan Rio untuk ke meja makan, apakah hari ini dia tidak berniat sarapan lagi dirumah, bahkan dapat dihitung hanya dua kali Rio sarapan dirumah bersama ku, apa masakanku tidak enak hingga dia lebih memilih makan di kantor? Entahlah, tapi setidaknya tiap hari aku memasak buat diriku sendiri.

        “Rio” panggilku ketika melihat Rio memang tidak mengarah ke meja makan, Rio pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah ku.

        “Apa nggak ada niat loe buat sarapan dirumah?” tanya ku mungkin terselip nada agak memohon disana

        “Gue udah telat” jawab Rio datar sambil melangkahkan kakinya keluar rumah

        “Apa loe bener-bener nggak manginginkan pernikahan ini Yo? Setidaknya kita bisa bersikap seperti seorang teman walaupun berstatus sebagai suami istri” lirih ku lalu beranjak ke ruang keluarga untuk menonton tv, rasa lapar ku pun seakan menguap begitu saja.

RIO POV

        Ku rasa tidur ku sedikit terganggu saat ku dengar suara derit pintu kamar terbuka lalu di susul dengan derap langkah seseorang, yang sudah ku tebak itu pasti Ify yang sekarang berstatus sebagai istri ku, aku rasa Ify sudah menceritakan semuanya bukan? So, aku tidak perlu lagi menceritakan kronologis bagaimana pornikahan ini bisa terjadi, Dan ku harap Ify tidak menceritakan yang tidak-tidak tentang aku. aku rasa Ify sedang memperhatikan ku saat ini, aku tau walau mataku masih terpejam, apa yang dia lakukan dengan memandangiku? Entahlah, lalu ku putuskan untuk membungkam suara.

        “Sejak kapan loe berubah profesi dari istri menjadi petugas yang memperhatikan orang tidur?” ucapku dan aku tau dia sedikit terkejut dengan ucapanku, apalagi mata ku masih dalam keadaan terpejam, karena memang aku masih enggan untuk membuka mataku saat ini. Hening, tidak ada ku dengar Ify menjawab pertanyaan ku tadi.

        “Dan sekarang baru beberapa menit loe berubah profesi lagi menjadi patung hiasan kamar tidur” ucap ku lagi setelah membuka mata dan mengubah posisi menjadi duduk, kini dapat kulihat dengan jelas bahwa Ify sedang menundukkan kapalanya

        “Maaf” akhirnya terdengar jawaban dari bibir mungilnya, namun membuat ku sedikit bingung, maaf? Apa maksudnya?, apa dia merasa melakukan kesalahan kepada ku hingga jawaban maaf yang terlontar.

        “Ck” decakku saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 07:12, dan sepertinya aku akan terlambat, lalu memilih bangun dan melangkahkan kaki ku menuju kamar mandi.

        Aku melangkahkan kaki menuruni tangga, namun saat belum sampai di pintu suara Ify memanggilku dan mau tak mau aku berhenti dan menolehkan pandanganku ke arahnya.

        “Apa nggak ada niat loe buat sarapan dirumah?” tanyanya dan dapat tertangkap jelas olehku terdapat nada memohon disana, kalian pasti menganggap diriku brengsek karena sama sekali tidak memperdulikannya yang jelas-jelas sebagai istriku, tapi sungguh tidak ada niat aku buat melakukan itu semua, aku bahkan ingin tiap pagi sarapan bersama istriku, makan malam bersama, tapi aku gak bisa, aku melakukan ini  hanya ingin menjaga hatiku agar aku tidak semakin jatuh cinta kepadanya, gila? Ya aku tau ini gila jelas-jelas dia istriku kenapa aku takut jika jatuh cinta kepadanya, bukankah itu bagus buat hubungan rumah tangga ini? Tapi kalian harus ingat bagaimana pernikahan ini terjadi kerana perjodohan orang tua kami, awalnya aku langsung kagum saat melihat yang di jodohkan adalah Ify yang dari awal sudah memikat hati ku, postur tinggi yang hanya sebahuku, bibir mungil, rambut tergerai yang lumayan panjang dan ujungnya sedikit bergelombang, kulit putih, dan yang paling ku suka senyumnya yang sangat manis, namun sedikit rasa kecewaku saat Ify mencoba untuk menolak perjodohan ini saat itu, dan dapat ku simpulkan Ify tidak menginginkan perjodohan ini dan mau nggak mau pun aku juga harus berusaha menolaknya, dan hingga akhirnya aku memutuskan untuk bersikap cuek dan dingin ke Ify, tapi kenapa Ify selalu menunjukkan sikap perhatian kepadaku, sungguh membuatku semakin tak bisa melupaknnya.

        “Gue udah telat” jawabku sedatar mungkin dan langsung melangkah kan kaki ku keluar rumah. Sebelum keluar aku melihat sekilas ke arah Ify. Apakah dia sedih dengan sikap ku barusan? Tapi bukannya dulu dia menolak perjodohan ini?

*****

        Hari ini aku sibuk dengan semua urusan kantor, semua ini benar-benar menguras semua tenaga dan fikiranku, awalnya tidak sesibuk ini, tapi kalian harus ingat bahwa sekarang Haling Corp dan Umari Corp bernaung menjadi satu dan itu membuatku harus dua kali lebih sibuk, walaupun papa dan mertuaku masih ikut andil di dalamnya tapi tetap saja menggabungkan dua perusahaan menjadi satu memang tidaklah mudah.

        “Tok..tok..tokkk”
       
        “Masuk” ucapku memberi izin langsung kepada seseorang yang diluar yang tadi sempat mengetuk pintu, tak berapa lama masuklah Shilla yang baru sebulan yang lalu menjadi sekretaris baruku.

        “Ada apa Shill?” tanya ku to the point karena memang saat ini aku sedang malas untuk berbasa-basi

        “Maaf pak sebelumnya, saya hanya ingin memberitahu setengah jam lagi bapak diminta oleh pak Haling dan pak Umari untuk keruang rapat dan setelah itu  ada rapat dengan pak Ozy, dari Adrian Corp.”  Jelas Shilla memberitahu jadwal ku untuk hari ini.

        “Baiklah terima kasih, kamu boleh kembali keruangan” jawab ku dan mempershilahkan Shila untuk kembali keruangannya

        “Baik pak, saya permisi” ucap Shilla dengan senyumannya, aku hanya berdehem dan tak terlalu fokus ke Shiila saat tersenyum, karena jujur, aku tidak tertarik sama sekali.

*****

IFY POV

        Inilah saat-saat yang sangat menyebalkan menurutku, sendirian di rumah tanpa teman mengobrol sama sekali, jam sudah menunjukkan pukul 17:02 berarti sudah satu jam yang lalu aku pulang dari butik dan itu artinya satu jam sudah aku habiskan buat melakukan hal yang nggak jelas di rumah, oh ya sebelumnya aku memiliki butik yang semuanya hanya berisi desain-desain ku saja tanpa mengimport dari pendesain lain, yah aku memang suka dengan kegiatan mendesain, sehingga setahun yang lalu aku meminta izin ke ayah untuk membuka butik sendiri dan tanpa bantahan ayah mengizinkannya.
       
        “Rio kok belum pulang ya?” tanya ku pada diri sendiri mungkin. Eh tapi tunggu dulu bukannya ini memang sudah jam pulang kantor? Lalu kenapa Rio belum pulang juga? Apa dia hari ini lembur??? Aishhhh kenapa aku jadi gini sih? Rio? Lagian..... arghhh. Ok lebih baik cari kegiatan lain yang lebih bermanfaat dari pada mikirin yang seharusnya nggak di pikirkan.

        “Mampus gue” pekik ku saat baru sadar aku belum memasak untuk makan malam hari ini, lalu tanpa menunggu lama aku pun langsung menuju dapur.

        Tidak butuh waktu lama, satu jam kemudian makan malam sudah selesai, karena sudah aku katakan dari awal memasak bukan lah hal yang sulit untuk ku. Ah.. aku baru sadar satu hari ini aku belum makan, mengingat tadi pagi Rio menolak untuk sarapan bersama dan entah kenapa selera makan ku pun langsung lenyap, siangnya aku sedikit sibuk dengan pesanan yang akhir-akhir ini semakin membludak (?) dan itu di kerenakan aku hanya membuat satu desain untuk satu baju, so is limited adition, dan malam ini apakah aku harus makan duluan? Tanpa Rio? Bagaimana jika Rio juga belum makan? Aishh... sudah lah lebih baik aku menunggu Rio pulang. Lalu aku mengambil posisi duduk di meja makan, hingga tanpa sadar aku tertidur.

******

RIO POV

        Aku melangkahkan kaki ku ke dalam rumah, jam sudah menunjukkan pukul 21:15, cukup lelah untuk hari ini, pekerjaan di kantor benar-benar membuat tubuh dan fikiranku selelah ini, aku mencoba membuka pintu ternyata tidak di kunci, cissss... ceroboh sekali perempuan satu itu, bagaimana jika ada orang yang masuk dan mau berbuat jahat? Apa ia tidak berfikir sampai ke situ hingga membiarkan pintu tidak di kunci, tanpa menunggu lama aku bergegas masuk dan berniat ingin mandi dan tidur untuk mengistirahatkan tubuhku. Langkah ku terhenti saat aku melihat seseorang tidur di meja makan, apa itu Ify? Tapi kenapa dia tidur di meja makan? Ku lihat di meja makan ada beberapa masakan yang sudah dingin tentunya, apa Ify menunggu ku untuk makan malam hingga ketiduran disini? banyak pertanyaan yang berlalu lalang di fikiranku.

        “Bangunin nggak ya?” bingung ku sendiri, jelas aku bingung harus membangunkan Ify atau tidak, bagaimana kalau Ify sendiri belum makan karena menunggu ku? tapi aku juga tidak tega membangunkannya melihat tidurnya begitu pulas walaupun sebenarnya posisinya kurang nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak membangunkan Ify dan mengangkatnya menuju kamar walau sebelumnya aku sempatkan untuk mencicipi masakannya setidaknya aku tidak terlelu membuatnya kecewa nanti.

        Aku membaringkan Ify di tempat tidur dengan hati-hati agar tidurnya tidak terusik, lihat wajahnya bahkan sangat cantik walau dalam keadaan tertidur, bagaimana mungkin selama ini aku bisa tahan untuk tidak meraup bibir mungilnya, memeluknya saat tidur, dan bahkan em... ya aku rasa kalian semua tau. Aku barusaha mati-matian untuk menahan semua nafsu ku setiap hari, oh... come on, aku pria normal, pria mana yang tidak bernafsu melihat perempuan yang menarik apa lagi berstatus istri. Ahhh... sudahlah memikirkan itu membuat libido ku naik. Tapi tunggu aku lihat Ify sedikit pucat, dan bahkan suhu tubuhnya sedikit hangat, apa dia sakit? Aishhhhh... Lagi-lagi perempuan satu ini membuat ku khawatir, dia pasti kelelahan, tanpa banyak waktu aku langsung menyelimuti tubuh Ify dan menaikkan suhu AC kamar agar tidak terlalu dingin.

Selesai membersihkan badan aku langsung membaringkan tubuh ku di samping Ify, aku cek lagi bahkan suhu tubuhnya semakin naik, dan benar dia demam, aku rasa sekarang aku menjadi suami yang tak becus mengurus istri, lalu ntah keberanian dari mana aku menelusupkan tangan kanan ku ke leher Ify sebagai bantalan, lalu tangan kiriku merengkuh Ify ke dalam pelukan ku, berharap dengan ini dirinya merasa nyaman. 

BERSAMBUNG............
 


2 comments:

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523

Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.