Gue bingung mau mencuap-cuap apa lagi, jadi langsung aja ya gak pake basa-basi lagi :)
Scenario Of Love
Siska Friestiani @siskahaling
“Huftttt” ku hembuskan nafasku secara kasar, pagi
ini seperti biasa aku sedang berada di dapur, rutinitas pagi ku selama dua
bulan belakangan ini, sebenanya hanya masalah kecil bagiku untuk memasak, apalagi
dulu bunda sering mengajarkan aku memasak, dan sekarang aku bisa sedikit
bersyukur karena nyatanya itu berguna buat ku sekarang. Oh iya kita belum
kenalan bukan? Aku Alyssa Saufika Umari, ah tunggu aku rasa ada yang perlu
diralat aku Alyssa Saufika Haling tepatnya, bingung? Baiklah sepertinya aku
memang harus sedikit bercerita pada kalian semua. Dua bulan yang lalu aku resmi
menikah dengan anak dari om Haling, Mario Stevano Aditya Haling. itu sebabnya
secara tidak langsung nama Haling sekarang melekat dinama belakangku. Sebenarnya
pernikahan ini bukan keinginanku dan juga Rio, karena pada awalnya memang kami
berdua hanya korban perjodohan kedua orang tua kami, alasannya sangat klise,
orang tuaku dan orang tua Rio bersahabat dan juga mereka ingin menggabungkan
dua perusahaan Umari Corp dan Haling Corp menjadi satu, dan agar mempermudah
itu semua, ya tentu saja dengan menjodohkan kami berdua. So, menurut kalian apa
yang harus aku lakukan? Aku dan mungkin juga Rio sudah berusaha menolak dari
awal, tapi sepertinya keras kepala ayahku dan papanya Rio susah untuk
dikalahkan, jadi Ya aku sekarang hanya bisa mencoba menjadi seorang istri yang
layaknya seorang istri, yang menyiapkan sarapan setiap pagi, menyiapkan baju
kerja setiap hari, menunggu suami pulang dari kantor dirumah, hah, sudahlah
memikirkan itu membuat mood ku rusak untuk pagi ini.
“Hah,
selesai juga akhirnya, apa gue bangunin aja ya?” ucap ku bertanya sendiri, ok
sepertinya sisi malaikatku saat ini lebih mendominasi hingga akhirnya ini untuk
yang pertama kalinya aku membangunkan Mario Stevano Aditya Haling si manusia
es, miris bukan? dua bulan menikah tidak ada yang berarti dalam rumah tangga
kecil yang dibangun dengan paksaan ini.
Langkah
ku terhenti saat aku telah sampai di pintu kamar kami, tidak salah jika aku
menyebutnya dengan kamar kami, karena itu memang kenyataannya, kami sepakat
untuk tidak mempermasalahkan tempat tidur, kami memang seranjang dan itu tidaklah
masalah, karena tidak terjadi apa-apa selama dua bulan ini. Huffftttt kenapa
aku jadi ragu begini saat aku telah sampai di pintu kamar, really ini
benar-benar membuatku bingung, akhirnya aku membuka pintu yang ada di hadapan
ku dan melangkahkan kakiku ke dalam, sudah aku duga Rio masih tidur dengan
balutan selimut hangatnya. jujur sebenarnya Rio sangat tampan menurutku, bahkan
bukan menurutku saja menurut semua kaum hawa pun begitu, postur badan yang
tinggi, dada yang bidang membuat semuanya ingin mengetahui betapa hangatnya
saat berada di pelukan seorang Mario, wajah yang tampan, rahang yang tegas dan
menambah kesan wibawanya, lesung pipinya yang akan terlihat jika dia melakukan
hal-hal tertentu, senyum misalnya, gigi gingsulnya, ahh... sungguh sempurna
bukan? Dan bisa di pastikan semua kaum hawa pasti ingin menjadi pengisi
hidupnya kelak, bukankah aku istrinya? Berarti aku beruntung? Ah... tidak, aku
hanya menyandang status istri, dan itu hanya cover bukan hatinya. jujur awalnya
memang aku menguguminya, tapi melihat ternyata sikapnya yang cuek dan dingin
tersebut membuat aku harus kembali berfikir untuk mengaguminya.
“Sejak
kapan loe berubah profesi dari istri menjadi petugas yang memperhatikan orang
tidur?” tiba-tiba suara khas itu menyadarkan ku dari lamunan panjangku, tidak salah
lagi pasti itu suara... aishhhh, bagaimana bisa Rio mengetahuinya, bahkan dari
tadi membuka matapun tidak dan sekarang pun matanya masih dalam keadaan
terpejam, saketika aku ingin mengubur diriku sendiri dalam-dalam di samudra
atlantik karena malu, ya malu karena ketahuan memperhatikan Rio sedang dalam
keadaan tidur. Lalu Rio membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk
dan bersandar di sandaran tempat tidur.
“Dan
sekarang baru beberapa menit, loe berubah profesi lagi menjadi patung hiasan
kamar tidur” ucap Rio lagi semakin membuatku bungkam dan malu, ntah seberapa
merah pipiku sakarang karena harus menahan malu.
“Maaf”
entah dari mana kata itu ku dapat hingga akhirnya secara tiba-tiba kata maaf
yang ku lontarkan dari dua ucapan Rio tadi, aku hanya menunduk namun aku masih
melirik Rio dengan ekor mataku, dapat ku lihat dia sedikit mengerutkan
keningnya bingung, ya jelas saja bingung aku saja sebenarnya bingung dengan
kata maaf yang barusan aku ucapkan sebagai jawaban.
“Ck”
decak Rio yang sepertinya kesal lalu bangkit dari tempat tidur dan langsung
melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Aku sendiri memilih melangkahkan kaki
ku keluar menuju meja makan, sepertinya menunggu disana akan terlihat lebih
baik dari pada seperti yang Rio katakan tadi sebagai patung penghias kamar
tidur.
Ku dengar
suara langkah kaki menuruni tangga, dan benar saja Rio sudah siap dengan
balutan kemeja biru muda di padu dengan jas kebanggaannya. tapi aku lihat tidak
ada niatan Rio untuk ke meja makan, apakah hari ini dia tidak berniat sarapan
lagi dirumah, bahkan dapat dihitung hanya dua kali Rio sarapan dirumah bersama
ku, apa masakanku tidak enak hingga dia lebih memilih makan di kantor?
Entahlah, tapi setidaknya tiap hari aku memasak buat diriku sendiri.
“Rio”
panggilku ketika melihat Rio memang tidak mengarah ke meja makan, Rio pun
menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah ku.
“Apa
nggak ada niat loe buat sarapan dirumah?” tanya ku mungkin terselip nada agak
memohon disana
“Gue
udah telat” jawab Rio datar sambil melangkahkan kakinya keluar rumah
“Apa
loe bener-bener nggak manginginkan pernikahan ini Yo? Setidaknya kita bisa bersikap
seperti seorang teman walaupun berstatus sebagai suami istri” lirih ku lalu
beranjak ke ruang keluarga untuk menonton tv, rasa lapar ku pun seakan menguap
begitu saja.
RIO POV
Ku rasa
tidur ku sedikit terganggu saat ku dengar suara derit pintu kamar terbuka lalu
di susul dengan derap langkah seseorang, yang sudah ku tebak itu pasti Ify yang
sekarang berstatus sebagai istri ku, aku rasa Ify sudah menceritakan semuanya
bukan? So, aku tidak perlu lagi menceritakan kronologis bagaimana pornikahan
ini bisa terjadi, Dan ku harap Ify tidak menceritakan yang tidak-tidak tentang
aku. aku rasa Ify sedang memperhatikan ku saat ini, aku tau walau mataku masih
terpejam, apa yang dia lakukan dengan memandangiku? Entahlah, lalu ku putuskan
untuk membungkam suara.
“Sejak
kapan loe berubah profesi dari istri menjadi petugas yang memperhatikan orang
tidur?” ucapku dan aku tau dia sedikit terkejut dengan ucapanku, apalagi mata
ku masih dalam keadaan terpejam, karena memang aku masih enggan untuk membuka
mataku saat ini. Hening, tidak ada ku dengar Ify menjawab pertanyaan ku tadi.
“Dan
sekarang baru beberapa menit loe berubah profesi lagi menjadi patung hiasan kamar
tidur” ucap ku lagi setelah membuka mata dan mengubah posisi menjadi duduk,
kini dapat kulihat dengan jelas bahwa Ify sedang menundukkan kapalanya
“Maaf”
akhirnya terdengar jawaban dari bibir mungilnya, namun membuat ku sedikit
bingung, maaf? Apa maksudnya?, apa dia merasa melakukan kesalahan kepada ku
hingga jawaban maaf yang terlontar.
“Ck”
decakku saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 07:12, dan sepertinya aku akan
terlambat, lalu memilih bangun dan melangkahkan kaki ku menuju kamar mandi.
Aku
melangkahkan kaki menuruni tangga, namun saat belum sampai di pintu suara Ify
memanggilku dan mau tak mau aku berhenti dan menolehkan pandanganku ke arahnya.
“Apa
nggak ada niat loe buat sarapan dirumah?” tanyanya dan dapat tertangkap jelas
olehku terdapat nada memohon disana, kalian pasti menganggap diriku brengsek
karena sama sekali tidak memperdulikannya yang jelas-jelas sebagai istriku,
tapi sungguh tidak ada niat aku buat melakukan itu semua, aku bahkan ingin tiap
pagi sarapan bersama istriku, makan malam bersama, tapi aku gak bisa, aku
melakukan ini hanya ingin menjaga hatiku
agar aku tidak semakin jatuh cinta kepadanya, gila? Ya aku tau ini gila
jelas-jelas dia istriku kenapa aku takut jika jatuh cinta kepadanya, bukankah
itu bagus buat hubungan rumah tangga ini? Tapi kalian harus ingat bagaimana
pernikahan ini terjadi kerana perjodohan orang tua kami, awalnya aku langsung
kagum saat melihat yang di jodohkan adalah Ify yang dari awal sudah memikat
hati ku, postur tinggi yang hanya sebahuku, bibir mungil, rambut tergerai yang
lumayan panjang dan ujungnya sedikit bergelombang, kulit putih, dan yang paling
ku suka senyumnya yang sangat manis, namun sedikit rasa kecewaku saat Ify
mencoba untuk menolak perjodohan ini saat itu, dan dapat ku simpulkan Ify tidak
menginginkan perjodohan ini dan mau nggak mau pun aku juga harus berusaha
menolaknya, dan hingga akhirnya aku memutuskan untuk bersikap cuek dan dingin
ke Ify, tapi kenapa Ify selalu menunjukkan sikap perhatian kepadaku, sungguh
membuatku semakin tak bisa melupaknnya.
“Gue
udah telat” jawabku sedatar mungkin dan langsung melangkah kan kaki ku keluar
rumah. Sebelum keluar aku melihat sekilas ke arah Ify. Apakah dia sedih dengan
sikap ku barusan? Tapi bukannya dulu dia menolak perjodohan ini?
*****
Hari
ini aku sibuk dengan semua urusan kantor, semua ini benar-benar menguras semua
tenaga dan fikiranku, awalnya tidak sesibuk ini, tapi kalian harus ingat bahwa
sekarang Haling Corp dan Umari Corp bernaung menjadi satu dan itu membuatku
harus dua kali lebih sibuk, walaupun papa dan mertuaku masih ikut andil di
dalamnya tapi tetap saja menggabungkan dua perusahaan menjadi satu memang
tidaklah mudah.
“Tok..tok..tokkk”
“Masuk”
ucapku memberi izin langsung kepada seseorang yang diluar yang tadi sempat
mengetuk pintu, tak berapa lama masuklah Shilla yang baru sebulan yang lalu
menjadi sekretaris baruku.
“Ada
apa Shill?” tanya ku to the point karena memang saat ini aku sedang malas untuk
berbasa-basi
“Maaf
pak sebelumnya, saya hanya ingin memberitahu setengah jam lagi bapak diminta
oleh pak Haling dan pak Umari untuk keruang rapat dan setelah itu ada rapat dengan pak Ozy, dari Adrian Corp.” Jelas Shilla memberitahu jadwal ku untuk hari
ini.
“Baiklah
terima kasih, kamu boleh kembali keruangan” jawab ku dan mempershilahkan Shila
untuk kembali keruangannya
“Baik
pak, saya permisi” ucap Shilla dengan senyumannya, aku hanya berdehem dan tak
terlalu fokus ke Shiila saat tersenyum, karena jujur, aku tidak tertarik sama
sekali.
*****
IFY POV
Inilah
saat-saat yang sangat menyebalkan menurutku, sendirian di rumah tanpa teman
mengobrol sama sekali, jam sudah menunjukkan pukul 17:02 berarti sudah satu jam
yang lalu aku pulang dari butik dan itu artinya satu jam sudah aku habiskan
buat melakukan hal yang nggak jelas di rumah, oh ya sebelumnya aku memiliki
butik yang semuanya hanya berisi desain-desain ku saja tanpa mengimport dari
pendesain lain, yah aku memang suka dengan kegiatan mendesain, sehingga setahun
yang lalu aku meminta izin ke ayah untuk membuka butik sendiri dan tanpa bantahan
ayah mengizinkannya.
“Rio
kok belum pulang ya?” tanya ku pada diri sendiri mungkin. Eh tapi tunggu dulu
bukannya ini memang sudah jam pulang kantor? Lalu kenapa Rio belum pulang juga?
Apa dia hari ini lembur??? Aishhhh kenapa aku jadi gini sih? Rio? Lagian.....
arghhh. Ok lebih baik cari kegiatan lain yang lebih bermanfaat dari pada
mikirin yang seharusnya nggak di pikirkan.
“Mampus
gue” pekik ku saat baru sadar aku belum memasak untuk makan malam hari ini,
lalu tanpa menunggu lama aku pun langsung menuju dapur.
Tidak
butuh waktu lama, satu jam kemudian makan malam sudah selesai, karena sudah aku
katakan dari awal memasak bukan lah hal yang sulit untuk ku. Ah.. aku baru
sadar satu hari ini aku belum makan, mengingat tadi pagi Rio menolak untuk
sarapan bersama dan entah kenapa selera makan ku pun langsung lenyap, siangnya
aku sedikit sibuk dengan pesanan yang akhir-akhir ini semakin membludak (?) dan
itu di kerenakan aku hanya membuat satu desain untuk satu baju, so is limited
adition, dan malam ini apakah aku harus makan duluan? Tanpa Rio? Bagaimana jika
Rio juga belum makan? Aishh... sudah lah lebih baik aku menunggu Rio pulang.
Lalu aku mengambil posisi duduk di meja makan, hingga tanpa sadar aku tertidur.
******
RIO POV
Aku
melangkahkan kaki ku ke dalam rumah, jam sudah menunjukkan pukul 21:15, cukup
lelah untuk hari ini, pekerjaan di kantor benar-benar membuat tubuh dan
fikiranku selelah ini, aku mencoba membuka pintu ternyata tidak di kunci,
cissss... ceroboh sekali perempuan satu itu, bagaimana jika ada orang yang
masuk dan mau berbuat jahat? Apa ia tidak berfikir sampai ke situ hingga
membiarkan pintu tidak di kunci, tanpa menunggu lama aku bergegas masuk dan
berniat ingin mandi dan tidur untuk mengistirahatkan tubuhku. Langkah ku
terhenti saat aku melihat seseorang tidur di meja makan, apa itu Ify? Tapi
kenapa dia tidur di meja makan? Ku lihat di meja makan ada beberapa masakan yang
sudah dingin tentunya, apa Ify menunggu ku untuk makan malam hingga ketiduran
disini? banyak pertanyaan yang berlalu lalang di fikiranku.
“Bangunin
nggak ya?” bingung ku sendiri, jelas aku bingung harus membangunkan Ify atau
tidak, bagaimana kalau Ify sendiri belum makan karena menunggu ku? tapi aku
juga tidak tega membangunkannya melihat tidurnya begitu pulas walaupun
sebenarnya posisinya kurang nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak
membangunkan Ify dan mengangkatnya menuju kamar walau sebelumnya aku sempatkan
untuk mencicipi masakannya setidaknya aku tidak terlelu membuatnya kecewa
nanti.
Aku
membaringkan Ify di tempat tidur dengan hati-hati agar tidurnya tidak terusik,
lihat wajahnya bahkan sangat cantik walau dalam keadaan tertidur, bagaimana
mungkin selama ini aku bisa tahan untuk tidak meraup bibir mungilnya, memeluknya
saat tidur, dan bahkan em... ya aku rasa kalian semua tau. Aku barusaha
mati-matian untuk menahan semua nafsu ku setiap hari, oh... come on, aku pria
normal, pria mana yang tidak bernafsu melihat perempuan yang menarik apa lagi
berstatus istri. Ahhh... sudahlah memikirkan itu membuat libido ku naik. Tapi
tunggu aku lihat Ify sedikit pucat, dan bahkan suhu tubuhnya sedikit hangat,
apa dia sakit? Aishhhhh... Lagi-lagi perempuan satu ini membuat ku khawatir,
dia pasti kelelahan, tanpa banyak waktu aku langsung menyelimuti tubuh Ify dan
menaikkan suhu AC kamar agar tidak terlalu dingin.
Selesai membersihkan badan
aku langsung membaringkan tubuh ku di samping Ify, aku cek lagi bahkan suhu
tubuhnya semakin naik, dan benar dia demam, aku rasa sekarang aku menjadi suami
yang tak becus mengurus istri, lalu ntah keberanian dari mana aku menelusupkan
tangan kanan ku ke leher Ify sebagai bantalan, lalu tangan kiriku merengkuh Ify
ke dalam pelukan ku, berharap dengan ini dirinya merasa nyaman.
BERSAMBUNG............
bagus deh tpi kayaknya dad yg gak smbung jdi biasa aja....
ReplyDeleteBagus ceritanya.....
ReplyDelete