Friday, May 15, 2015

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's) Part 8 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's)
Siska Friestiani @siskahaling

Ini Lost Winer's part 8 nya. semoga tidak mengecewakan squint emotikon
makin amburadul udah pasti. gaje? apalagi itu squint emotikon
langsung aja deh cekidot!!!!

**************

Malam ini sama seperti malam biasanya. Duduk di meja makan dan menyantap makan malam yang sudah Ify buat. Namun ada yang sedikit berbeda. Sedikit ada suasana canggung tercipta disana. Gabriel? Dirinya masih biasa-biasa saja dengan santai masih asyik menyantap makan malamnya dan kadang kala ia selingi dengan menggombal ke Ify. Deva? Bocah itu sedikit berbeda. Dari tadi matanya tidak terlepas dari Rio. Seakan dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh dengan orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu. Ify? Ify hanya bisa tersenyum saat mendengar gombalan-gombal
an dari Gabriel. Namun tidak bisa ia pungkiri ada yang sedikit berbeda dengan Rio. Bisa di bilang sedikit menghindar mungkin. Rio? Rio dari tadi hanya diam. Wajah muramnya tergambar di raut wajahnya. Mungkin ini yang menyebabkan suasana sedikit canggung karena tidak ada celotehan Rio yang terdengar dari tadi. Bahkan dirinya tidak menyadari bahwa Ify dan Deva dari tadi memperhatikannya. Walau hanya Deva yang bisa di bilang memperhatikan Rio karena Ify hanya bisa sedikit mencuri pandang. Karena dirinya tidak enak untuk tidak menanggapi Gabriel yang dari tadi bercelotah ria dengan dirinya.

“Fy, loe tau semua bunga pada cemburu dan gak suka sama loe” ucap Gabriel dengan menompangkan dagunya dengan tangannya dan menatap Ify dengan tatapan serius.

“kenapa?” Ify sedikit mengkerut kening mendengar ucapan Gabriel barusan yang menurutnya tidak masuk akal.

“karena mereka iri sama kecantikan kamu Fy yang bisa ngalahin kecantika mereka” jujur Ify tidak bisa menyembunyikan senyum dan rona merah di pipinya. Bagaimana pun Ify adalah perempuan yang akan salah tingkah dan malu saat di puji oleh seorang pria. Gabriel hanya tersenyum senang saat berhasil membuat Ify salting karena dirinya. Sedangkan Rio? Dadanya dari tadi sudah sesak melihat Ify dan Gabriel. Apalagi Ify salah tingkah saat Gabriel menggodanya. Membuat Rio semakin yakin bahwa Gabriel lah yang cocok untuk Ify. Gadis yang sudah berhasil merebut hatinya itu.

Deva tau apa yang Rio rasakan sekarang. Diam-diam Deva mengyenggol kaki Rio dengan kakinya karena memang kebetulan Deva duduk di sebelah Rio. Rio yang merasakan sesuatu di kakinya saat itu tersadar dan mengalihkan tatapannya ke Deva. Deva langsung menatap Rio dengan tatapan seolah-olah berkata ‘ikut gue kak’. Rio yang mengerti dengan tatapan Deva pun hanya mengangguk pasrah.

“kak, gue sama kak Rio duluan ya. Biasa gue bisnis sama si pesek” Deva sebisa mungkin membuat Gabriel dan Ify tidak curiga, dengan berlagak dengan gaya tengilnya. Gabriel hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Ify menatap Deva dengan penuh selidik. Bagaimanapun dirinya sudah mengenal tingkah luar dalam adiknya itu. Tiga belas tahun hidup bersama adiknya membuat Ify tau ada sesuatu antara Deva dan Rio saat ini.

“wow, loe dapat gelar baru Yo. Pesek? Menurut gue gak buruk-buruk amat” canda Gabriel yang hanya di balas senyum kemirisan oleh Rio. Karena dirinya sekarang benar-benar. Entahlah, hanya Rio yang tau hati dan fikirannya saat ini bagaimana.

“loe kenapa Yo” batin Ify melihat Rio dan Deva yang sudah menghilang di balik dinding.

*********

“cerita kak” ucap Deva yang kini sedang asyik mendribel bola basket yang dulu diberikan Rio kepadanya. Rio mangangkat alisnya bingung dengan ucapan Deva barusan. Tanpa ada angin tanpa hujan Deva menyuruhnya cerita? Apa yang harus ia ceritakan

“apanya?” tanya Rio. Deva mendecak sinis melihat tingkah bodoh Rio yang menurut Deva sangat-sangat gak lucu.

“loe gak usah berlagak bego kak di depan gue. Loe cerita sekarang” kesal Deva. Dirinya sedang tidak mau untuk melihat akting bodoh Rio saat ini. Karena masalahnya saat ini juga pasti menyangkut kakaknya. Ify. Rio menghela nafasnya saat dirinya baru mengerti apa yang Deva maksud. Tapi masalahnya apa dirinya perlu menceritakan ini ke Deva?

“gue gak papa Dev. Dan gak ada yang perlu gue ceritain” bohong Rio. Deva menghentikan mendribel bolanya.

“kita basket sekarang kak. Kalau gue menang loe harus cerita ke gue masalah loe kak. Dan kalau loe yang menang, gue gak akan maksa dan nyuruh loe lagi cerita. Gimana?” tantang Deva. Sebenarnya Rio malas untuk basket malam-malam begini. Apalagi suasana hatinya sedang tidak mendukung. Namun dirinya juga tidak mungkin menolak tawaran Deva.

“ok” serah Rio pasrah. Deva langsung melempar benda bundar itu ke arah Rio dan dengan sigap Rio menangkapnya.

Bola saat ini berada di tangan Deva. Pemainan saat ini benar-benar tidak seimbang. Deva yang benar-benar ingin Rio menceritakn masalahnya saat ini pun dengan semangat ingin emnangkan pertandingan ini. Rio? Permainannya saat ini benar-benar kacau. Tidak seperti biasanya. Lagi pula suasana hati dan fikirannya saat ini pun juga sedang kacau. Sama dengan permainannya saat ini. Score saat ini Deva yang memimpin. 19 : 10. Sungguh ini seperti bukan Rio yang bermain saat ini. Terakhir Deva menshoot bola ke ring dan......

Happpp bola masuk ke dalam ring dengan sempurna. Membuat Deva menambah point dan otomatis Deva yang memenangkan pertandingan ini. Rio langsung melangkahkan kakinya di tepi lapangan basket yang ada di samping rumahnya. Duduk di bawah dengan meluruskan kakinya dan menyeka keringat yang sudah membanjiri tubuhnya malam-malam begini. Deva pun sama duduk di samping Rio dengan posisi duduk yang sama dengan Rio. Deva masih diam menunggu Rio untuk membuka suaranya terlebih dahulu. Karena Deva tau Rio bukan orang yang suka mengingkari janjinya. Tanpa diminta Rio pasti menceritakannya sesuai perjanjian mereka berdua tadi.

“salah Dev, kalau gue cinta sama seseorang?” Rio mulai membuka percakapan setelah beberapa menit yang lalu diam namun tatapnnya tetap lurus ke depan

“gak ada yang salah kak. Semua orang punya hak di cintai dan mencintai” jawab Deva. Namun sama dirinya juga menatap ke depan saat menjawab pertanyaan Rio

“kalau gue gak salah, kenapa tuhan gak kasih gue kesempatan buat gue ungkapin itu ke orang yang gue cintai?” kembali Rio bertanya

“tuhan selalu kasih pilihan buat umatnya kak. Dan setelah itu tinggal kita yang harus memilih pilihan itu” kali ini Deva menjawab dengan manatap Rio yang masih menatap kosong ke depan

“gue harus apa Dev?” frustasi Rio saat tidak menemukan semua solusi untuk masalahnya saat ini. Deva menatap iba Rio.

“ikuti kata hati loe kak.” Jawab Deva yang Deva sendiri pun bingung ingin menjawab apa karena Rio belum sepenuhnya menceritakan namun sudah bertanya apa yang harus ia lakukan.

“loe cinta kak Ify?” Deva bertanya dengan tatapan yang serius. Karena ini sudah menyangkut kakaknya

“apa pertanyaan loe perlu gue jawab?” Rio malah kembali bertanya. Membuat Deva mengangguk mengerti

“terus apa yang loe tunggu lagi kak?”

“gue bukan orang yang gak mentingin perasaan orang lain Dev. Apa lagi dia saudara gue sendiri” Rio menatap sinis Deva

“dan loe fikir kakak gue barang yang bisa loe serahin ke semua orang kak?” balas Deva tak kalah sinisnya. Rio menghela nafas beratnya.

“gue gak mau nyakitin Gabriel Dev” lirih Rio dengan kapala yang menunduk dalam

“dan loe lebih milih nyakitin kak Ify? Loe gak mikir kalau misalnya kak Ify juga cinta sama loe dan loe lebih milih menjauhinya. Loe gak mikir kak?” deva terus memojokkan Rio. Berharap Rio dapat memutuskan keputusan yang tepat.

“gue cinta sama Ify dan rasa sayang gue pun lebih besar dari pada rasa sayang gue ke diri gue sendiri walaupun gue baru beberapa hari mengenal Ify. Tapi gue juga gak bisa Dev melihat saudara gue bahkan saudara kembar gue sakit hati dan itu Cuma gara-gara gue. Gue gak mau jadi orang egois yang Cuma mementingkan perasaan gue sendiri tanpa mementingkan perasaan orang-orang disekeliling gue. Kalau loe jadi gue. Loe gak akan bisa bicara seperti sekarang yang loe ucapin Dev” Rio langsung pergi dan meninggalkan Deva yang diam mematung mendengar Rio yang mengelurkan uneg-unegnya. Kalau boleh jujur dirinya pun mungkin akan melakukan hal yang sama jika dirinya berada di posisi Rio.

“loe orang baik kak. Bahkan sangat baik” lirih Deva menatap punggung Rio yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya.

Entah sudah berapa kali air mata Ify mengalir di pipi chubbynya. Dirinya benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan dirinya dengar. Bagaikan suatu pernyataaan yang langsung membuat dirinya membeku dan lemas merasa tulang-tulangnya menghilang dari tempatnya. Apa yang barusan ia dengar itu benar? Atau hanya dirinya yang salah mendengar? Mungkin otaknya yang memang lagi kurang waras? Ntah lah yang pasti pernyntaan barusan berhasil membuat dirinya dan hatinya luluh lantah.

“ok. Kalau itu mau loe Yo”

********

Ify kembali dengan langkah gontai. Matanya merah dan bengkak. Entah sudah berapa lama gadis manis ini menangis. Langkah Ify menuju meja makan. Bagaimana pun keadaannya, kewajibannya haruslah iya jalankan. Gabriel yang dari tadi masih di meja makan menatap Ify sedikit aneh apa lagi di tambah dengan Ify mata yang bengkak seperti habis mengis.

“Loe kenapa Fy?” tanya Gabriel khawatir melihat orang yang ia cintai terlahat kacau saat ini. Ify hanya menjawab dengan senyum yang ia paksakan yang malah terlihat aneh menurut Gabriel

“gue gak papa kok Yel. Ya udah gue mau cuci piring-piring ini dulu ya” pamit Ify yang sebelumnya kembali memasang sanyumnya. Berusaha meyakinkan Gabriel bahwa dirinya benar-benar tidak apa-apa. Gabriel hanya menjawab dengan anggukan dan menatap punggung Ify yang semakin menghilang dari pandangannya.

“Yo” panggil Gabriel saat melihat sosok saudara kembarnya melangkah menuju dapur. Rio sendiri menghentikan langkahnya yang ingin mengambil minum di dapur karena tenggorokannya terasa kering saat bertanding basket tadi bersama Deva.

“iya Yel” jawab Rio dan membalikkan langkahnya menuju Gabriel yang sedang duduk di meja makan.

“Gue bingung ni Yo. Gimana cara buat nembak Ify lusa. Tepat di ulang tahun Ify” curhat Gabriel membuat Rio membelalakkan matanya. Jadi lusa Ify ulang tahun? Dan dengan bodohnya ia baru tau dan itu dari Gabriel. Membuat Rio semakin merasa bahwa Gabriel memang lebih pantas buat Ify dari pada dirinya.

“gue jaga gak ta-“

“Aaaaaaaa”

“prangggg” tiba-tiba saja lampu mati dan disusul jeritan Ify dan suara benda pecah di dapur. Rio dan Gabriel langsung tertuju satu nama dan itu Ify. Dengan cepat Rio dan Gabriel berlari menuju dapur hanya dengan cahaya HP. Gabriel semakin mempercepat langkahnya saat teringat perkataan Deva dua hari yang lalu..

“kak Ify gak ada yang di benci, tapi kak Ify paling takut sama gelap, bisa di bilang kak Ify phobia gelap.” Kata-kata itu yang terus terngianga di fikiran Gabriel. Dirinya takut terjadi apa-apa dengan Ify. Tak jauh berbeda dengan Rio walaupun Rio belum tau bahwa Ify phobia gelap namun dirinya tau ada yang tidak beres dan terjadi sesuatu dengan Ify saat ini.

Rio langsung mengarahkan cahaya HP-nya untuk mencari sosok Ify dan matanya langsung tertuju pada sosok yang ada di pojok dapur yang duduk melipat kedua lututnya dan membenamkan wajahnya disana. Tak salah lagi itu pasti Ify. Tanpa menunggu lama Rio langsung menghampiri Ify.

“Fy, kamu gak papa?” tanya Rio. Nada yang benar-benar terdengar sangat panik. Ify yang mendengar ada suara seseorang langsung memeluknya erat. Tidak perduli itu siapa yang ia tau sekarang dirinya sangat sangat takut. Gabriel hanya melihat saja Rio dan Ify. Ada yang mengganjal di hatinya. Rasa tidak suka mungkin. Apalagi Ify langsung memeluk erat Rio. Tapi bukan kah itu wajar karena Ify memang phobia gelap. Tapi tetap saja ada rasa tidak suka disana.

“Ge- ge- gelap” ucap Ify terisak. Bahkan baju Rio sudah basah karena air mata Ify. Tapi itu bukan masalah untuk Rio. Rio juga dari tadi mengusap punggung Ify. Memberi rasa nyaman kepada Ify. Rio dan Gabriel langsung menghela nafas legah saat lampu akhirnya kembali menyala.

“Fy. Udah Fy. Lampunya udah hidup. Loe gak usah takut lagi ya” ucap Rio tepat di telinga Ify. Namun Ify diam tidak menunjukkan respon. Tunggu, bahkan Rio baru sadar kalau pelukan Ify ke tubuhnya melonggar. Rio langsung melepas Ify dari pelukannya dan mendapati Ify sudah tak sadarkan diri. Wajahnya pucat, keringat dingin sudah membasahi wajahnya dahkan seluruh tubuhnya terasa dingin

“ya ampun Fy, Fy. Ify, bangun Fy” panik Rio. Tangannya menepuk-nepuk pipi Ify yang saat ini terasa dingin. Ya tuhan, apa yang sebenarnya terjadi dengan Ify. Kenapa Ify bisa sampai kayak gini. Ada apa sebenarnya? Batin Rio terus bertanya-tanya.

“Ify kenapa Yo?” tanya Gabriel tak kalah paniknya. Gabriel sebisa mungkin menahan rasa cemburunya saat ini. Karena yang terpenting sekarang adalah kondisi Ify.

“Ify pingsan Yel”

“ya udah kita bawa ke kamar” suruh Gabriel. Rio hanya mengangguk setuju dan langsung membawa Ify ke kamar, dan di susul Gabriel di belakangnya.

Rio menidurkan Ify di kasur dengan hati-hati. Lalu tangannya bergerak menarik selimut dan menyelimuti tubuh mungil Ify. Gabriel juga tak hanya diam dirinya memperbaiki letak bantal Ify agar posisinya lebih nyaman untuk Ify.

“Kak Ifyyyyyyy” histeris Deva saat mengetahui phobia kakaknya kambuh dan itu membuat Deva sangat-sangat takut. Rio langsung memeluk Deva dan menenangkanbocah SMP itu. Setengil-tengilnya Deva dirinya hanyalah bocah tiga belas tahun yang masih labil. Dan dirinya benar-benar takut terjadi sesuatu dengan kakak semata wayangnya itu. Karena Cuma Ify yang ia punya sekarang. Sedangkan Gabriel dari tadi tak lepas menatap wajah Ify. Tanganya pun tak henti mengusap lembut puncak kepala Ify.

“Kak Ify kak” isak Deva di pelukan tubuh tegap Rio. Rio tau sangat tau apa yang di rasakan Deva. Bocah ini pasti sangat takut terjadi sesuatu dengan kakaknya.

“kak Ify kak. Kak Ify bakalan sakit kalau udah gini. Kak Ify bakalan susah makan, kak Ify. Kak Ify” Deva tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya. Dan malah membuat isakannya semakin jelas terdengar

“kak, loe berdua istirahat aja deh. Biar gue yang jagain kak Ify” ucap Deva yang sudah bisa mengotrol isakan dan dirinya.

“tapi Dev-” tolak Gabriel yang masih khawatir dengan kondisi Ify. Namun Gabriel langsung mengangguk saat melihat gwlwngan kepala dari Rio. Rio ada benarnya juga. Dirinya harus memberi waktu kakak beradik ini karena memang Deva lah yang punya wewenang lebih untuk menjaga Ify karena Deva adalaha adik kandungnya.

“istirahat Dev. Percaya sama gue kak Ify pasti gak papa” nasehat Rio dan hanya dibalas anggukan kepala dari Deva. Setelah itu Gabriel dan Rio memilih keluar menuju kamar masing-masing. Deva sendiri memilih tidur di sebelah kakaknya. Lalu memcium kening kakaknya dengan sayang.

“cepat sembuh kak. Deva sayang kakak”

***********

No comments:

Post a Comment

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523

Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.