Scenario Of Love (SOL)
Siska Friestiani @siskahaling
Aku terjaga dari tidur ku,
tiba-tiba saja aku ingin memakan buah apel. Aissshhhh, aku kenapa sebenarnya,
yang aku tau aku merasa tubuhku beberapa hari ini lemas, perutku mual, apa lagi
ku akui nafsu makan ku lenyap begitu saja, dan sekarang aku jadi maniac sama
buah apel, huhhh, entah lah. Lalu ku alihkan pandanganku ke jam dinding kamar.
01:34. Wow,, masih tengah malam gini, ahhh, bodoh deh, yang aku mau sekarang
aku makan apel.
Aku turun dari tempat
tidurku pelan-pelan agar tidak mengganggu tidurnya Rio, kerena aku tau Rio pasti
lelah mengurusku seharian ini.
Aku langsung membuka pintu
kulkas dan langsung mengambil beberapa buah apel dan aku bawa ke meja makan. Aku masih asyik
memakan apel ku hingga akhirnya aku mendengar suara Rio yang menghampiri ku
dengan nada khawatir.
“Ya ampun Ify, kamu disini
sayang? Aku cariin kamu tau, aku kira kamu kenapa-kenapa” cerocos Rio,
tangannya langsung menyandarkan kepala ku di ke tubuhnya yang sedang berdiri
disampingku. Namun aku masih tak menggubris, aku masih lebih tertarik sama apel
yang ada di tanganku.
“Aku Cuma mau makan apel”
jawab ku mendongakkan majahku untuk menatap wajahnya
“Tapi bisa bilang sama aku
kan? Biar aku temenin” jawab Rio lagi
“Maaf” ucap ku akhirnya,
ku rasa Rio sekarang mengecup puncak kepala ku dan setelah itu manarik kursi
agar duduk di dekat ku
“Mau” tawar ku ke Rio
karena dari tadi manatapku yang asyik memakan apel, ku lihat Rio mengelengkan
kepala
“Kamu kenapa jadi maniac
buah gini? Lihat udah mau tiga apel yang sekarang kamu makan,” omel Rio
“Nggak tau” jawab ku sambil
terus menikmati apel ku saat ini, karena memang aku sendiri nggak tau
RIO POV
Aku terbangun saat aku
rasa pelukan tangan Ify menghilang dari tubuh ku, aku langsung bangun dan
mencari Ify ke semua sudut ruangan sampai akhirnya ku lihat lampu dapur menyala
dan mendapati Ify sedang duduk di meja makan.
“Ya ampun Ify, kamu disini
sayang? Aku cariin kamu tau, aku kira kamu kenapa-kenapa” cerocos ku tanpa
henti saat aku telah menemukan Ify dan langsung saja Ify yang sedang duduk di
meja makan aku dekap.
“Aku Cuma mau makan apel”
jawab Ify akhirnya dan mendongakkan kepalanya menatap ku, ya ampun apel lagi.
“Tapi bisa bilang sama aku
kan? Biar aku temenin” ucap ku lagi memberi penjelasan ke Ify, sungguh aku
sangat takut saat aku bangun Ify tidak ada di sampingku.
“Maaf” ucap Ify merasa
bersalah aku langsung mengecup puncak kepalanya, dan setelah itu menarik kursi
untuk ku duduki
“Mau” tawar Ify saat aku
sedang memperhatikan dia makan, aku hanya menggeleng.
“Kamu kenapa jadi maniac
buah gini? Lihat udah mau tiga apel yang sekarang kamu makan,” ucap ku mengomeli
Ify sekaligus heran, lihat, dari semalam hanya buah-buahan yang masuk ke
perutnya, nasi mungkin hanya dua atau tiga sendok, itu pun kadang Ify muntahkan
kembali seperti tadi siang.
“Nggak tau” jawab Ify
masih terus memakan apelnya, ya ampunnnnnnnn Ifyyyyyyy!!!!!!!!!!!!!
******
Pagi ini seperti biasa Ify
sedang memakaikan dasi untuk ku, syukurlah pagi ini terlihat lebih baik dari
pada semalam, walau wajah pucatnya masih sedikit terlihat.
“Yo” panggil Ify sambil
menyandarkan kepalanya di tubuhku setelah selesai memakaikan dasi ku
“Aku ikut ke kantor kamu
ya?” pinta Ify
“Kamu harus istirahat
sayang” tolakku secara halus, memang aku melarang Ify untuk ke butik hari ini
dan menyuruh Ify untuk istirahat di rumah
“Aku bakalan suntuk kalo
di rumah terus” bujuk Ify lagi
“Kamu masih belum sehatan
Fy, so, istirahat aja, jangan bandel kali ini ok?” ucap ku masih menolak
“Ya udah kalo kamu nggak
izinin aku kekantor aku kebutik aja nanti” ancam Ify
“Kyaaaa!!!! Jangan, ok,
kamu ke kantor” pasrah ku akhirnya, setidaknya Ify masih bisa aku kontrol jika
dia dikantor bersama ku.
********
Aku
dan Ify melangkahkan kaki menuju ruangan ku, seperti biasa aku merengkuh
pinggang Ify menggunakan tangan kanan ku secara posesif, banyak karyawan yang
menyapa aku dan Ify. aku hanya membalas senyuman begitu pun dengan Ify.
Ify
langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang kerja ku, ku lihat Ify memejamkan
matanya sejenak, aku pun memilih untuk mengikutinya.
“Kamu kenapa? Pusing
lagi?” tanya ku, jujur aku masih khawatir dengan keadaannya. Ify menggelengkan
kepalanya.
“Kamu bukannya ada rapat
pagi ini” ingat Ify, aku hanya mengangguk mengiakan
“Ya udah sana siap-siap
aku tunggu kamu di sini” ucap Ify dan mencium pipi kanan ku, aku hanya
tersenyum, tingkah nya akhir-akhir ini sedikit manja dan berani, dan itu
menguntungkan buat ku. Hhihihihi.
“Ya udah aku rapat dulu,
kamu di sini saja jangan kemana-mana. Ngerti?” ucap ku menasehatinya
“Iya-iya. Udah sana gih”
usir Ify
“Kamu ngusir aku?” tanya
ku membuat nada seolah-olah aku tak terima
“Tu tau, udah sana” ucap
Ify kemudian berdiri dan setelah itu duduk di kursi kerja ku.
“Hmmm, ok,,ok” pasrah ku
tapi sebelumnya aku menuju ke tempat Ify dan,,,
“Cupppp”
“Kyaaaaa... RIOOOOO”
teriak Ify tak terima kerana aku mencuri lagi ciuman singkat di bibirnya.
“Hahahahhaha.... bye
sayang, suami mu pergi dulu” ucap ku dan langsung berlari keluar sebelum Ify
semakin ngamuk
IFY POV
Aku masih duduk santai di
ruangan kerja Rio sambil memainkan laptop kerja Rio.
“Hufttttt” bosan, ya tentu
saja sangat bosan bila harus menunggu di sini sendirian, tapi itu masih lebih
baik dari pada aku harus menunggu di rumah, mengingat Rio tidak mengizinkan aku
untuk ke butik hari ini. Pandangan ku, ku alihkan ke jam tanganku, 09:15 dan
itu artinya sudah empat puluh lima menit yang lalu Rio rapat. apakah masih
lama?
Aku membuka laci meja Rio
mencari sesuatu yang bisa aku gunakan untuk mengusir rasa bosan ku, tapi nihil
aku hanya menemukan kunci mobil, dompet dan handphonenya Rio, eh, tunggu
sepertinya ada yang menarik, lalu aku mengambil dompet Rio, mencoba membongkar
isi nya, awalnya mata ku hanya melihat deretan kartu ATM yang tertata rapi di
dompet Rio, namun tiba-tiba aku tersenyum saat melihat foto ku terpajang manis
di dompetnya, hahahaha sebegitu cintanya Mario Stevano Aditya Haling kapada ku.
Tidak puas aku membongkar
dompet Rio aku pun mulai mengotak-atik handphonenya,
“Aishhhh” desis ku saat
mengetahui wallpaper handphone Rio juga foto ku, tapi dengan pose yang
sangat-sangat menyedihkan, dimana aku sedang menggembungkan pipi ku kesal dan
mengerucutkan bibir ku... aaaaaaa...... sungguh tidak elit, dan sangat tidak
elit, lalu aku memotret diri ku sendiri mengggunakan handphone Rio, setelah itu
aku mengganti wallpaper handphonenya dengan foto ku yang barusan ku ambil.
“Sempurna” gumam ku lalu
meletakkan kembali handphone Rio di laci meja.
“Hhkkk” tiba-tiba saja
perut ku terasa mual, sangat mual, lalu aku langsung berlari ke toilet di
ruangan Rio, aku masih mencoba mengeluarkan isi perutku namun sama sekali tidak
ada yang keluar, tenaga ku benar-benar habis sekarang, bahkan aku sudah duduk
bersandar dinding toilet, hingga akhir nya semua terasa gelap.
RIO POV
Aku langsung bergegas ke
ruanganku saat rapat telah selesai, aku takut Ify bosan karena kelamaan
menunggu, aku langsung saja membuka pintu ruangan ku, namun Ify tidak ada di
ruanganku, aku masih berusaha tenang, mungkin Ify di toilet fikir ku.
“Fy... Ify... kamu di
dalam” panggil ku sambil mengetok pintu toilet yang memang tersedia toilet di
ruangan kerja ku.
“Fy, kamu di dalam
sayang?” panggil ku lagi, namun tidak ada suara Ify untuk menjawab panggilanku.
Aku panik, ya tentu saja, lalu aku mencoba membuka pintu toilet yang ternyata
tidak di kunci
“IFYY” pekik ku saat
melihat Ify tak sadar kan diri di dalam
“Fy... Ify,,,, bangun
sayang” ucap ku dengan nada bergetar karena takut terjadi apa-apa dengan Ify,
tangan ku mencoba menepuk-nepuk pelan pipi Ify berharap Ify akan sadar
“Fy, bangun.... sayang”
ucap ku semakin tak beraturan, aku takut, sangat takut, tuhan aku nggak mau
kehilangan untuk saat ini tuhan, terlebih lagi istri ku. Lalu tanpa menunggu
lama lagi aku langsung membopong Ify ke rumah sakit.
**********
Aku masih duduk di ruang
tunggu sambil menunggu dokter memeriksa Ify, aku Cuma berharap nggak ada
sesuatu yang buruk menimpa Ify. Hingga akhirnya suara pintu terbuka mambuat ku
langsung tersadar.
“Gimana keadaan Ify Yel”
tanya ku langsung saat dokter yang memeriksa Ify keluar dan memang kebetulam
saat itu Iel yang memeriksa. Ku lihat Iel tersenyum tipis.
“Ify nggak papa Yo, hanya
saja mungkin Ify kecapean, dan selamat....” jelas Iel, sambil mengulurkan
tangannya, selamat? Untuk apa? Ify sedang sakit dan Iel memberiku selamat, aku
berharap Iel sedang tidak sakit sekarang.
“Buat?” tanya ku bingung,
tapitetap menerima uluran tangannya.
“Kamu sebentar lagi akan
menjadi seorang papa” diam, aku hanya diam mematung, masih mencerna pernyataan
Iel barusan, papa? Aku akan menjadi seorang papa, berarti...
“Maksud loe....” ucap ku
meminta penjelasan lebih, walau pun sebnarnya aku sudah tau apa maksudnya, dan
rasanya aku ingin berteriak saat ini juga saking bahagianya.
“Ya,,, Ify hamil dan usia
kandungannya baru empat minggu, pingsan yang di alami Ify memang kadang terjadi
di awal kehamilan, tapi loe nggak usah terlalu panik, dan gue harap loe lebih
extra lagi menjaga pola makan sama waktu istirahatnya Ify karena sekarang Ify
nggak sendiri ada nyawa lagi di rahimnya, dan loe juga jangan kaget saat nanti
jika Ify mengalami morning sick, sifat Ify yang berubah-ubah dan permintaan Ify
yang aneh-aneh karena itu semua wajar di alami oleh ibu hamil, dan terjadi
kerana bawaan bayi, satu lagi pesen gue jangan buat Ify banyak fikiran dan
stres karena akan berdampak pada kandungannya *ampun mput gue Cuma ngarang itu
ntah ia ntah enggak ibu-ibu hamil kayak gitu*” jelas Iel aku hanya diam merekam
semua yang Iel katakan di fikiran ku
“Makasih Yel” ucap ku kali
ini dengan senyum yang mengembang di wajah ku, bagaimana tidak aku akan menjadi
seorang ayah.
“Sama-sama Yo, selamat
sekali lagi, akhirnya loe nyusul gue juga. Hihihi” kekeh Iel menepuk bahu ku
sebentar setelah itu pergi.
Aku masuk ke kamar rawat
Ify, ku lihat Ify terbaring lemah di sana dengan selang infus di tangan
kanannya. Aku langsung menarik kursi untuk mensejajarkan tubuh ku dengan Ify.
“Makasih” hanya itu yang
bisa aku ucapkan sekarang, aku terlalu bahagia saat ini hingga hanya kata
terima kasih yang aku bisa katakan sekarang.
“Makasih udah kasih hadiah
terindah untuk aku Fy” ucap ku lagi sambil menggenggam erat tangannya. Lalu ku
ulurkan tanganku untuk mengelus perutnya yang masih datar.
“Hai, makasih udah jadiin
aku seorang papa, baik-baik di dalam” ucap ku berbicara pada anakku yang ada di
rahim Ify. Bentar lagi aku akan menjadi seorang ayah, di dalam rahim Ify
sekarang tumbuh darah dagingku. ohhh,
tuhan,,, sungguh aku nggak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, ini terlalu
membahagiakan, sangat membahagiakan.
“Hmmm” ku dengar gumaman
Ify, dan detik berikutnya Ify mengerjap-ngerjap matanya dan tersadarkan.
“Hei” sapa ku lembut dan
mengelus puncak kepalanya
“Aku dimana Yo” tanya Ify
sambil melihat kanan kirinya
“Kamu dirumah sakit
sayang” jawab ku
“Ha,,, kok bisa” tanya Ify
yang sepertinya tidak ingat dengan apa yang terjadi dengan dirinya
“Kamu tadi pingsan di
toilet, ingat?” tanya ku, ku lihat Ifyy sedikit memicingkan matanya, mengingat
sesuatu.
“Ah,, ia aku ingat” jawab
Ify lalu mencoba untuk duduk dan aku membantunya
“Kok bisa pingsan tadi?
Kenapa?” tanya ku lagi yang ingin tau penyebab Ify pingsan.
“Aku nggak tau, tiba-tiba
aja perut aku mual, terus aku nggak ingat apa-apa lagi” jelas Ify
“Ya udah sekarang kamu
makan, biar cepat sembuh” ucap ku dan menyodorkan sesendok bubur.
“Aku nggak selera Yo”
tolak Ify mendorong sendok yang berisi bubur
“Kamu nggak kasihan sama
anak kita?” tanya ku dan seketika Ify mengerenyit bingung
“Anak?”
“Iya anak, kamu sebentar
lagi akan jadi seoarang mama dan aku akan menjadi seorang papa” jelas ku, aku
lihat Ify diam.
“Kok diam, kamu nggak
senang?” ucapku lalu meletakkan bubur yang akan aku suapin ke Ify diatas nakas
lalu menggengam tangan Ify
“Bukan gitu Yo, aku,,,
aku,,, aku Cuma masih nggak percaya, aku juga bahagia, bahagia banget” ucap Ify
dan perlahan air matanya turun membasahi pipinya.
“Udah, jangan nangis, bayi
kita juga ikutan sedih nanti” ucap ku tersentum sambil mengusap air mata Ify.
Ify mengangguk dan langsung memeluk ku, aku mambalas dengan mengusap puncak
kepalannya.
BERSAMBUNG.....
No comments:
Post a Comment