Wednesday, May 6, 2015

Scenario Of Love (SOL) Part 8 ~RiFy~

Scenario Of Love (SOL)
Siska Friestiani @siskahaling



IFY POV

Aku masih mengembangkan senyumku saat mengetahui aku hamil, ahhhhh,,,, ini sungguh membuatku bahagia, bahkan sekarang aku merasa ini semua masih mimpi. Tidak ini bukan mimpi Ify ini nyata. Bahkan aku sampai tidak sadar bahwa kami saudah sampai rumah.

“Eh” kaget ku saat Rio menggendong ku menuju kamar

“Yo” panggil ku masih di gendongan Rio, aku pun masih melingkarkan tanganku di leher Rio

“Ya” jawab Rio

“Aku bisa jalan sendiri, aku nggak papa, aku kan nggak lagi sakit” ucap ku, sedikit kesal kepada Rio, yang berlebihan merutku. Tapi aku sebenarnya suka. Hihihihi.

“Aku Cuma nggak mau kenapa-napa” jawab Rio langkahnya tetap menaiki anak tangga.

“Ishhhh, terserah kamu deh” kesal ku dan aku pun menyandarkan kepala ku di dada Rio. Rio meletakkan ku di tempat tidur, aku dapat merasakan Rio melakukannya dengan sangat hati-hati.

“Kita hari ini pindah rumah ayah sama bunda aja ya” ucap Rio mengambil duduk di sampingku

“Kenapa?” tanya ku sedikit bingung

“Ya, aku takut aja kamu kenapa-napa waktu aku nggak di rumah” jawab Rio, astaga, segitunya kah?

“Aku mau di rumah aja, lagian kan aku bisa telfon kamu kalau ada apa-apa, nggak usah terlalu khawatir, ok” ucap ku sedikit menenangkannya

“Tapi kan...”

“Percaya sama aku” ucap ku dan ku lihat Rio langsung mengangguk

“Kamu masih terasa mual?” tanya Rio

“Nggak, aku baik-baik aja, malah sekarang aku pengen makan nasi goreng” ucap ku berbinar mambayangkan betapa enaknya nasi goreng.

“Ya udah aku pesenin di resto dulu ya” ucap Rio sambil mengambil ponselnya memesan delivery

“Nggak mau” tolak ku membuat Rio berkerut kening

“Aku maunya kamu yang masak” lanjut ku dan ku lihat Rio melototkan matanya tidak percaya

“Kamu yakin Fy, aku nggak bisa masak” ucap Rio nggak yakin

“Hemmm” ucap ku mengangguk-anggukan kepala ku, mungkin terlihat seperti anak kecil

“Pesen diresto aja ya” ucap Rio, aku menggelangkan kepala ku keras

“Aku maunya kamu yang masak Rio” gemasku

“Tapi...”

“Ya udah kalau nggak mau masain” aku mulai ngambek Rio dari tadi masih berusaha menolak

“Okk.... okk aku yang masak” ucap Rio akhirnya, aku pun langsung tersenyum senang.

RIO POV

Aku masih berkutat dengan aktifitasku di dapur, membuat nasi goreng permintaan Ify, mungkin ini yang di sebut ngidam, karena permintaannya memang aneh, tapi itu semua tidak masalah buatku, aku malah merasa senang melakukan ini semua.

Ku lihat Ify masih duduk di meja makan sambil memakan apel, yahhh, aku tau sekarang kenapa Ify maniac sekali dengan apel. Aku mencicipi sedikit hasil masakan ku sebelum aku menaruhnya di piring,

‘Lumayan, tidak terlalu buruk’ batin ku tersenyum dengan hasil masakannku dan langsung menyusunnya di piring.

“Makanan datang” ucap ku dan langsung meletakkan di atas meja makan

“Wahhhh, hemmm, pasti enak” ucap Ify bertepuk tangan layaknya anak kecil yang di belikan mainan baru

“Ini, aku suapin apa makan sendiri?” tanya ku, dan tanpa menjawab Ify langsung menarik piring dan langsung memakannya.

"Wahhh, enak,,, enak,,,” ucap Ify yang dengan lahap menyantap nasi goreng ala Rio. Hihihih. Aku tersenyum penuh arti melihat Ify yang masih asyik menyantap nasi goreng buatanku, aku bernafas lega, akhirnya makanan yang bernama nasi masuk ke dalam perutnya selama beberapa hari ini sulit untuk Ify memakannya.

“Yo, kita nggak kasih tau bunda, ayah sama mama, papa?” tanya Ify di sela makannya

“Kasih tau dong, bentar lagi mereka datang, tadi aku udah kasih tau mereka suruh ke sini” ucap ku tersenyum

“Owh” Ify hanya ber oh ria dan melanjutkan makannya

“Ting-tong *anggap aja suara bel saudara-saudara*”

“Nah itu mereka” ucap Ify girang dan langsung berlari berniat membukakan pintu

“Kyyyyaaaaa,,,, jangan lari, pelan-pelan” geram ku ke Ify dalam keadaan seperti ini masih saja ceroboh

“Bunda, mama” teriak Ify dan langsung memeluk keduanya, sedangkan papa dan ayah langsung masuk bersama ku

“Ada apa sayang? Kenapa panggil kita semua ke sini?” tanya mama setelah sampai di ruang tamu dan duduk di samping kanan Ify

“Tanya aja ke Rio, Rio kan yang manggil” ucap Ify yang sedang bersandar di bahu bunda sambil memainkan rambutnya

“Ini” ucap ku ke mama sambil menyerahkan amplop coklat hasil pemeriksaan Ify tadi

"Ini apa?” tanya mama bingung membolak-balik amplop tersebut

“Mama buka saja dulu” ucap ku tersenyum

“Ini beneran?” pekik bunda syok setelah membaca isinya, seperti aku tadi, aku hanya mengangguk

“Mama bakal jadi nenek?” tanya mama lagi, aku pun hanya mengangguk lagi. Ku lihat papa langsung menarik kertas yang di pegang oleh mama

“HAAAAA, papa akan menjadi kakek, akhirnya” ucap papa dan memeluk ayah.

“Fer, kita akan menjadi seorang kakek” ucap papa ke ayah, aku dan Ify hanya tersenyum melihat dua orang yang selalu bersikap berwibawa di depan para karyawan kantor, menjadi alay seperti sekarang.

“Kapan kalian tau?” tanya bunda yang kini sedang memegang kertas tadi

“Tadi bun” jawab Ify angkat bicara

“Huh, mama udah nggak sabar pa, nunggu cucu mama lahir” ujar mama

“Laki-laki apa perempuan ya?” ceplos bunda

“Ih,,, mama sama bunda apaan sih, baru juga empat minggu sewot Ify

“Hahaha,” tawa semuanya pecah.

‘Selalu lah seperti ini tuhan’ batinku tersenyum.
*****

Sebulan sudah sejak aku dan Ify mengetahui Ify hamil, berarti sudah dua bulan usia kandungan Ify, tidak ada yang berubah Ify masih sering merasakan mual, nafsu makannya juga semakin berkurang, sungguh aku tidak tega melihatnya dan juga khawatir tentunya.

“Masih mual” tanya ku, karena dari tadi pagi Ify mengeluh mual, tapi tidak bisa ia keluarkan, karena memang belum ada makanan yang Ify masukkan kedalam perutnya sejak tadi pagi. Dapat ku merasakan Ify hanya mengengguk lemah di dadaku.

“Kita ke rumah sakit aja ya Fy, setidaknya bisa mengurangi rasa mualnya” ajak ku mengelus rambutnya. namun Ify menggeleng lemah. Ya tuhan, aku benar-benar khawatir.

“Yo” panggil Ify lemah

“Iya sayang” jawabku

“Pulang” ucap Ify. Ahhh, ya aku sampai lupa, aku dan Ify sekarang sedang di rumah mama dan papa. Karena papa mengajak untuk menginap beberapa hari di rumah.

“Kamu masih lemes gini sayang, nanti aja ya, nunggu kamu agak baikan” tolakku halus, aku khawatir Ify semakin sakit jika kondisi seperti ini melakukan perjalanan

“Aku gak papa Yo, aku mau pulang” pinta  Ify, aku hanya menghela nafas

“Ok, kita pulang” pasrah ku dan membantu Ify berjalan.

“Ma, pa, Ify sama Rio pamit pulang dulu ya” pamit ku ke mama dan papa yang kebetulan sedang duduk di sofa depan.

“Loh, kenapa?” tanya mama bingung

“Gak papa, Ify udah pengen pulang aja ma” jawab Ify buka suara walau sedikit lemah

“Ya udah, hati-hati sayang, sering-sering main kesini ya” pinta mama

“Sipp, pasti itu ma” jawab ku

“Inget Rio, pelan-pelan bawa mobilnya” ingat papa aku hanya mengangguk. Aku dan Ify langsung pergi menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah.
~~~~~~


Ify langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu, sepertinya perjalanan singkat dari rumah mama ke rumah kami cukup membuatnya kelelahan

“Capek?” tanya ku duduk di sebelah Ify, dan Ify langsung menyandarkan kepalanya di pundak ku

“Sedikit” jawab Ify pelan.

“Fy, besok malam ada pesta ulang tahun rekan bisnis aku, tapi kayaknya aku gak datang, aku lebih mau berduan aja sama kamu, eh maksudnya sama si dedek juga” ucapku sambil mengelus perut Ify

“Kok gitu? Gak enak kali kalau kamu gak datang, entar pasti tuan rumahnya kecewa” ucap Ify

“Aku lebih baik gak datang dari pada ninggalin kamu sendiri di rumah, sayang” jelasku, ku lihat Ify langsung tersenyum manis, sangat manis, benar-benar wanita hamil yang menggemaskan.

“Aku bisa temenin kamu kesana Yo” ucap Ify lagi

“No, kamu masih lemes gini, acaranya besok malam sayang” tolakku ke Ify

“Aku gak papa kali Yo, pokoknya kamu besok harus datang,  istrimu yang cantik ini yang bakal nemenin kamu” ucap Ify narsis dengan senyum manisnya walau wajah pucatnya tetap terpoles di wajahnya.

“Hemm, sejak kapan wanita hamil ini bisa narsis?” tanya ku  mencubit hidungnya pelan

“Sejak kapan ya? Sejak.....” aku diam mematung saat tiba-tiba sesuatu yang basah dan lembut manyentuh bibirku, ya Ify mencium ku secara tiba-tiba. Namun keterkejutan ku hanya beberapa detik, karena detik berikutnya aku membalas ciuman Ify, Ify membuka sedikit bibirnya, tanpa menunggu lama aku langsung menelusupkan lidahku mengabsen deretan giginya yang rapi, aku merasa kehamilan Ify membuatnya sedikit berani, tentu saja itu sangat menguntungkan ku. Hihihi. Hingga akhirnya aku merasa pasokan nafas Ify mulai habis dan dengan sedikit tidak rela aku melepaskann ciuman kami.

“itu tadi apa?” tanya ku berniat menggoda

“kiss” jawab Ify singkat

“just kiss?” tanya ku semakin ingin menggodanya

“gak lah, aku minta imbalannya” jawab Ify membuat kerutan di dahiku.

“imbalan?” tanya ku bingung

“ia, aku minta imbalannya, imbalannya kamu buatin aku nasi goreng kayak semalam, aku laper. Hehehe” astaga Ify, gadis di hadapanku ini sungguh sangat-sangat penuh kejutan dan semua tingkahnya selalu bisa membuat ku semakin dan semakin mancintainya

“dengan senang hati sayang” ucap ku berdiri menuju dapur namun sebelumnya mencium bibir Ify sekilas

“bonusnya” jawabku dan langsung beranjak menuju dapur. Ku lihat Ify tersenyum simpul.

******

Pagi ini Ify memilih untuk ikut ke kantor, sebenarnya aku melarangnya dan menyuruhnya untuk istirahat di rumah, tapi kalian semua taulah bagaimana sifat keras kepalanya Ify.

“kamu yakin sayang mau ikut aku, di rumah aja ya istirahat” pintaku ketika Ify memakaikan dasiku

“hemmm, aku udah gak papa” jawab Ify tapi tangannya masih sibuk memakaikan dasiku

“ya udah, tapi kamu kalau capek atau butuh apa-apa kasih tau aku. Ngerti” ucap ku ke Ify, Ify hanya mengangguk patuh

Aku melangkah ke kantor seperti biasa, pemandangan seperti ini mungkin sudah sering di lihat oleh karyawanku akhir-akhir ini, ya lebih tepatnya sejak aku dan Ify baikan.



~~~“kita lihat sampai kapan senyum itu akan ada di bibir anda nyonya Haling” batin seseorang.~~~

~~~~~~

Ify mengajak ku makan siang di kantin kantor, mungkin bawain bayi. Fikirku. Ify langsung melihat deretan menu, lalu memsan mie ayam dan teh hangat. Selagi menunggu pesanan datang tiba-tiba Ify memekik kepanasan saat segelas teh panas menguyur lengannya

“awwww,, panas” pekik Ify yang membuat ku spontan berdiri mendekati Ify

“maaf... maaf...buk saya tidak sengaja” ucap seseorang yang ternyata Shilla

“kamu gak punya mata, ceroboh banget” emosi ku dengan nada tinggi, tidak peduli semua karyawan melihat ku saat ini. Sedangkan Ify masih meringis menahan rasa panas di lengan kirinya.

“ma..maaf pak” ucap Shilla lagi sambil menunduk

“udah Yo, udah gak papa, Shilla nya juga gak sengaja” jawab Ify walau masih berusaha mengontrol rasa panasnya

“udah Shill gak papa kamu boleh melanjutkan makan siang kamu” tambah Ify dan kulihat Shilla mengangguk patuh, namun dari tapi tatapan ku tidak beralih sama sekali ke Shilla.

“kamu gak papa sayang? Masih sakit?” tanya ku ke Ify setelah Shilla beranjak pergi

“aww, pelan-pelan, ia gak papa kok, masih agak panas aja” jawab Ify meniup-niup lengannya

“aku kompres ya, biar gak berbekas” ucap ku dan diangguki oleh Ify

“acha” panggilku ke salah satu karyawanku yang bernama acha yang kebetulan berada di dekat kami

“ia pak” jawab acha setelah menghampiriku lebih dekat

“tolong ambilkan es sama washlap” pintaku

“baik pak” jawab acha dan langsung pergi. Hanya lima menit acha kembali dengan beskom kecil berisi es dan washlap.

“ini pak”

“ia makasih cha” ucapku

“sama-sama pak, ya sudah saya permisi dulu pak” pamit acha dan hanya aku balas dengan anggukan

“awww, pelan-pelan Yo” ringis Ify, mungkin aku mengompresnya kurang hati-hati

“ia sayang, aduh, sakit banget ya, Shilla ceroboh banget sih” kesal ku datang lagi mengingat kejadian yang membuat Ify seperti ini

“udah gak papa Yo, lagian Shilla gak sengaja kan? Udah minta maaf juga” bela Ify

“tapi kan...”

“udah, lagian aku juga gak papa” potong Ify, dan detik berikutnya pesananaku dan Ify datang.



~~~“itu baru awal Ify sayang, tunggu kejutan selanjutnya”~~~

~~~~~~

IFY POV

Aku sudah siap dengan gaun silver lengan pendek yang panjangnya hanya selutut, dan terdapat pita hijau tosca di bagian pinggang, simple namun terlihat elegan. Menurutku. Lalu memoleskan bedak namun tidak telalu tebal jadi terkesan natural, dan sebagai sentuhan terakhir ku sematkan pita hijau tosca di rambut ku yang aku gerai.

Kulihat Rio juga telah selesai dengan tuxedo silver yang warnanya sama dengan gaun ku, rambutnya sedikit di bentuk hingga terkesan lebih muda dari umurnya, sungguh sangat simple namun semua itu membuat Rio semakin tampan.

“udah siap?” tanya Rio, aku hanya mengangguk sambil memasang senyum sebagai jawaban, lalu Rio menggandeng tangan ku menuju mobil.

Butuh waktu tiga puluh menit untuk kami sampai ke sana, dari luar gedung sudah dapat aku tebak pesta ini sangatlah meriah, maklum sih pemilik acara juga orang terpandang, lamunan ku buyar saat Rio sudah membukakan pintu mobil, dengan senang hati aku keluar lalu mengapit lenganku dengan lengan Rio.

Mewah dan megah, itu kesan pertama ku, aku lihat semua orang menggunakan gaun-gaun bagus dan elegan, kaum wanita tentunya maksudku, lalu aku melirik diriku sendiri, simple sangat simple malah, membuatku minder untuk berbaur dengan yang lainnya, hingga aku lebih memilih terus mengandeng tangan Rio dan diam, mendengarkan Rio yang sudah berbincang-bincang dengan teman-teman rekan bisnisnya.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan ini, hingga aku melihat sebuah kolam renang yang juga di dekor hingga terlihat cantik, aku pun berniat kesana, setidaknya mencari udara segar dari pada harus di dalam ruangan yang sedikit menyiksa menurutku.

“Yo” panggil ku ke Rio

“ya” jawab Rio mengalihkan sebentar tatapannya ke aku sambil tersenyum

“aku ke sana ya, mau lihat-lihat” izinku kepada Rio 

“perlu aku temenin” tanya Rio. Aku hanya menggeleng, tanda Rio tidak perlu menemaniku, ini yang aku suka dari Rio, selalu memprioritaskan diriku di atas segalanya

“gak usah sayang, kamu disini aja sama temen-temen kamu, lagian aku kan gak jauh-jauh perginya” tolakku dan Rio hanya mengangguk mengizinkan aku. Aku hanya balas dengan senyuman.

Aku melangkahkan kaki ku menuju kolam renang di halaman belakang gedung ini, cantik sangat cantik. Apa lagi sekarang aku tepat menghadap ke bulan, dengan bentuk yang bulat sempurna tanpa cacat sedikit, aku tersenyum melihatnya. Tiba-tiba seorang pelayan menawari ku minum, dengan senang hati aku mengambil segelas jus jeruk di nampan yang ia bawa.

Ku rasa aku sudah cukup lama berada di sini, dan ku lihat Rio juga masih berbincang-bincang dengan rekan bisnisnya. Tiba-tiba aku merasa tubuhku tersenggol dengan bahu seseorang cukup keras, hingga membuat tubuh ku sedikit oleng dan....

“byurrrrr” aku tercebur ke dalam kolam renang. Ini yang aku benci dari diriku sendiri, tidak pernah bisa menyelamatkan diri sendiri jika sedang darurat seperti ini, aku tidaklah mahir dalam berenang, bukan tidak mahir, namun tidak bisa sama sekali.

Aku berusaha mendongakkan kepalaku agar dapat menghirup udara setidaknya sedikit untuk bisa bertahan sampai Rio datang menyelamatkanku.

“Rio?” yah, hanya satu nama yang terlintas di fikiranku saat ini, Rio ya hanya Rio. Tenggorokanku terasa perih, sangat perih, aku rasa aku sudah meminum banyak air kolam ini, dan bahkan paru-paruku pun sudah banyak kemasukan air, aku tau karena sekarang aku sangat sulit untuk bernafas. Ya tuhan tolong jangan ambil aku dulu tuhan, beri aku sedikit waktu lagi setidaknya untuk melahirkan anak yang ada di dalam kandunganku, buah hati ku dan Rio. Nafasku semakin habis dan sekarang aku hanya bisa pasrah tapi masih terus berharap ada seseorang yang akan menolongku. Aku mendengar suara seseorang menceburkan dirinya ke dalam kolam, satu yang di fikiranku aku akan selamat, Hingga akhirnya aku merasakan tubuhku semakin lemas dan pandanganku kabur dan akhirnya semuanya menjadi gelap.

RIO POV

Aku melihatnya, bahkan sangat jelas, dan semua ini tidak pernah terlintas di fikiran terekstrim ku sekalipun. Aku melihatnya terdorong hingga terjatuh ke dalam kolam, ah ralat bukan terdorong tapi sengaja di dorong. Dan aku dapat melihat dengan jelas siapa pelakunya. Untuk beberapa detik aku masih shock dengan apa yang aku lihat hingga akhirnya kesadaran ku kembali, aku langsung membuang gelas yang ku pegang secara asal, lalu aku berlari ketempat Ify sekarang.

Aku lihat Shilla sedikit shock kerena mengetahui aku datang, tapi aku tidak memperdulikannya, aku langsung menceburkan diriku ke dalam kolam dan langsung dapat aku lihat Ify disana, terlihat sangat lemah, jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat saat ku lihat perlahan-lahan mata Ify mulai menutup, aku pun semakin mempercepat renangku.

Yah, aku telah menggenggam tangannya sekarang, aku datang Ify aku datang, bertahanlah sayang. Aku langsung menarik Ify untuk menuju tepi kolam dan langsung menidurkan Ify di tepi kolam, aku harus memberi pertolongan pertama.

“ya ampun pak, apa yang terjadi dengan buk Ify?” tanya Shilla yang masih berdiri di tepi kolam renang, cisss, aku gak bodoh Shilla, dari awal aku sedah curiga sama kamu, lebih tepatnya saat insiden Shiila menumpahkan teh panas ke lengan Ify. Aku tidak menggubrisnya sama sekali aku masih terus menekan dadanya, berusaha mengeluarkan air yang sempat masuk kedalam paru-parunya.

Dan Ify pun masih belum menunjukkan respon, aku kembali berusaha menekan dadanya.

Satu

Dua

Tiga

Masih tidak ada respon yang di tunjukkan Ify, detak jantungku semakin menggila, rasa takut mulai menghampiriku. Tuhan, aku tidak ingin kehilangan sekarang.

Satu

Dua

Tiga

Masih sama Ify tidak merespon sama sekali. Air mataku sudah siap jatuh kapan saja jika aku mengedipkan mata. Takut aku sangat takut.

“pak Mario, buk Ify kena-“

“kamu saya pecat” ucap ku langsung memotong perkataannya, bagaimana mungkin dia berlagak bertanya padahal dialah pelakunya

“tapi salah saya apa pak?”

“satu lagi, jika ada apa-apa dengan Ify, kamu orang pertama yang akan saya tuntut” ucapku tajam, kulihat Shilla menunduk takut

Ini cara terakhir ku yang aku tau.

Aku mendekatkan wajahku pada wajah Ify, bibirnya sudah membiru, kulitnya dingin dengan kelopak mata yang masih tertutup, sebelumnya aku membisikkan sesuatu ke Ify

“sayang, aku mohon bangun, aku sayang kamu, pleasee, jangan tinggalin aku” bisikku lalu aku berdoa dalam hati sejenak memejamkan mataku. Lalu aku membari nafas buatan ke Ify.

Aku langsung menghela nafas lega saat Ify terbatuk dan memuntahkan air yang sempat masuk ke paru-parunya, aku langsung mencium keningnya dan terus menerus mengucapkan terima kasih kepadanya. Dan tanpa aku sadari ternyata separuh dari para tamu sudah mengelilingiku dan Ify.

“kita pulang” ucapku dan hanya dijawab anggukan lemah dari Ify.

“aku langsung menggendong Ify dan membawanya keluar dari tempat yang sekarang menjadi tempat yang palling aku benci.

“Aku gak akan pernah biarin kamu jauh dari aku Ify, walaupun itu hanya sedetik” batinku

“Fy, kita ke rumah sakit ya sayang” pinta ku ke Ify karena ku lihat dari tadi Ify hanya diam sambil memejamkan matanya. Aku mengambil jas di belakang kursi penumpang yang memang aku selalu menyediakan jas cadangan, lalu ku tutupi tubuh Ify dan setelah itu menaikan derajat suhu AC agar menjadi hangat.

“sayang kita ke rumah sakit ya?” pinta ku lagi karena Ify tadi tidak menjawab, lalu ku lihat Ify menganggukan kepalanya, tanpa membuang waktu aku langsung melajukan mobil ke rumah sakit terdekat, karena aku sangat khawatir dengan kondisi Ify sekarang.

******

“syukurlah tidak ada yang perlu di khawatirkan tentang kondisi ibu Ify, dan kandungannya pun baik-baik saja. hanya saja dia mengalami trauma, saya harap anda lebih dapat menjaganya pak, buat hatinya dan fikirannya nyaman sehingga secara tidak langsung membantu ibu Ify untuk menghilangkan rasa traumanya” jelas dokter Rahmi setelah beberapa menit yang lalu memeriksa kondisi Ify

“baik dok, terima kasih” ucapku mengucapkan terima kasih setelah itu dokter Rahmi pamit dan aku pun langsung masuk ke kamar rawat Ify.

Aku melihat Ify terbaring lemah, dan itu untuk keberapa kalinya aku lihat, aku merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Ify, andai saja aku tadi menemaninya pasti semuanya tidak akan terjadi seperti ini. Ify maafin aku sayang.

Aku menarik kursi dan duduk mensejajarkan tubuhku agar lebih dekat dengan Ify.

“hey sayang, makasih udah mau bertahan untuk papa dan udah jagain mama untuk papa, kamu harus lahir sayang, untuk menghukum papa yang tidak bisa menjaga kalian berdua. Mengerti” ucapku berbicara kepada bayi yang ada di kandungan Ify.

“I Love You”

BERSAMBUNG.....

No comments:

Post a Comment

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523

Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.