Scenario Of Love (SOL)
Siska Friestiani @siskahaling
IFY POV
Aku masih mengembangkan
senyumku saat mengetahui aku hamil, ahhhhh,,,, ini sungguh membuatku bahagia,
bahkan sekarang aku merasa ini semua masih mimpi. Tidak ini bukan mimpi Ify ini
nyata. Bahkan aku sampai tidak sadar bahwa kami saudah sampai rumah.
“Eh” kaget ku saat Rio
menggendong ku menuju kamar
“Yo” panggil ku masih di
gendongan Rio, aku pun masih melingkarkan tanganku di leher Rio
“Ya” jawab Rio
“Aku bisa jalan sendiri,
aku nggak papa, aku kan nggak lagi sakit” ucap ku, sedikit kesal kepada Rio,
yang berlebihan merutku. Tapi aku sebenarnya suka. Hihihihi.
“Aku Cuma nggak mau
kenapa-napa” jawab Rio langkahnya tetap menaiki anak tangga.
“Ishhhh, terserah kamu
deh” kesal ku dan aku pun menyandarkan kepala ku di dada Rio. Rio meletakkan ku
di tempat tidur, aku dapat merasakan Rio melakukannya dengan sangat hati-hati.
“Kita hari ini pindah
rumah ayah sama bunda aja ya” ucap Rio mengambil duduk di sampingku
“Kenapa?” tanya ku sedikit
bingung
“Ya, aku takut aja kamu
kenapa-napa waktu aku nggak di rumah” jawab Rio, astaga, segitunya kah?
“Aku mau di rumah aja,
lagian kan aku bisa telfon kamu kalau ada apa-apa, nggak usah terlalu khawatir,
ok” ucap ku sedikit menenangkannya
“Tapi kan...”
“Percaya sama aku” ucap ku
dan ku lihat Rio langsung mengangguk
“Kamu masih terasa mual?”
tanya Rio
“Nggak, aku baik-baik aja,
malah sekarang aku pengen makan nasi goreng” ucap ku berbinar mambayangkan
betapa enaknya nasi goreng.
“Ya udah aku pesenin di
resto dulu ya” ucap Rio sambil mengambil ponselnya memesan delivery
“Nggak mau” tolak ku
membuat Rio berkerut kening
“Aku maunya kamu yang
masak” lanjut ku dan ku lihat Rio melototkan matanya tidak percaya
“Kamu yakin Fy, aku nggak
bisa masak” ucap Rio nggak yakin
“Hemmm” ucap ku
mengangguk-anggukan kepala ku, mungkin terlihat seperti anak kecil
“Pesen diresto aja ya”
ucap Rio, aku menggelangkan kepala ku keras
“Aku maunya kamu yang
masak Rio” gemasku
“Tapi...”
“Ya udah kalau nggak mau
masain” aku mulai ngambek Rio dari tadi masih berusaha menolak
“Okk.... okk aku yang
masak” ucap Rio akhirnya, aku pun langsung tersenyum senang.
RIO POV
Aku masih berkutat dengan
aktifitasku di dapur, membuat nasi goreng permintaan Ify, mungkin ini yang di
sebut ngidam, karena permintaannya memang aneh, tapi itu semua tidak masalah
buatku, aku malah merasa senang melakukan ini semua.
Ku lihat Ify masih duduk
di meja makan sambil memakan apel, yahhh, aku tau sekarang kenapa Ify maniac
sekali dengan apel. Aku mencicipi sedikit hasil masakan ku sebelum aku
menaruhnya di piring,
‘Lumayan, tidak terlalu
buruk’ batin ku tersenyum dengan hasil masakannku dan langsung menyusunnya di
piring.
“Makanan datang” ucap ku
dan langsung meletakkan di atas meja makan
“Wahhhh, hemmm, pasti
enak” ucap Ify bertepuk tangan layaknya anak kecil yang di belikan mainan baru
“Ini, aku suapin apa makan
sendiri?” tanya ku, dan tanpa menjawab Ify langsung menarik piring dan langsung
memakannya.
"Wahhh, enak,,, enak,,,”
ucap Ify yang dengan lahap menyantap nasi goreng ala Rio. Hihihih. Aku tersenyum
penuh arti melihat Ify yang masih asyik menyantap nasi goreng buatanku, aku
bernafas lega, akhirnya makanan yang bernama nasi masuk ke dalam perutnya
selama beberapa hari ini sulit untuk Ify memakannya.
“Yo, kita nggak kasih tau
bunda, ayah sama mama, papa?” tanya Ify di sela makannya
“Kasih tau dong, bentar
lagi mereka datang, tadi aku udah kasih tau mereka suruh ke sini” ucap ku
tersenyum
“Owh” Ify hanya ber oh ria
dan melanjutkan makannya
“Ting-tong *anggap aja
suara bel saudara-saudara*”
“Nah itu mereka” ucap Ify
girang dan langsung berlari berniat membukakan pintu
“Kyyyyaaaaa,,,, jangan
lari, pelan-pelan” geram ku ke Ify dalam keadaan seperti ini masih saja ceroboh
“Bunda, mama” teriak Ify
dan langsung memeluk keduanya, sedangkan papa dan ayah langsung masuk bersama
ku
“Ada apa sayang? Kenapa
panggil kita semua ke sini?” tanya mama setelah sampai di ruang tamu dan duduk
di samping kanan Ify
“Tanya aja ke Rio, Rio kan
yang manggil” ucap Ify yang sedang bersandar di bahu bunda sambil memainkan rambutnya
“Ini” ucap ku ke mama
sambil menyerahkan amplop coklat hasil pemeriksaan Ify tadi
"Ini apa?” tanya mama
bingung membolak-balik amplop tersebut
“Mama buka saja dulu” ucap
ku tersenyum
“Ini beneran?” pekik bunda
syok setelah membaca isinya, seperti aku tadi, aku hanya mengangguk
“Mama bakal jadi nenek?”
tanya mama lagi, aku pun hanya mengangguk lagi. Ku lihat papa langsung menarik
kertas yang di pegang oleh mama
“HAAAAA, papa akan menjadi
kakek, akhirnya” ucap papa dan memeluk ayah.
“Fer, kita akan menjadi
seorang kakek” ucap papa ke ayah, aku dan Ify hanya tersenyum melihat dua orang
yang selalu bersikap berwibawa di depan para karyawan kantor, menjadi alay
seperti sekarang.
“Kapan kalian tau?” tanya
bunda yang kini sedang memegang kertas tadi
“Tadi bun” jawab Ify
angkat bicara
“Huh, mama udah nggak
sabar pa, nunggu cucu mama lahir” ujar mama
“Laki-laki apa perempuan
ya?” ceplos bunda
“Ih,,, mama sama bunda
apaan sih, baru juga empat minggu sewot Ify
“Hahaha,” tawa semuanya
pecah.
‘Selalu lah seperti ini
tuhan’ batinku tersenyum.
*****
Sebulan sudah sejak aku
dan Ify mengetahui Ify hamil, berarti sudah dua bulan usia kandungan Ify, tidak
ada yang berubah Ify masih sering merasakan mual, nafsu makannya juga semakin
berkurang, sungguh aku tidak tega melihatnya dan juga khawatir tentunya.
“Masih mual” tanya ku,
karena dari tadi pagi Ify mengeluh mual, tapi tidak bisa ia keluarkan, karena
memang belum ada makanan yang Ify masukkan kedalam perutnya sejak tadi pagi. Dapat
ku merasakan Ify hanya mengengguk lemah di dadaku.
“Kita ke rumah sakit aja
ya Fy, setidaknya bisa mengurangi rasa mualnya” ajak ku mengelus rambutnya.
namun Ify menggeleng lemah. Ya tuhan, aku benar-benar khawatir.
“Yo” panggil Ify lemah
“Iya sayang” jawabku
“Pulang” ucap Ify. Ahhh,
ya aku sampai lupa, aku dan Ify sekarang sedang di rumah mama dan papa. Karena
papa mengajak untuk menginap beberapa hari di rumah.
“Kamu masih lemes gini
sayang, nanti aja ya, nunggu kamu agak baikan” tolakku halus, aku khawatir Ify
semakin sakit jika kondisi seperti ini melakukan perjalanan
“Aku gak papa Yo, aku mau
pulang” pinta Ify, aku hanya menghela
nafas
“Ok, kita pulang” pasrah
ku dan membantu Ify berjalan.
“Ma, pa, Ify sama Rio
pamit pulang dulu ya” pamit ku ke mama dan papa yang kebetulan sedang duduk di
sofa depan.
“Loh, kenapa?” tanya mama
bingung
“Gak papa, Ify udah pengen
pulang aja ma” jawab Ify buka suara walau sedikit lemah
“Ya udah, hati-hati
sayang, sering-sering main kesini ya” pinta mama
“Sipp, pasti itu ma” jawab
ku
“Inget Rio, pelan-pelan
bawa mobilnya” ingat papa aku hanya mengangguk. Aku dan Ify langsung pergi
menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah.
~~~~~~
Ify langsung merebahkan
tubuhnya di sofa ruang tamu, sepertinya perjalanan singkat dari rumah mama ke
rumah kami cukup membuatnya kelelahan
“Capek?” tanya ku duduk di
sebelah Ify, dan Ify langsung menyandarkan kepalanya di pundak ku
“Sedikit” jawab Ify pelan.
“Fy, besok malam ada pesta
ulang tahun rekan bisnis aku, tapi kayaknya aku gak datang, aku lebih mau
berduan aja sama kamu, eh maksudnya sama si dedek juga” ucapku sambil mengelus
perut Ify
“Kok gitu? Gak enak kali
kalau kamu gak datang, entar pasti tuan rumahnya kecewa” ucap Ify
“Aku lebih baik gak datang
dari pada ninggalin kamu sendiri di rumah, sayang” jelasku, ku lihat Ify
langsung tersenyum manis, sangat manis, benar-benar wanita hamil yang
menggemaskan.
“Aku bisa temenin kamu
kesana Yo” ucap Ify lagi
“No, kamu masih lemes
gini, acaranya besok malam sayang” tolakku ke Ify
“Aku gak papa kali Yo,
pokoknya kamu besok harus datang,
istrimu yang cantik ini yang bakal nemenin kamu” ucap Ify narsis dengan
senyum manisnya walau wajah pucatnya tetap terpoles di wajahnya.
“Hemm, sejak kapan wanita
hamil ini bisa narsis?” tanya ku
mencubit hidungnya pelan
“Sejak kapan ya?
Sejak.....” aku diam mematung saat tiba-tiba sesuatu yang basah dan lembut
manyentuh bibirku, ya Ify mencium ku secara tiba-tiba. Namun keterkejutan ku
hanya beberapa detik, karena detik berikutnya aku membalas ciuman Ify, Ify
membuka sedikit bibirnya, tanpa menunggu lama aku langsung menelusupkan lidahku
mengabsen deretan giginya yang rapi, aku merasa kehamilan Ify membuatnya
sedikit berani, tentu saja itu sangat menguntungkan ku. Hihihi. Hingga akhirnya
aku merasa pasokan nafas Ify mulai habis dan dengan sedikit tidak rela aku
melepaskann ciuman kami.
“itu tadi apa?” tanya ku
berniat menggoda
“kiss” jawab Ify singkat
“just kiss?” tanya ku
semakin ingin menggodanya
“gak lah, aku minta
imbalannya” jawab Ify membuat kerutan di dahiku.
“imbalan?” tanya ku
bingung
“ia, aku minta imbalannya,
imbalannya kamu buatin aku nasi goreng kayak semalam, aku laper. Hehehe” astaga
Ify, gadis di hadapanku ini sungguh sangat-sangat penuh kejutan dan semua
tingkahnya selalu bisa membuat ku semakin dan semakin mancintainya
“dengan senang hati
sayang” ucap ku berdiri menuju dapur namun sebelumnya mencium bibir Ify sekilas
“bonusnya” jawabku dan
langsung beranjak menuju dapur. Ku lihat Ify tersenyum simpul.
******
Pagi ini Ify memilih untuk
ikut ke kantor, sebenarnya aku melarangnya dan menyuruhnya untuk istirahat di
rumah, tapi kalian semua taulah bagaimana sifat keras kepalanya Ify.
“kamu yakin sayang mau
ikut aku, di rumah aja ya istirahat” pintaku ketika Ify memakaikan dasiku
“hemmm, aku udah gak papa”
jawab Ify tapi tangannya masih sibuk memakaikan dasiku
“ya udah, tapi kamu kalau
capek atau butuh apa-apa kasih tau aku. Ngerti” ucap ku ke Ify, Ify hanya
mengangguk patuh
Aku melangkah ke kantor
seperti biasa, pemandangan seperti ini mungkin sudah sering di lihat oleh
karyawanku akhir-akhir ini, ya lebih tepatnya sejak aku dan Ify baikan.
~~~“kita lihat sampai
kapan senyum itu akan ada di bibir anda nyonya Haling” batin seseorang.~~~
~~~~~~
Ify mengajak ku makan
siang di kantin kantor, mungkin bawain bayi. Fikirku. Ify langsung melihat
deretan menu, lalu memsan mie ayam dan teh hangat. Selagi menunggu pesanan
datang tiba-tiba Ify memekik kepanasan saat segelas teh panas menguyur
lengannya
“awwww,, panas” pekik Ify
yang membuat ku spontan berdiri mendekati Ify
“maaf... maaf...buk saya
tidak sengaja” ucap seseorang yang ternyata Shilla
“kamu gak punya mata,
ceroboh banget” emosi ku dengan nada tinggi, tidak peduli semua karyawan
melihat ku saat ini. Sedangkan Ify masih meringis menahan rasa panas di lengan
kirinya.
“ma..maaf pak” ucap Shilla
lagi sambil menunduk
“udah Yo, udah gak papa,
Shilla nya juga gak sengaja” jawab Ify walau masih berusaha mengontrol rasa
panasnya
“udah Shill gak papa kamu
boleh melanjutkan makan siang kamu” tambah Ify dan kulihat Shilla mengangguk
patuh, namun dari tapi tatapan ku tidak beralih sama sekali ke Shilla.
“kamu gak papa sayang?
Masih sakit?” tanya ku ke Ify setelah Shilla beranjak pergi
“aww, pelan-pelan, ia gak
papa kok, masih agak panas aja” jawab Ify meniup-niup lengannya
“aku kompres ya, biar gak
berbekas” ucap ku dan diangguki oleh Ify
“acha” panggilku ke salah
satu karyawanku yang bernama acha yang kebetulan berada di dekat kami
“ia pak” jawab acha
setelah menghampiriku lebih dekat
“tolong ambilkan es sama
washlap” pintaku
“baik pak” jawab acha dan
langsung pergi. Hanya lima menit acha kembali dengan beskom kecil berisi es dan
washlap.
“ini pak”
“ia makasih cha” ucapku
“sama-sama pak, ya sudah
saya permisi dulu pak” pamit acha dan hanya aku balas dengan anggukan
“awww, pelan-pelan Yo”
ringis Ify, mungkin aku mengompresnya kurang hati-hati
“ia sayang, aduh, sakit
banget ya, Shilla ceroboh banget sih” kesal ku datang lagi mengingat kejadian
yang membuat Ify seperti ini
“udah gak papa Yo, lagian
Shilla gak sengaja kan? Udah minta maaf juga” bela Ify
“tapi kan...”
“udah, lagian aku juga gak
papa” potong Ify, dan detik berikutnya pesananaku dan Ify datang.
~~~“itu baru awal Ify
sayang, tunggu kejutan selanjutnya”~~~
~~~~~~
IFY POV
Aku sudah siap dengan gaun
silver lengan pendek yang panjangnya hanya selutut, dan terdapat pita hijau
tosca di bagian pinggang, simple namun terlihat elegan. Menurutku. Lalu
memoleskan bedak namun tidak telalu tebal jadi terkesan natural, dan sebagai
sentuhan terakhir ku sematkan pita hijau tosca di rambut ku yang aku gerai.
Kulihat Rio juga telah
selesai dengan tuxedo silver yang warnanya sama dengan gaun ku, rambutnya
sedikit di bentuk hingga terkesan lebih muda dari umurnya, sungguh sangat simple
namun semua itu membuat Rio semakin tampan.
“udah siap?” tanya Rio,
aku hanya mengangguk sambil memasang senyum sebagai jawaban, lalu Rio
menggandeng tangan ku menuju mobil.
Butuh waktu tiga puluh
menit untuk kami sampai ke sana, dari luar gedung sudah dapat aku tebak pesta
ini sangatlah meriah, maklum sih pemilik acara juga orang terpandang, lamunan ku
buyar saat Rio sudah membukakan pintu mobil, dengan senang hati aku keluar lalu
mengapit lenganku dengan lengan Rio.
Mewah dan megah, itu kesan
pertama ku, aku lihat semua orang menggunakan gaun-gaun bagus dan elegan, kaum
wanita tentunya maksudku, lalu aku melirik diriku sendiri, simple sangat simple
malah, membuatku minder untuk berbaur dengan yang lainnya, hingga aku lebih
memilih terus mengandeng tangan Rio dan diam, mendengarkan Rio yang sudah
berbincang-bincang dengan teman-teman rekan bisnisnya.
Aku mengedarkan
pandanganku ke seluruh penjuru ruangan ini, hingga aku melihat sebuah kolam
renang yang juga di dekor hingga terlihat cantik, aku pun berniat kesana,
setidaknya mencari udara segar dari pada harus di dalam ruangan yang sedikit
menyiksa menurutku.
“Yo” panggil ku ke Rio
“ya” jawab Rio mengalihkan
sebentar tatapannya ke aku sambil tersenyum
“aku ke sana ya, mau
lihat-lihat” izinku kepada Rio
“perlu aku temenin” tanya
Rio. Aku hanya menggeleng, tanda Rio tidak perlu menemaniku, ini yang aku suka
dari Rio, selalu memprioritaskan diriku di atas segalanya
“gak usah sayang, kamu
disini aja sama temen-temen kamu, lagian aku kan gak jauh-jauh perginya”
tolakku dan Rio hanya mengangguk mengizinkan aku. Aku hanya balas dengan
senyuman.
Aku melangkahkan kaki ku
menuju kolam renang di halaman belakang gedung ini, cantik sangat cantik. Apa
lagi sekarang aku tepat menghadap ke bulan, dengan bentuk yang bulat sempurna
tanpa cacat sedikit, aku tersenyum melihatnya. Tiba-tiba seorang pelayan
menawari ku minum, dengan senang hati aku mengambil segelas jus jeruk di nampan
yang ia bawa.
Ku rasa aku sudah cukup
lama berada di sini, dan ku lihat Rio juga masih berbincang-bincang dengan
rekan bisnisnya. Tiba-tiba aku merasa tubuhku tersenggol dengan bahu seseorang
cukup keras, hingga membuat tubuh ku sedikit oleng dan....
“byurrrrr” aku tercebur ke
dalam kolam renang. Ini yang aku benci dari diriku sendiri, tidak pernah bisa
menyelamatkan diri sendiri jika sedang darurat seperti ini, aku tidaklah mahir
dalam berenang, bukan tidak mahir, namun tidak bisa sama sekali.
Aku berusaha mendongakkan
kepalaku agar dapat menghirup udara setidaknya sedikit untuk bisa bertahan
sampai Rio datang menyelamatkanku.
“Rio?” yah, hanya satu
nama yang terlintas di fikiranku saat ini, Rio ya hanya Rio. Tenggorokanku
terasa perih, sangat perih, aku rasa aku sudah meminum banyak air kolam ini,
dan bahkan paru-paruku pun sudah banyak kemasukan air, aku tau karena sekarang
aku sangat sulit untuk bernafas. Ya tuhan tolong jangan ambil aku dulu tuhan,
beri aku sedikit waktu lagi setidaknya untuk melahirkan anak yang ada di dalam
kandunganku, buah hati ku dan Rio. Nafasku semakin habis dan sekarang aku hanya
bisa pasrah tapi masih terus berharap ada seseorang yang akan menolongku. Aku
mendengar suara seseorang menceburkan dirinya ke dalam kolam, satu yang di
fikiranku aku akan selamat, Hingga akhirnya aku merasakan tubuhku semakin lemas
dan pandanganku kabur dan akhirnya semuanya menjadi gelap.
RIO POV
Aku melihatnya, bahkan
sangat jelas, dan semua ini tidak pernah terlintas di fikiran terekstrim ku
sekalipun. Aku melihatnya terdorong hingga terjatuh ke dalam kolam, ah ralat
bukan terdorong tapi sengaja di dorong. Dan aku dapat melihat dengan jelas
siapa pelakunya. Untuk beberapa detik aku masih shock dengan apa yang aku lihat
hingga akhirnya kesadaran ku kembali, aku langsung membuang gelas yang ku
pegang secara asal, lalu aku berlari ketempat Ify sekarang.
Aku lihat Shilla sedikit
shock kerena mengetahui aku datang, tapi aku tidak memperdulikannya, aku
langsung menceburkan diriku ke dalam kolam dan langsung dapat aku lihat Ify
disana, terlihat sangat lemah, jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat saat
ku lihat perlahan-lahan mata Ify mulai menutup, aku pun semakin mempercepat
renangku.
Yah, aku telah menggenggam
tangannya sekarang, aku datang Ify aku datang, bertahanlah sayang. Aku langsung
menarik Ify untuk menuju tepi kolam dan langsung menidurkan Ify di tepi kolam,
aku harus memberi pertolongan pertama.
“ya ampun pak, apa yang
terjadi dengan buk Ify?” tanya Shilla yang masih berdiri di tepi kolam renang,
cisss, aku gak bodoh Shilla, dari awal aku sedah curiga sama kamu, lebih tepatnya
saat insiden Shiila menumpahkan teh panas ke lengan Ify. Aku tidak
menggubrisnya sama sekali aku masih terus menekan dadanya, berusaha
mengeluarkan air yang sempat masuk kedalam paru-parunya.
Dan Ify pun masih belum
menunjukkan respon, aku kembali berusaha menekan dadanya.
Satu
Dua
Tiga
Masih tidak ada respon
yang di tunjukkan Ify, detak jantungku semakin menggila, rasa takut mulai
menghampiriku. Tuhan, aku tidak ingin kehilangan sekarang.
Satu
Dua
Tiga
Masih sama Ify tidak
merespon sama sekali. Air mataku sudah siap jatuh kapan saja jika aku
mengedipkan mata. Takut aku sangat takut.
“pak Mario, buk Ify kena-“
“kamu saya pecat” ucap ku
langsung memotong perkataannya, bagaimana mungkin dia berlagak bertanya padahal
dialah pelakunya
“tapi salah saya apa pak?”
“satu lagi, jika ada
apa-apa dengan Ify, kamu orang pertama yang akan saya tuntut” ucapku tajam,
kulihat Shilla menunduk takut
Ini cara terakhir ku yang
aku tau.
Aku mendekatkan wajahku
pada wajah Ify, bibirnya sudah membiru, kulitnya dingin dengan kelopak mata
yang masih tertutup, sebelumnya aku membisikkan sesuatu ke Ify
“sayang, aku mohon bangun,
aku sayang kamu, pleasee, jangan tinggalin aku” bisikku lalu aku berdoa dalam
hati sejenak memejamkan mataku. Lalu aku membari nafas buatan ke Ify.
Aku langsung menghela
nafas lega saat Ify terbatuk dan memuntahkan air yang sempat masuk ke
paru-parunya, aku langsung mencium keningnya dan terus menerus mengucapkan
terima kasih kepadanya. Dan tanpa aku sadari ternyata separuh dari para tamu
sudah mengelilingiku dan Ify.
“kita pulang” ucapku dan
hanya dijawab anggukan lemah dari Ify.
“aku langsung menggendong
Ify dan membawanya keluar dari tempat yang sekarang menjadi tempat yang palling
aku benci.
“Aku gak akan pernah
biarin kamu jauh dari aku Ify, walaupun itu hanya sedetik” batinku
“Fy, kita ke rumah sakit
ya sayang” pinta ku ke Ify karena ku lihat dari tadi Ify hanya diam sambil
memejamkan matanya. Aku mengambil jas di belakang kursi penumpang yang memang
aku selalu menyediakan jas cadangan, lalu ku tutupi tubuh Ify dan setelah itu
menaikan derajat suhu AC agar menjadi hangat.
“sayang kita ke rumah
sakit ya?” pinta ku lagi karena Ify tadi tidak menjawab, lalu ku lihat Ify
menganggukan kepalanya, tanpa membuang waktu aku langsung melajukan mobil ke
rumah sakit terdekat, karena aku sangat khawatir dengan kondisi Ify sekarang.
******
“syukurlah tidak ada yang
perlu di khawatirkan tentang kondisi ibu Ify, dan kandungannya pun baik-baik
saja. hanya saja dia mengalami trauma, saya harap anda lebih dapat menjaganya
pak, buat hatinya dan fikirannya nyaman sehingga secara tidak langsung membantu
ibu Ify untuk menghilangkan rasa traumanya” jelas dokter Rahmi setelah beberapa
menit yang lalu memeriksa kondisi Ify
“baik dok, terima kasih”
ucapku mengucapkan terima kasih setelah itu dokter Rahmi pamit dan aku pun
langsung masuk ke kamar rawat Ify.
Aku melihat Ify terbaring
lemah, dan itu untuk keberapa kalinya aku lihat, aku merasa bersalah karena
tidak bisa melindungi Ify, andai saja aku tadi menemaninya pasti semuanya tidak
akan terjadi seperti ini. Ify maafin aku sayang.
Aku menarik kursi dan
duduk mensejajarkan tubuhku agar lebih dekat dengan Ify.
“hey sayang, makasih udah
mau bertahan untuk papa dan udah jagain mama untuk papa, kamu harus lahir
sayang, untuk menghukum papa yang tidak bisa menjaga kalian berdua. Mengerti”
ucapku berbicara kepada bayi yang ada di kandungan Ify.
“I Love You”
BERSAMBUNG.....
No comments:
Post a Comment