Gue Cinta Lo Mario!
Siska Friestiani @siskahaling
Helllo Guyssssss :)
Ini dia cerbung katiga yang gue post di sini :)
Emmm..... masih tetep gaje sih sama cerita-cerita sebelumnya, maklum, gue baru dalam tahap belajar :)
Langsung aja ya gesssss...
Enjoyyyyy :D
@@@@@
“IFYYYYY!!!!!!!!!”
teriak seseorang yang refleks membuat gadis yang di panggil Ify tadi menutup
telinganya rapat-rapat, berharap setelah ini telinganya masih dapat berfungsi
dengan selayaknya. Lalu dengan tanpa berdosanya sang pelaku hanya menampakkan
cengiran khasnya dan menatap tanpa dosa dan membuat sang korban semakin ingin
menelannya hidup-hidup.
“loe udah bosen hidup Sivia sayang”
geram Ify dengan nada dan tatapan yang benar-benar menakutkan tentunya. Alyssa
Saufika Umari yang biasa di sapa Ify, gadis manis, cantik, dan pintar namun
memiliki sifat dingin, dan cuek, sejak sebuah peristiwa yang menimpanya yang
tidak mungkin dia lupakan dan sampai sekarang peristiwa tersebut masih terekam
jelas dan terus berputar di pikirannya bahkan sedetik dari kejadian tersebut
tidak dapat dia lupakan. Namun sifat dingin dan cueknya tersebut tidak ditunjukkan
ketika sedang bersama keluarganya dan sahabatnya. Sivia
“hehehe, pisss Fy, ampun temanmu yang
paling cantik, manis, dan baik hati ini masih pengen hidup” ucap Sivia sekaligus
mengangkat tangannya lalu jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf “V”
“aisshhhhh” desis Ify kesal dengan sifat
sahabatnya yang satu ini. Sivia Azizah, gadis yang tak kalah manis dan cantik
dari Ify, ramah, baik, dan modis, satu-satunya sahabat Ify disekolah, heran?
Bagaimana bisa dua orang yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang bisa
bersahabat sangat dekat seperti itu? Ya itulah Ify dan Sivia berbeda tapi
sangat membutuhkan satu sama lain, oya bukan berarti murid yang lain tidak mau
berteman dengan Ify, namun Ify nya saja yang tidak merespon, baginya ‘semua
tidak akan merubah segalanya’.
“Fy” panggil Sivia ketika Ify kembali
mengotak-atik BB-nya
“hemm,,” jawab Ify hanya dengan deheman
“nanti temenin gue ke toko buku ya, gue
mau cari novel ni buat gue resensi” pinta Sivia, langsung memasang wajah memelasnya,
karena sebenarnya Sivia sudah tau jawaban yang akan terlontar dari bibir
sahabatnya tersebut.
“gue males” jawab Ify sekenanya dengan
nada khas cueknya, ‘kan bener apa kata gue’ batin Sivia
“yahh,,yahhh,,,yah,,,, Fy masak loe tega
sama gue, gue belum selesai ni tugas dari buk winda buat resensi novel,” bujuk
Sivia lagi sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Ify berfikir
sejenak, tidak ada salahnya bukan jika sore nanti dia keluar untuk menemani
Sivia, anggap saja untuk menyegarkan fikirannya saat ini, lagipula sore nanti
dia tidak ada kegiatan. Akhirnya setelah beberapa saat berfikir Ify hanya
menganggukan kepala sebagai jawaban dan langsung membuat Sivia histeris karena
bahagia.
“huwaaaaa,,, makasih Ify, loe emang
sahabat terbaik gue” puji Sivia lebay -_- tak lupa sambil memeluk tubuh Ify
membuat Ify saat ini benar-benar ingin memakan sahabatnya sendiri.
“loe masih waraskan? Otak loe belum
geserkan?” ucap Ify skiptis sambil manatap Sivia yang kini tengah mengerucutkan
bibirnya.
“huh loe mah, gini-gini juga sahabat loe
kan?” ucap Sivia membela diri, mau gimana lagi begini lah sahabatnya, kata-kata
pedasnya tanpa perasaan yang sudah biasa ia dengar dari Ify dan itu membuat dirinya
harus memberi level kesabaran lebih saat bersama Ify.
“hahahaha, sahabat? Loe sahabat gue ya?
Sejak kapan ya? kok gue lupa?” balas Ify tanpa berperasaan, Ify tersenyum
miring meremehkan melihat Sivia yang saat ini benar-benar kesal karena ulahnya,
namun di balik sikap ketidakpedulian dan berperasaannya, Ify benar-benar sangat
menyayangi Sivia, bagaimana pun Sivia lah yang selama ini menemaninya dalam
keadaan apapun dan menerima dirinya apa adanya.
“dasarrrrr iblisssss, loe benar-benar
gadis iblis Alyssa Saufika Umari” teriak sivia tak terima atas apa yang barusan
Ify katakan
“hahahahaha, dan itu berarti loe orang
terbego karena mau bersahabat dengan gadis iblis seperti gue” ucap Ify sambil
melangkah pergi
“loe pengen di usir sama buk oky kerena
telat masuk” tambah Ify yang melihat Sivia masih duduk di kursi taman sambil
mengerucutkan bibirnya, karena memang bel masuk sudah berbunyi. Dengan sangat
kesal Sivia melangkahkan kakinya mengikuti orang yang menurutnya sangat-sangat
menyebalkan tersebut.
*******
Seperti yang sudah di janjikan Ify tadi
bahwa dirinya akan menemani Sivia yang katanya adalah sahabatnya itu
yang ingin mencari novel untuk diresensi. Kini dua orang tersebut sudah sampai
di gramedia tempat yang digunakan orang-orang mencari semua jenis buku. Saat
ini Sivia menggunakan kaos hijau tosca bermotif kupu-kupu dan celana jeans yang
panjangnya hanya sampai lutut rambutnya di biarkan tergerai dan tak lupa Sivia menyematkan
juga pita yang senada dengan bajunya tersebut, sedangkan Ify saat ini menggunakan
kaos biru bergambar doraemon dan juga celana jeans selutut rambutnya di gulung
asal tapi malah terlihat rapi dan tak lupa handset yang juga bertengger manis
di telinganya, sederhana bukan dua orang ini? Tapi kesan cantik tak hilang
malah terlihat seperti gadis yang trendy di 2014.
“Vi, loe milih buku aja duluan gue mau
ke toilet sebentar” ucap Ify dan diangguki oleh Sivia
“emmm,,,, vi gue dibagian novel ya,
jangan lama-lama” jawab Sivia dan Ify tak memperdulikan dia memilih langsung
menuju toilet.
Tak membutuhkan waktu lama Ify selesai dan
ingin menuju ketempat Sivia saat ini berada, memang tadi dia hanya ingin
mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuknya, kerena saat Sivia menjemputnya
tadi Ify masih dalam dunia mimpi dan dengan sangat amat terpaksa ia bangun dan
merelakan waktu tidurnya saat ini tertunda kerena tadi dirinya sudah mengiakan
bahwa dia mau menemani Sivia. Hingga tanpa disadari dia ditabrak oleh tubuh
seseorang yang membawa setumpuk buku hingga membuat orang tersebut agak sulit
melihat jalan.
“brukkkkk......awwww” suara buku jatuh
dan disusul rintihan yang keluar dari bibir Ify karena dirinya terjatuh akibat
insiden tabrakan barusan.
“loe nggak papa kan?” tanya seseorang
dan sepertinya suara orang yang menabraknya tadi. Orang itu mengulurkan
tangannya berniat untuk membantu Ify berdiri, namun Ify tidak menghiraukannya
dan memilih bangun sendiri. Melihat bahwa Ify tak menggubrisnya membuat orang
yang menabraknya tadi semakin merasa bersalah.
“emmm..... loe nggak papa kan? Sorry gue
bener-bener nggak sengaja” ucapnya lagi, Ify yang masih membersihkan celananya
yang sedikit kotor pun mengalihkan pandangannya melihat orang yang menabraknya
tadi. ‘cowok ternyata’ batin Ify sedangkan cowok yang tadi terpaku sejenak
melihat Ify ‘cantik’ batin cowok itu
“hemm, lain kali hati-hati” ucap Ify
cuek sambil pergi meningalkan cowok yang menabraknya tadi menuju ketempat
tujuan awalnya, Sivia pasti sudah menunggu. Sedangkan cowok tadi masih terdiam
mengamati kepergian Ify tanpa sadar seulas senyum terbentuk di bibirnya. Hingga
akhirnya ia tersadar dan membereskan buku-buku yang berserakan tak berdosa
dilantai.
“huh, gara-gara loe ini vin, awas aja
loe kodok sipit” geram cowok tersebut.
******
Sivia masih sibuk memilih novel yang akan
dia jadikan resensi, hingga akhirnya matanya tertuju pada sebuah novel berjudul
Devil Enlovqer dengan sampul berwarna ungu muda *sumpah warna sampul bukunya
gue ngarang*, namun saat tangannya ingin mengambil novel tersebut ada tangan
lain yang juga ingin mengambilnya.
“eh” ucap Sivia dan orang itu bersamaan.
Sivia melihat kearah orang tersebut yang ternyata adalah makhluk cowok
“ngapain loe lihat-lihat? Gue ganteng?
Emang gue tau itu, tapi lebih baik loe lepas tangan loe karena gue duluan yang
mau ambil ini novel” ucapnya panjang lebar, Sivia cengo melihat cowok yang ada
di depannya ‘apa sebegitu PD-nya kah dia’ batin Sivia,
“heh apaan sih loe, jelas-jelas juga gue
yang duluan ngambil” ucap Sivia, tangannya masih memegang novel tersebut. Namun
sepertinya cowok itu tidak mau mengalah hingga cowok itu juga masih memegang
novel tersebut dan berusaha melepaskan dari tangan Sivia.
“hello, kucing dirumah gue juga tau kalo
yang megang novel ini gue duluan” balas cowok tersebut dan semakin membuat
Sivia kesal
“persetan sama kucing loe gue nggak
perduli, yang gue peduliin Cuma novel ini karena gue lagi butuh” ucap Sivia
lagi sambil menarik novel tersebut, tapi sepertinya tenaganya nggak sebanding
dengan tenaga cowok tersebut karena novel itu masih berada di tangan cowok
tersebut bahkan bergeser sedikit saja tidak.
“selamat bermimpi gadis bawel” ucap
cowok itu dan dalam sekali sentak buku itu sudah 100% berpindah ke tangannya.
Sivia semakin kesal tidak bisakah cowok ini mengalah sedikit, dirinya
benar-benar membutuhkan novel tersebut untuk bahan resensi, jika tidak habislah
riwayatnya oleh buk Winda besok, seketika bayangan takut besok dihukum buk
Winda lenyap ketika melihat senyum meremehkan dari cowok itu, membuatnya
benar-benar kesal.
“rese loe” ucap Sivia dan langsung pergi
meninggalkan cowok menyebalkan itu, cowok itu masih senyum meremehkan seperti
tadi hingga akhirnya suara panggilan menyadarkannya.
“sipitttt, gila loe, loe mau nyiksa gue
ha?? Gue cariin dari tadi juga ni buku loe nyusahin gue tau nggak” omel seorang
cowok yang tiba-tiba datang kepada cowok yang dipanggil sipit tadi.
“hehehe, sorry yo, lagian buku gue Cuma
tiga buah dan selebihnya punya loe kan?” ucap cowok yang di panggil sipit tadi
membela diri.
“serah loe deh. Ni gantian loe yang
bawa” ucap temen cowok tadi sambil menyerahkan semua buku agar terbebas dari
tangannya. Lalu beranjak pergi tanpa memperdulikan nasib orang yang di berikan
buku tadi.
“gila loe Rio, bagi dua bego, berat ini”
namun tak digubris sama sekali.
******
“Via”
panggil Ify ketika melihat Sivia berjalan dengan wajah yang amat sangat penuh
kekesalan. Sivia yang merasa namanya dipanggil pun memoleh ke arah suara yang
memanggilnya
“udah
dapet novelnya?” tanya Ify dengan nada datar seperti biasa.
“belum”
jawab Sivia kesel “udah ah balik aja gue males disini” tambah Sivia yang masih
kesel kerena adegan yang baru saja ia alami dengan cowok sengok yang
MENYEBALKAN ingat itu sekali lagi MENYEBALKAN. Ify hanya diam tidak ingin
menanyakan hal yang membuat Sivia kesal kerena dia bukan golongan orang-orang
kepo, besok juga Sivia bakalan cerita.
******
Ify duduk di balkon kamar, rutinitas malam
yang biasa ia lakukan, semilir angin malam mau tidak mau membuat rambutnya
bergerak mengikuti arah angin dan sepertinya Ify tidak mempermasalahkan itu,
sorot matanya sendu tidak seperti saat di sekolah yang menunjukkan sorot mata
yang dingin dan tajam. Ify masih merasa di hantui rasa bersalah, dimana atas
kesalahannya dan kebodohannya dia kehilangan orang yang sangat ia cintai pergi
meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
“huffffftttt”
Ify menarik nafas panjang dan menghembuskannnya dengan kasar, semua ini seakan
menyiksanya, rasa penyesalannya, kerinduannya, cintanya menjadi satu dan itu
hanya untuk orang yang sangat ia cintai sampai saat ini.
“loe
kenapa ninggalin gue sendiri yel? Apa loe udah bosen sama gadis bodoh kayak gue
yang udah buat loe pergi ninggalin gue, maafin gue yel, maaf” ucap Ify, air
matanya tumpah, dirinya tidak mampu untuk menahan semuanya, penyesalan itu
sangat menghantuinya. Tiba-tiba bayangan wajah cowok yang menabraknya di toko
buku tadi terlintas dipikirannya.
“dia
mirip banget sama loe yel” ucap Ify dan langsung beranjak masuk ke kamar.
‘melelahkan’ batin Ify dan beranjak tidur.
******
Sivia mondar-mandir nggak jelas, dia
bingung apa yang harus lakukan, tugas meresensi novelnya belum selesai dan
harus dikumpul besok, dan ini semua gara-gara cowok nyebelin itu, sumpah demi
apa jika dia bertemu dengan cowok itu lagi dia akan membalasnya.
“adduhhh Sivia, gimana ini. Tamat sudah
riwayatmu Sivia sayang” ucap sivia ngomong sendiri. seketika terlintas di
pikirannya untuk meminta bantuan kepada Ify, tunggu pasti dia akan mendapat
kata-kata pedas dari sahabatnya itu, apalagi sekarang sudah cukup malam, ‘bego
loe kelewatan ya’ mungkin itu kata yang akan keluar dari mulut Ify. Tapi mau
gimana lagi? Dia benar-benar bingung, akhirnya tanpa memikirkan kata-kata pedas
Ify, Sivia meraih BB-nya dan mencari nama ‘My Beib Ify’ lalu menekan tombol
hijau untuk manyambungkan panggilan.
Sementara itu Ify mengutuk siapa orang yang
menelfonnya malam-malam begini apakah dirumahnya tidak memiliki jam? Saat ini
jam memang sudah menunjukkan pukul 22;15 cukup larut bukan? Dengan malas Ify
meraih BB-nya yang terletak di nakas samping tempat tidurnya, tanpa melihat
siapa yang menelfonnya Ify menjawab telfon tersebut.
Senyum Sivia mengembang saat orang yang di
telfon mengangkat panggilannya.
“hallo” ucap Ify yang di sebrang sana
dengan nada malas
“hallo Fy” jawab Sivia setelah itu
menutup matanya rapat-rapat, siap untuk mendengar kata yang sudah pasti pedas
setelah ini
“kkyyyaaaaaa.... Via loe sakit jiwa jam
segini nelfon gue ha?” ucap Ify kesal, untung saja ini di telefon, jadi tidak
ada adegan melihat tatapan tajam dari sahabatnya tersebut.
“hehehe,,, sorry Fy, gue bener-bener mau
minta tolong ni” jawab Via to the point karena jika dia menggunakan kata
pujian-pujian dulu pasti akan membuat Ify kesal dan jangan harap kata ‘ia’
bakal terucap dari mulut Ify
“hemm.. apaan?” tanya Ify lagi di
sebrang sana. Sivia tersenyum lagi jawaban Ify berusan menandakan ada harapan
buat Ify menolongnya
“bantuin gue buat resensi novel Fy, tadi
soalnya gue nggak nemu novelnya gara-gara cowok nyebelin itu, besok gue
ceritain deh”
“nggak perlu” jawab Ify lagi
“tapi loe mau bantuin gue kan?”
“huh, kapan sih loe pinternya Vi. Dari
dulu tetep aja bego, loe tinggal resensi novel yang pernah loe bacakan? Nggak
meski harus baca novel baru” ucap Ify lagi, seketika Sivia teriak-teriak nggak
jelas, ‘huh nggak salah gue nelfon Ify, bener juga ya kata tu anak bego banget
sih gue’ batin Sivia
“huwaaa.... Fy makasih banget ya,
makasih, makasih” ucap Sivia namun tidak ada jawaban, ternyata Ify telah memutuskan
sambungan ketika Sivia teriak-teriak gaje tadi
“yahhhh, kok dimatiin sih? Nggak papa
deh, thanks banget Fy, gue tau Cuma sikap luar loe aja yang cuek ke gue” ucap
Sivia sambil mengambil novel di rak bukunya untuk di resensi
“begadang deh gue, huh awas aja tu cowok
kalo ketemu lagi” ucap Sivia dan mulai meresensi novelnya.
******
Ify tengah duduk manis di kelas, dengan
handset tergantung manis di telinganya sambil membaca novel, tiba-tiba Sivia
datang lalu duduk di sampingnya sambil melipat kedua
tangannya di atas meja, lalu menelungkupkan wajahnya di dalam kedua tangannya.
“Fy”
panggil Sivia masih dengan posisi yang sama.
“hemmm”
dehem Ify ke Sivia dan masih terfokus dengan novelnya.
“nanti
izinin gu.....”
“pagi
Ify, pagi Sivia” sapa Rahmi, Sivia pun mendongakkan kepalanya memilih membalas
sapaan Rahmi dan tidak melajutkan ucapannya tadi
“pagi
Mi” balas Sivia sedangkan Ify tifak menggubris sapaan tadi ia masih tertarik
untuk melanjutkan membaca novelnya
“eh,
Vi gue denger-denger nanti ada anak baru loh, dua orang lagi” ucap Rahmi dengan
senyum yang masih mengembang di bibirnya
“beneran?”
tanya Sivia lagi ingin memastikan
“beneran
gue, dan gue denger-denger lagi anak baru itu cowok, mereka pindahan dari
singapure” tambah Rahmi lagi. Sivia udah senyum-senyum nggak jelas memikirkan
dua anak baru yang berjenis kelamin cowok itu sedangkan Ify, dia mendengar
percakapan Sivia dan Rahmi namun bagi Ify ‘itu bukan urasan gue’.
Bel sekolah telah berbunyi, menandakan
pelajaran pertama di hari ini akan segera di mulai. Buk winda masuk seperti
biasa namun ada yang sedikit berbeda, buk Winda masuk tidak sendiri melainkan
ada dua orang cowok yang menggunakan seragam seperti murid yang lainnya. Hampir
Semua murid udah berteriak histeris melihat dua makhluk cowok yang di bawa oleh
buk Winda.
“pagi anak-anak” sapa buk Winda
“PAGI BUKKKK” koor semua anak-anak XI
IPA 1.
“baik, pagi ini kalian kedatangan teman
baru, jadi langsung aja Mario, Alvin perkenalkan
diri kalian” ucap buk Winda
“hay, selamat pagi, nama aku Mario
Stevano Aditya Haling kalian semua bisa panggil aku Rio,” ucap anak baru tadi
yang bernama Rio. Tak lupa sambil memperlihatkan senyumnya dan membuat semua murid
teriak histeris. Seketika matanya menatap kearah meja yang berada di barisan
belakang no dua di pojok dinding. ‘dia’ batin Rio
“hay, selamat pagi, kalau aku Alvin
Jonathan Sindunata kalian semua bisa panggil aku Alvin” kini giliran anak baru
yang satu lagi yang ternyata bernama alvin”
Sivia memicingkan mata melihat anak baru
yang di bawa buk Winda. ‘kayaknya gue pernah liat tu orang, dimana ya?’ batin
Sivia lalu tiba-tiba ia melebarkan matanya ketika mengingat siapa orang itu,
‘OMG, gue nggak salah liat kan? itukan cowok nyebelin itu, nggak salah lagi dia
cowok nyebelin itu’ tambah Sivia dalam hati.
“baiklah Mario, Alvin, kalian bisa duduk
di bangku belakang yang kosong” ucap buk Winda mempersilahkan Rio dan Alvin.
Mereka berdua mengangguk lalu melangkah ketempat duduk paling belakang pojok
dinding. Mata Rio masih menatap gadis yang sedari tadi cuek nggak sedikitpun
melirik ke arahnya, Alvin hanya diam sambil melangkahkan kaki mengikuti Rio
yang berjalan di depannya tanpa Alvin sadari seseorang sedang menatapnya dengan
wajah kesal.
“yo” panggil Avin dengan suara pelan
setelah mereka duduk di tempat duduk mereka.
“loe liatin apaan sich?” tanya Alvin
kepo, karena Rio tidak menggubris panggilannya lalu alvin mengikuti arah
pandang Rio.
“Bidadari vin” jawab Rio tapi matanya
masih fokus menatap objeknya.
“wahhhh, loe baru juga beberapa jam
disini udah nemu bidadari, gue kapan ya?” ucap Alvin gaje sambil sambil
menompangkan dagu dengan tangannya dan masih dengan nada seperti berbisik tidak
ingin mengganggu siswa lainnya yang sedang belajar.
“gue sebelumnya udah pernah ketemu dia
semalem waktu di toko buku” ucap Rio lagi
“wesssss, terus loe udah tau dong siapa
namanya?” tanya alvin yang memang tingkat keponya sudah akut.
“belum” jawab Rio singkat, Alvin
melotot, tapi tetep aja matanya sipit
“loe gimana sih, katanya udah pernah
ketemu, kok loe kagak tau namanya, emang loe kagak tanya?” ucap Alvin lagi
“nggak”
“astaga, kenapa gue punya temen bego
amat sih” umpat Alvin agak heran melihat sahabatnya yang satu ini
“dia jutek amat vin” jawab Rio lagi
“yang mana sich orangnya” tanya Alvin
benar-benar penasaran siapa orangnya
“noh yang duduk di depan gue” ucap Rio
santai sambil mengeluarkan buku Bahasa Indonesia.
“ha, seriusan loe?” tanya Alvin masih
nggak percaya.
“kepo loe, udah belajar, noh buk Winda
udah pidato dari tadi” ucap Rio dan memilih fokus ke bukunya dari pada Alvin
yang masih penasaran.
Bel istirahat berbunyi, tanpa komando semua
murid berhamburan keluar, ada yang ke kantin, perpustakaan, toilet, taman, dan
ada juga yang memilih duduk di kelas. Tapi hari ini tidak untuk kelas XI IPA 1
mereka lebih memilih di kelas pasalnya mereka ingin mendekati anak baru siapa
lagi kalau bukan Rio dan Alvin.
“Yo, kenalin gue Zevana”
“Vin gue minta nomor loe dong”
“Yo, nama twitter loe apa? Ntar gue
follow tapi follback ya”
“Alvin pin BB loe berapa?” begitulah
kira-kira keributan yang terjadi di meja
Rio dan Alvin semua kaum hawa pada berebut untuk menarik hati Rio dan Alvin,
terlebih ada yang lebih frontal ‘Rio loe jadi cowok gue ya’. Seakan tanpa beban Angel mengatakannya. Sedangkan
Ify dan Sivia risih sendiri melihat semua murid cewek di kelas pada heboh nggak
ketulungan, mereka merasa terganggu yang notabennya tempat duduk mereka di
depan Rio dan Alvin yang udah pasti kena imbasnya juga.
Ify dan Sivia memilih untuk kekantin mereka
nggak betah bila harus berurusan dengan keributan yang nggak penting.
“huh, pada setres tu semua. Gila mament
kagak punya malu semua” ucap Sivia sambil bergidik mengingat betapa gilanya
teman-teman satu kelasnya untuk kaum cewek tentunya.
“o ya Fy anak baru yang namanya al...
alin.. al.. arghhh siapa lah pokoknya itu yang matanya sipit, itu cowok
nyebelin yang buat gue harus begadang ngerjain tugas resensi novel gue, uh,,
liat aja tu orang gue bejek-bejek, tunggu aja pembalasan gue” ngoceh Sivia
tanpa henti, namun sepertinya Ify tak memperdulikannya
“IFYYYY” teriak Sivia karena Ify dari
tadi tak mendengarkan omongannya
“apa?” jawab Ify singkat, padat dan
akurat. –apa ini-
“loe dengerin gue ngomong nggak sih?”
geram Sivia
“nggak” jawab Ify tanpa beban
“arghhhhh, dari tadi gue ngomong kagak
loe dengerin dasar gadis setannnnnn” umpat Sivia kesal
“nggak penting” ucap Ify dan melanjutkan
langkahnya menuju kantin
“dasar gadis setan, iblis nggak berperasaan”
umat Sivia lagi dan mengikuti Ify dari belakang.
******
“ huhhhh,,,, gila Yo, sadis-sasis” ucap
Alvin yang merasa baru terbebas dari neraka
“yupz, bener Vin, udah ah ke kantin gue
laper ni” jawab Rio dan melangkah duluan
menuju kantin.
“yeee,,,, gue di tinggal, tungguin Yo” ucap
Alvin mengejar Rio yang telah berjalan terlebih dahulu.
Rio mengedarkan pandangannya ke arah kantin
mencari bangku kosong yang bisa mereka tempati nantinya, namun seperti yang
terjadi dikelas tadi semua penghuni kantin sudah berteriak gaje dan yang udah
pasti kaum hawa. Rio hanya melengos dan berdoa semoga dirinya masih bisa
bernafas saat ini, sedangkan Alvin sudah menuju tempat duduk di sudut kanan
kantin, melihat Alvin sudah medapatkan tempat duduk Rio pun menyusul Alvin.
“Yo. Gue pesen makanan dulu deh, loe mau
makan apa?” tanya Alvin ke Rio yang baru sampai menyusulnya
“samain kayak loe aja deh Vin, tapi
minumnya pop ice melon ya” jawab Rio sambil mengeluarkan BB-nya
“ok” jawab Alvin dan langsung beranjak
untuk memesan makanan
Sivia bingung kenapa tiba-tiba semuanya
pada berteriak heboh, apakah hari ini tidak cukup hanya kelasnya saja yang
gila, kenapa penghuni kantin saat ini juga teriak histeris, secepat itukah
virus gila kelasnya menyebar? Tanpa komando matanya menoleh kanan-kiri mencari
penyebab penghuni kantin jadi gila seperti kelasnya tadi. Tak butuh waktu lama
Sivia menemukan jawabannya, terlihat dari arah pintu masuk kantin dua orang
cowok yang baru beberapa jam menjadi siswa di SMA jingga. Sivia melengos apa
hebatnya sih tu anak baru? Sivia akui memang lumayan keren dan bisa di
kategorikan tampan, tapi ingat itu hanya buat Rio mengingat siapa yang satu lagi
adalah cowok nyebelin yang songong yang membuat dia harus begadang hanya untuk
menyelesaikan tugas resensi. Lalu pandangan Sivia beralih ke Ify yang sedari
tadi memainkan BB-nya seakan tak perduli apa yang terjadi di sekitarnya. ‘dasar
gadis cuek nggak pernah peka sama orang’ dengus Sivia jengkel tapi mengingat
apa yang menyebabkan Ify berubah seperti ini Sivia menjadi kasian, sahabatnya
yang satu ini terlihat menjengkelkan dan menakutkan tapi tidak ada yang tahu
bahwa batin dan hatinya rapuh butuh perhatian.
“Fy, gue pesen makanan dulu ya, loe mau
makan apa?” tanya Sivia yang baru sadar tujuan awal mereka kesini.
“gue minum aja, pop ice melon satu”
jawab Ify tanpa mengalihkan pandangannya ke lawan bicaranya
“yakin loe kagak makan” tanya Sivia heran
saat Ify hanya memesan minuman
“diet” jawab Ify asal berharap Sivia
langsung pergi untuk memesan minumannya karena dari tadi Ify sudah merasa haus
“loe diet? Nggak salah, badan loe kayak
lidi gitu mau diet, mau jadi kayak benang loe?” omel Sivia semakin nggak ngerti
dengan jalan fikiran sahabatnya ini
“loe tinggal pergi pesen apa yang gue
minta bisakan? Nggak usah banyak omong” ucap Ify kali ini ia meninggalkan
pandangannya sejenak dari BB-nya dan menatap Sivia yang menurutnya sangat
bawel.
“iya iya” ucap Sivia ngalah jika Ify
sudah seperti ini, dengan terpaksa Sivia mengalah, dengan alasan ia masih ingin
bernafas setidaknya sampai besok.
“buk pop ice melon satu” ucap dua orang
secara bersamaan
“LOEE!!!!!” ucap mereka secara
bersamaan lagi
BERSAMBUNGGG........
No comments:
Post a Comment