Gue Cinta Lo Mario!
@siskahaling
lanjuttt guyssss :D
******
Rio
melangkahkan kakinya ke kelas dengan malas, pasalnya ketika tadi Tristan
menelfonnya dan memberitahu bahwa hari ini Ify tidak sekolah, karena tiba-tiba
saja Ify demam.
“huftttt” Rio menghembuskan nafasnya
kasar setelah duduk di kursinya, lalu menompangkan dagunya menggunakan tangan
kanannya
“loe kenapa yo?” tanya Alvin merubah
posisi duduknya agar menghadap ke Rio
“Ify kok belum datang ya?” ucap Sivia
belum sempat Rio menjawab pertanyaan Alvin
“Ify nggak sekolah” jawab Rio lalu
menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
“hah, emang Ify kenapa Yo?” tanya Sivia
kaget. Jarang banget atau bahkan nggak pernah Ify tidak sekolah walaupun dalam
keadaan sakit sekalipun.
“Debo” ucap Rio dengan menyebutkan nama
tersebut membuat Sivia membelalak kaget. Sedangkan Alvin bingung karena dirinya
tidak tau kemana arah pembicaraan Rio dan Sivia dan siapa Debo?
“apa Yo, De... De.. bo” ucap Sivia nggak
percaya
“ya” jawab Rio singkat dan membuat Alvin
semakin bingung
“tunggu dulu, ini ada apa sih? gua nggak
ngerti, Debo? Siapa lagi tu Debo?” tanya Alvin beruntun. Akhirnya dengan secara
suka rela Rio dan Sivia menjelaskan ke Alvin tentang semuanya termasuk siapa
itu Debo
“HAHHHH” teriak Alvin saat mendengar
semua cerita Rio dan Sivia. Dirinya juga shock sama seperti Rio saat pertama
kali mendengar cerita dari Tristan
“terus Ify gimana sekarang keadaannya
Yo” tanya Sivia
“ya gitu. Loe tau sendiri lah Vi gimana
sekarang keadaan Ify, apalagi pagi ini dia demam” ucap Rio lemas nggak
bersemangat
“ya udah deh entar pulang sekolah kita
jenguk Ify aja gimana?” usul Alvin dan hanya diangguki oleh keduanya.
******
Shilla tengah asyik memasak di dapur,
pagi-pagi tadi Shilla sudah bangun dan langsung menuju dapur untuk memasak
sarapan, karena berhubung bik ina pulang kampung untuk menjenguk anaknya yang
sakit. tapi tiba-tiba Shilla merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya,
Shilla awalnya terkejut namun detik berikutnya Shilla langsung tersenyum saat
mengetahui pelakunya adalah Tristan seseorang yang menyandang status sebagai
kekasihnya saat ini.
“udah bangun kak?” tanya Shilla
mengawali percakapan, setelah itu Shilla hanya merasakan anggukan Tristan yang
sedang manumpangkan dagunya di bahu Shilla
“kamu bukannya sekarang udah mulai
sekolah di SMA Jingga?” tanya Tristan bingung saat mengetahui Shilla belum
memakai seragam sekolah malah masih memasak di dapur.
“nggak kak, Shilla mulai sekolahnya
besok ” jawab Shilla namun tangannya masih sibuk memasak masakannya
“kak” panggil Shilla karena merasa
sedikit terganggu dengan posisi seperti ini karena membuatnya sulit untuk
memasak.
“hemmm” dehem Tristan masih dengan
posisi seperti tadi
“nunggu di meja makan aja gih. Shilla
payah mau masak ni” keluh Shilla. Namun bukannya melepaskan Tristan malah
semakin erat melingkarkan tangannya di perut Shilla
“kak, lepasin” kesal Shilla karena acara
masaknya terganggu
“ada syaratnya” ucap Tristan membuat Shilla langsung mengecilkan kompornya
dan memutar tubuhnya untuk manatap Tristan
“apaan? Kagak aneh-aneh deh” jawab
Shilla udah mulai kesel dengan tingkah manja kekasihnya. Tapi Tristan malah
mamanyunkan bibirnya dan menunjuk bibirnya dengan tangannya.
“kyyaaaa...... JTAKK” teriak Shilla dan
langsung menjitak kepala Tristan saat mengetahui maksud kekasihnya
“adawww, sakit Shill” ringis Tristan
sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa berdenyut
“siapa suruh pagi-pagi udah omes tu
otak” balas Shilla lagi
“kan Cuma morning kiss” ucap Tristan
memasang wajah polosnya
“kyaaaa,,, nggak ada morning kiss
morning kiss-an” bantah Shilla membuat Tristan memanyunkan bibirnya ngambek.
Dan membuat Shilla ingin tertawa melihat tingkah Tristan. Dirinya merasa
berpacaran dengan adek kelasnya dari pada mahasiswa kodokteran semester tiga.
“shill, pipi aja deh ya” mohon Tristan
sambil memasang wajah imutnya, jurus andalannya saat merayu Shilla
“hemmm,
ok” pasrah Shilla membuat Tristan bersorak senang dalam hati lalu Tristan
menolehkan wajahnya ke arah kiri. Perlahan shilla mendekatkan wajahnya untuk mencium
pipi Tristan, namun....
“cupppp”
Shilla kaget saat Tristan menolehkan kembali wajahnya dan membuat Shilla
mencium bibir Tristan untuk beberapa detik.
“1 detik”
“2 detik”
“3 det”
“huwaaaaa, kak Tian Resekkkkk” teriak
Shilla ketika sadar dirinya tadi mencium bibir Tristan, ingin sekali Shilla
membunuh Tristan saat itu juga apalagi sekarang dirinya benar-benar sangat
malu.
“huwahahahahahha” tawa Tristan membahana
ketika dirinya sudah berlari menjauh dari Shilla sebelum Shilla tersadar dari
keterkajutannya.
Tristan melangkahkan kakinya menuju kamar
Ify, dirinya harus mengecek bagaimana keadaan Ify sekarang, lagipula Shilla
juga belum selesai memasak.
“cekrekk” suara derit pintu terdengar
setelah itu Tristan langsung masuk ke kamar Ify dan dilihatnya Ify masih tidur.
‘tumben belum bangun’ batin Tristan saat
Ify masih terlelap, lalu di usapnya puncak kepala Ify.
“ya ampun Ify, panas banget” kaget
Tristan saat mengetahui suhu tubuh Ify di atas normal, lalu tanpa babibu lagi
Tristan langsung mengambil kompresan untuk mengompres Ify. Shilla sedikit
bingung saat Tristan berlari menuju dapur dengan tergesa-gesa.
“kak Tian, kakak kenapa? kok buru-buru
gitu? Terus kenapa ambil baskom gitu? Buat apaan?” tanya Shilla beruntun
“Ify
demam Shill, aku siapin kompresan dulu buat Ify, Shill tolong buatin bubur buat
Ify sekalian ya” jawab dan pinta Tristan
tapi tangannya masih fokus menyiapkan kompresan.
“iya
kak” jawab Shilla
“makasih
ya, sayang, ya udah aku ke kamar Ify dulu” pamit Tristan dan hanya dijawab
anggukan oleh Shilla. Sesampainya di kamar Ify Tristan menarik kursi yang ada
di kamar Ify agar posisinya lebih dekat degan Ify, lalu meletakkan kompresan di
dahi Ify berharap demamnya segera turun. Tristan segera mengambil ponselnya dan
mencari nama seseorang, setelah menemukannya Tristan langsung menekan tombol
hijau untuk menyambungkan panggilan.
“hallo”
jawab orang dari sebrang sana
“hallo
Yo, ini gue Tristan” jawab Tristan
“ia
kak, kenapa?” tanya orang itu lagi –Rio-
“gue
minta tolong buat izinin Ify, dia demam”
“apa
kak? Demam? Kok bisa?”
“gue
juga nggak tau, tapi mungkin kerena kecapean sama banyak pikiran Yo,
yaudahgueminta tolong izinin Ify ya”
“pasti
kak”
“yaudah
gue tutup dulu,” ucap Tristan di akhir panggilannya, lalu di lihatnya Ify dan
kembali duduk dikursi tadi
“kak,
Ify gimana?” suara seseorang langsung membuat Tristan mengalihkan pandangannya
dari Ify
“masih
tidur shill” jawab Tristan seadannya
“ini
kak buburnya Ify, sekalian udah Shilla bawain sekalian obatnya” ucap Shilla dan
meletakkan bubur dan obat di nakas samping tempat tidur Ify
“makasih
Shil, maaf kamu baru sehari di sini udah repot banget” kata Tristan dengan nada
tak anak. Shilla hanya tersenyu.
“dan
kakak tau Shilla juga nggak enak banget baru beberapa hari disini tapi udah
dengar maaf kakak tiga kali” jawab Shilla
“maaf-”
“empat
kali kak” potong Shilla sambil memasang wajah bete nya
“ok,,ok,,,
nggak lagi,,,heheh, piissss” shilla hanya terkekeh melihat Tristan yang menurutnya
imut jika sedang bertingkah seperti ini
“ya
udah sarapan dulu gih kak, udah siap tu” ajak Shilla
“tapi
Ify”
“Ify
biar Shilla dulu yang jaga, cepetan kakak makan, jangan bikin Shilla malu punya
pacar body nya kayak lidi” cibir Shilla
“kyaaaaa,,,,,
body keren gini di bilang kayak lidi” protes Tristan tak terima
“ia
keren di liat dari puncak gunung himalaya, udah deh makan dulu sana, Ify biar
Shilla yang jaga” ucap Shilla sambil mendorong tubuh Tristan keluar kamar
“ia...ia...ia...
pelan-pelan sakit tau” eluh Tristan dengan nada manja
“kak
Tian itu menjijikan” gidik Shilla setelah mendengar nada manja Tristan dan
langsung menutup pintu kamar Ify.
******
@SMA Jingga
pulang sekolah
“Yo. Gue nebeng loe aja ya” melas Sivia
“sorry Shill, bukannya gue nggak mau,
tapi gue masih mau nafas untuk hari ini” jawab Rio sambil melirik ke arah
Alvin, Alvin yang mengerti Rio sedang menggodonya memicingkan matanya dan
menatap Rio tajam, sedangkan Sivia bingung sendiri.
“setan sipit apaan sih?” bingung Sivia
“udah deh loe bareng Alvin aja, noh
Alvin juga nganggur” tawar Rio
“oga gue bareng sipit, kan masih ada loe
Yo. Yayayay” ptnta Sivia memelas. Sedangkan Alvin dari tadi masih memilih diam,
tak menggubris
“i,,,,,”
“jadi jenguk Ify nggak sih?” potong Alvin
yang udah keselduluan
“jadi lah” jawab Rio
“ya udah buruan” kali ini Alvin
benar-benar kesal
“tu Vi, loe bareng Alvin aja, ya udah
ayo” Rio langsung menjalankan cagivanya, Sivia masih diam di tempat
“loe bareng gua atau naik angkot? Kalo
taxi jam jam segini, subuh baru loe nemu” Alvin angkat bicara
“ok. Ini untuk ketiga kalinya gue bareng
loe, dan gue harap untuk yang terakhir” jawab Sivia kesal dan langsung naik ke
motor Alvin.
*****
Ify mesih terbaring di tempat tidurnya
dengan kain yang bertengger di dahinya, raut mukanya tidak tenang, ketakutan
pun tergambar jelas di wajahnya walau sedang dalam keadaan tertidur.
“Deb, gue mohon jangan” igau Ify dalam
tidurnya
“jangan”
“Iel, awas yel”
“IELLLL” teriak Ify, keringat membanjiri
wajahnya, nafasnya tersengal-sengal, dan tangannya mencengkram selimut putih
yag membungkus tubuhnya.
“IELLLL” sontak Tristan dan Shilla
terlonjak kaget saat sedang duduk di ruang keluraga sambil menonton TV,
mendengar teriakan terlebih teriakan tersebut berasal dari Ify
“Ify” panik Tristan dan langsung bangkit
dari duduknya, namun sedikit terganggu saat mendengar suara bel pintu berbunyi.
“kakak langsung lihat Ify aja, biar
Shilla yang bukain pintu.” Tawar Shilla dan langsung di angguki oleh Tristan.
Tristan langsung berlari menuju kamar Ify sedangkan Shilla membukakan pintu.
Tristan langsung membuka pintu kamar Ify
dan menemukan Ify sedang duduk meringkuk dan meneggelamkan wajahnya di kedua
lututnya, tubuhnya bergetar dan isakan pun terdengar beberapa kali walaupun
sepertinya Ify sudah berusaha menahannya.
“Ify, kamu kenapa lagi sayang?” tanya
Tristan lembut sambil mengelus rambut Ify
“kak Tian” panggil Ify dan langsung
memeluk Tristan erat berusaha membuang rasa takutnya saat ini, dengan senang
hati Tristan membalas pelukan adik semata wayangnya ini.
“kamu kenapa Fy?” tanya Tristan lagi,
namun Ify hanya menggelang dalam pelukan Tristan, sedangkan Tristan hanya
menghela nafas pasrahnya, melihat adiknya masih seperti ini, kejadian tiga
tahun yang lau benar-benar membuat adiknya yang dulu ceria menjadi seperti ini
Shilla berjalan sedikit tergesa hendak
membukakan pintu takut tamunya semakin lama menunggu.
“iya, sia” Shilla langsung diam,
tubuhnyaterasa lemas, nafasnya tercekat, ketika melihat dua orang cowok dan
cewek yang seumuran dengan dirinya sedang berdiri di depan pintu, matanya masih
terus menatap pemuda bermata sipit yang berdiri disamping kanan, tak beda juga
pemuda bermata sipit itu pun kaget melihat sosok yang membukakan pintu saat ini
“Alvin ”lirih Shilla
“Shilla” lirih pemuda tersebut ternyata
Alvin, Sivia sendiri juga bingung karena baru ini pertama kali nya melihat
shilla, apalagi melihat reaksi Alvin yang sepertinya sudah lama mengenal
Shilla, Sedangkan Rio sama-sama shocknya dengan Alvin.
“em,,, temennya Ify?” tanya Shilla
berusaha mengontrol keterkejutannya saat ini
“ia, Ify nya ada?” tanya Sivia karena
sedari tadi Alvin dan Rio masih bungkam suara
“ha ia ada, kenalin gue Shilla” ucap
Shilla memperkenalkan diri ke Sivia
“oh, ia gue Sivia teman sekelasnya Ify,
dan yang ini Rio sama Alvin jugateman sekelasnya Ify” jelas Sivia, jujur Sivia
masih bingung ada apa sebenarnya, kenapa reaksi Alvin oh bukan dan bahkan
reaksi Rio pun ternyata sama dengan reaksi Alvin
“i...ia,,, amsuk dulu, nggak enak
ngobrol di luar” ajak Shilla mempersilahkan masuk.
Hening, di ruang tamu yang berisikan
empat orang saat ini benar-benar hening tidak ada yang berniat untuk memulai
pembicaraan. Alvin sedari tadi masih shock hanya bisa diam sambil menundukkan
wajahnya, sama seperti Shilla, dirinya pun sama Shocknya dengan Alvin bahkan
sekarang hanya bisa menunduk sama seperti yang di lakukan Alvin, Sivia juga
bingung mau membicarakan apa, apa lagi sekarang ia tau suasana sedang tidak mendukung,
Rio yang sepertinya sudah bisa mengontrol keterkejutannya pun angkat bicara
“kak Tian ma-“
“siapa sayang?” tiba-tiba suara Tristan
memotong pembicaraan Rio dan mau nggak au semua menoleh ke arah Tristan
“eh,, loe Yo. Mau jenguk Ify?” tanya Tristan
setelah sampai dan langsung mengambil duduk di sebelah Shilla
“ia kak” jawab Rio sekenanya,
“oh ia ini Sivia kak, sahabat nya Ify
dan yang satu lagi......” Shilla diam, seakan lidahnya terasa kelu saat ingin
menyebutkan nama Alvin
“yang satu lagi Al Alvin teman
sekelasnya Ify” ucap Shilla akhirnya walau selesai itu Shilla menundukkan
kepalanya. Tristan hanya mengangguk paham
“kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya
Tristan sambil mengelus rambut Shilla dengan sayang, Tristan heran dengan
tingkah Shilla saat ini. Alvin mencengkaram tangannya keras, dia tau sekarang
kenapa Shilla bisa berada di sini, ternyata Shilla kekasih Tristan, pacar
kakaknya Ify. Rio yang sudah ngeri sendiri dengan situasi seperti ini walaupun
hanya dirinya, Alvin dan Shilla yang membuat situasi seperti ini pun membuka
suara
“kak Ify nya ada?” tanya Rio
“hufttt,,,,, ada Yo, tapi kayaknya dia
belum bisa ngelupain semuanya, kakak bisa minta tolong sama loe Yo buat
nenangin Ify, sekarang Ify shock lagi, sekalian kamu bujuk Ify makan, kakak
bener-bener takut kalo maagnya kambuh lagi” pinta Tristan
“em,,, kak Tian maaf sebelumnya gue mau
pulang dullu, titip salam aja buat Ify” pamit Alvin membuat Tristan dan Sivia
bingung, sedangkan Rio dan Shilla mereka berdua tau alasannya, tapi memilih
diam
“loh, kok buru-buru, nggak liat Ify
dulu?” tanya Tristan
“nggak kak, lagian tadi mama udah sms di
suruh buru-buru pulang” jawab Alvin lagi, kini Sivia semakin yakin ada yang di
sembunyikan oleh Alvin
“ya udah hati-hati, makasih udah jenguk
Ify” ucap Tristan sambil tersenyum
“ia kak sama-sama” jawab Alvin dan bangkit dari duduknya
“Vin,, tunggu, gue ikut” ucap Sivia,
namun Alvin tak menggubrisnya
“kak Tian, Via juga titip salam buat
Ify, bilang maaf nggak bisa lihat sekarang, Via juga harus buru-buru pulang.
Permisi kak” ucap Sivia dan berjalan mengejar Alvin yang sudah sampai pintu.
“Vin” panggil Sivia ketika berhasil
mengejar Alvin ketika sampai di cagiva Alvin yang terparkir di halaman rumah
Ify
“loe ngapain ngikutin gue?” tanya Alvin
“loe kenapa?”
“gue nggak papa” jawab Alvin cuek
“loe bisa cerita ke gue”
“loe siapa gue? Loe bukan siapa-siapa
gue, dan nggak usah sok care sama gue” bentak Alvin tajam membuat Sivia sedikit
takut dengan tatapan dan nada bicara Alvin, tapi Sivia sama sekali tidak marah
dengan omongan Alvin karena dia tau Alvin ada masalah saat ini.
“gue nggak bermaksud ikut campur dan sok
care sama loe, tap-“
“loe naik sekarang atau gue tinggal”
Alvin memotong pembicaraan Sivia , Sivia hanya mengangguk patuh. Tidak ingin
membantah dan membuat mood Alvin benar-benar down.
~~~~~~
Rio masuk kekamar Ify, ingin melihat
bagaimana kondisi pujaan hatinya saat ini, hatinya sakit saat melihat Ify
kembali seperti semalam, menagis karena ketakutan.
“Fy” panggil Rio namun Ify masih diam.
Rio perlahan duduk di samping Ify
“loe kanapa lagi? Loe lupa kata-kata gue
semalem kalo Iel bakal sedih liat loe kayak gini?” Rio masih berusaha berbicara
kepada Ify namun hanya isakan Ify yang terdengar oleh Rio
“loe bisa lampiasin rasa takut, marah,
sedih loe ke gua Fy, nggak harus loe pendam kayak gini” pinta Rio
“sandaran gue udah pergi Yo, loe tau dia
nggak bakal kembali lagi” jawab Ify
“masih ada kak Tian Fy, gue, Sivia bisa
jadi sandaran loe saat ini”
“loe tau, loe sama aja nyiksa kak Tian
dengan keadaan loe kayak gini, dan bahkan gue yakin Iel sekarang kecewa sama
loe”
“Fy, udah pernah gue bilang kan, tuhan
punya jalan istimewa buat jalan hidup kita, kita tinggal jalanin sesuai
scenario yang udah tuhan buat” kali ini air mta Ify semakin deras mengalir, Ify
membenarkan perkatan Rio saat ini, tapi sungguh melupakan kejadian tiga tahun
yang lalu dimana orang yang ia sayang mengorbankan nyawanya hanya untuk
melindungi dirinya sungguh tidak gampang.
“Fy” panggil Rio dan membalikkan tubuh
Ify untuk menatapnya, perlahan Rio mengusap air mata yang sedari tadi tanpa
lelah mengalir di pipinya. Ify pun manatap mata Rio, nyaman itu yang dapat Ify
rasakan. Lallu detik berikutnya Rio menarik tubuh Ify kepelukannya seakan
berusaha membarikan rasa nyaman ke Ify. Dan rasa panas tubuh Ify pun langsung
terasa di tubuhnya.
“loe bisa pinjam dada gue kalo loe
capek, loe bisa panggil gue kapanpun kalo loe mau, gue siap Fy, akpan pun loe
butuh gue, gue siap. Tapi gue mohon berhenti untuk menyesali semua, karena itu
semua Cuma bisa buat loe semakin terpuruk sama masa lalu loe”
“loe tau? Gue lebih suka loe yang cuek
ke gue, sinis ke gue, dari pada harus liat loe yang rapuh kayak gini Fy”
“makasih Yo” hanya itu yang dapat Ify
katakan, namun kata itu sudah mewakili semuanya.
“urwell cantik” jawab Rio lalu mengacak
puncak kepala Ify sayang dan itu cukup membuat pipi Ify memanas. Rio yang
melihat itu hanya terkekeh geli
“tu bubur envy Fy loe anggurin” ucap Rio
melihat bubur di nakas masih utuh belum tersentuh sedikit pun
“cara loe basi kalo itu buat nyuruh gue
makan” ucap Ify cuek, Rio malah tersenyum, sikap ini yang ia rindukan dari
sosok pujaan hatinya.
“yahhh.... maaf bur bidadari gue lebih
tertarik sama gue dari pada loe” ucap Rio membuat nada bicaranya seolah-olah
menyesal
“kyaaaa...... siapa bilang gue tertarik
sama loe. loe nggak usah GR” sinis Ify tak terima
“tu bur loe denger kan kata bidadari
gue” ucap Rio lagi berbicara kepada bubur
“loe ngomong apa sih. Nggak usah
ngelawak loe”
“ha,,,, gue nggak ngelawak Fy, gue Cuma
ngsih tau ke bubur itu kalo loe lebih tertarik sama gue dari pada dia”
“gue nggak tertarik sama loe Rio”
“ya udah loe makan buburnya kalo gitu”
“gue nggak mau”
“ha,,, ketauan loe lebih tertarik sama
gue” ucap Rio nggak mau kalah sambil mengedip-ngedipkan matanya menggoda Ify
“ishhhh, ok. Bawel loe” marah Ify tapi
tetap memakan bubur yang di suapkan Rio
“bawel, bawel juga loe suka kan?” goda
Rio, sungguh sekarang hatinya tersenyum bahagia, melihat Ify berangsur-angsur
kembali.
~~~~~
“Shill, kamu kenapa sayang? Sakit?”
tanya Tristan yang khawatir melihat kekasihnya dari tadi hanya diam
“emm, nggak papa kak, Cuma agak pusing
sedikit kok” jawab Shilla yang dari tadi masih bersandar di bahu kokoh Tristan
“tuh kan, kamu sakit itu namnya, ya udah
kamu istirahat aja, ayok aku antar ke kamar” tawar Tristan, namun Shilla
menolak
“nggak kak, Shilla pengen disini aja
sama kakak, boleh ya?” pinta Shilla, nggak tau kenapa dia hanya ingin seperti
ini bersama Tristan. Tristan hanya tersenyum sambil mengusap kepala Shilla,
dirinya juga merindukan saat-saat seperti ini, ya saat-saat Shilla bersikap
manja ke dirinya.
“dengan senang hati sayang” jawab
Tristan dan semakin merapatkan pelukannya dipinggang Shilla
“kak”
“iya” jawab Tristan
“Shilla sayang banget sama kakak” ujar
Shilla,
“kakak tau, kakak juga sayang banget
sama kamu” balas Tristan dan mengecup puncak kepala Shilla
“kakak, jangan tinggalin Shilla ya”
“nggak akan”
“janji?” Shilla menunjukkan jari
kelingkingnya
“janji” balas Tristan dan mengaitkan
kelingkingnya ke jari kelingking Shilla.
“Shill” panggil Tristan karena sedari
tadi Shilla diam
“sayang” panggil Tristan lagi, namun
masih tidak ada jawaban. Tristan lalu menolehkan pandangannya ke Shilla.
Tristan tersenyum karena ternyata Shilla sudah tertidur di sandarannya.
“kakak sayang banget sama kamu Shilla”
ucap Tristan dan langsung memilih tidur dengan posisi bersandar di kepala
Shilla.
To Be Continue.....
No comments:
Post a Comment