Gue Cinta Lo Mario!
@siskahaling
Dua part ni yeeeee :p
******
Ify dan
Sivia hari ini sepakat berangkat bersama ke sekolah, entah apa penyebabnya dua
makhuk ini berangkat bareng, Ify dan Sivia memang bersahabat tapi karena rumah
mereka yang bisa di kategorikan jauh maka mereka jarang berangkat bareng jika
ke sekolah.
“IFYYYY” teriak seseorang, Ify yang
mendengar memberhentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Rio,
tapi tidak sendirian melainkan bersama Alvin
“pagi Fy pagi Sivia” sapa Rio sambil
menampakkan senyumannya. Sedangkan semua murid yang mendengar teriakan Rio tadi
sudah heboh beruntung banget orang yang pagi-pagi sudah mendapat sapaan dari
Rio, yang mereka hebohkan adalah orang yang disapa Rio, ya Ify. gadis yang
terkenal cuek, dingin dan menakutkan. Sedangkan Rio sendiri yang sudah
menciptakan kehebohan cuek seakan tidak terjadi apa-apa.
“pagi” balas Ify seadanya
“pagi juga Rio” balas Sivia tak lupa dengan senyumannya. ‘sangat berbeda’
batin Rio
‘pagi Ify” sapa Alvin yang baru membuka
suara.
“hmm” dehem Ify, Ify memang sudah tau
Alvin kerena kejadian kemarin sewaktu ditaman, tapi yang Ify ingat hanya Alvin
sahabat Rio dan patner adu bacotnya Sivia nggak lebih.
“ehem” dehem Sivia karena merasa Alvin
tidak menganggapnya
“eh ada loe ya Vi” ucap Alvin memasang
wajah polosnya, sedangkan Sivia sudah hampir meledak karena emosi
“baru nyadar” sinis Sivia
“hahaha,,, ia loe tadi kaga keliatan”
ucap Alvin lagi, yang sebenarnya hanya ingin membuat Sivia marah
“kyaaaa,,,, cowok nyebelin, mata loe salain
sipit juga katarak, hah” emosi Sivia
“ia, kalo liat loe mata gue langsung
katarak” balas Alvin masih tenang
“sipit, loe nyebelin” balas Sivia
“gue sipit-sipit ganteng, dari pada loe
udah kayak mak lampir bawel lagi” ucap Alvin lagi, sedangkan Rio dan Ify
melengos melihat dua makhluk ini selalu berantem setiap bertemu
“Fy kelas yuk, udah mau masuk” ajak Rio
hanya di balas anggukan oleh Ify.
“ye,,, gue cantik manis gini loe bilang
lampir, periksa dulu deh tu mata” dasar Sivia masih sempet-sempetnya narsis
“lah suka-suka mata gue dong, mau liat
loe cantik apa jelek”
“loe kodok”
“loe lampir”
“loe nyebelin”
“loe bawel”
“loe”
“loe”
“loe”
“eh Vi kok sepi ya” tanya Alvin karena
melihat sekelilingnya sudah sepi
“udah masuk kali” jawab Sivia enteng
“ia juga ya” ucapn Alvin lagi
“APA MASUK” teriak mereka berdua
“Vin”
“Vi”
“BUK WINDAAAAAA” teriak mereka berdua
dan langsung ngibrit ke kelas.
*******
Sivia dan Alvin selesai melaksanakan tugas
mulia dari buk winda kerana keterlambatannya masuk tadi. Mereka disuruh berlari
keliling lapangan basket sebanyak sepuluh kali, bayangkan deh seberapa
ngenesnya.
“Fy kantin yok” ajak Sivia sambil
mengipasi dirinya sendiri menggunakan buku tulisnya
“ngapain?” tanya Ify, Sivia melengos
sejak kapan Ify menjadi orang idiot seperti ini, kenapa dia harus menanyakan
hal yang nggak harus di tanyakan
“loe kok jadi bego sih Fy, loe pikir
kalo ke kantin ngapain?” ucap Sivia kesal sambil menirukan bagaimana cara Ify
ngomong jika sudah kesal kepadanya
“eh ia yok ke kantin aja haus ni gue”
ucap Alvin yang untuk saat ini sependapat dengan Sivia
“ya udah deh, Fy yuk bareng aja ke
kantinnya” ajak Rio membuka suara. Sedangkan Ify hanya pasrah mengikuti kemauan
teman-temannya, yang benar saja dirinya sendiri dan mereka bertiga.
Kantin sudah penuh, untung saja masih ada
bangku kosong di pojok kiri kantin, tanpa membuang-buang waktu mereka pun duduk
di sana.
“Rio, Ify gue pesen makanan dulu deh loe
berdua mau pesen apa?” tanya Sivia
“pop ice melon satu” ucap Rio dan Ify
kompak
“ecieeee, kompak bener pesenannya” goda
Sivia, membuat Rio dan Ify salting, Ify menunduk dengan pipi merona sedangkan
Rio menggaruk kepala belakangnya walaupun sebenernya nggak gatel.
“udah Vi, anak orang jangan di godain
mulu, ayok pesen makanan dulu” ajak Alvin tanpa sadar menggandeng Sivia,
sekarang gantian Sivia yang pipinya memanas.
“Fy” panggil Rio untuk mengurangi
kesaltingannya setelah kepergian Alvin dan Sivia memesan makanan.
“ya” jawab Ify
“ha.. em,,,, nggak jadi deh, heheh”
jawab Rio bingung, entah kenapa Rio jadi gugup gini, sedangkan Ify tau bahwa
Cowok yang ada di depannya ini sedang gugup, dan melihat itu ingin rasanya Ify
tertawa, tapi karena dirinya masih bisa mengontrolnya jadi Ify hanya tersenyum. Rio yang melihat senyum Ify langsung
spechlees, ‘gue harap Cuma gue yang bisa bikin senyum itu di bibir loe Fy’
batin Rio
******
Ify melangkahkan kakinya menuju gerbang
sekolah, menunggu mang asep yang akan menjemputnya. Namun belum lama Ify
menunggu sebuah mobil sport warna putih behenti di hadapnnya. ‘siapa sih?’
batin Ify karena tidak mungkin jika itu
mang asep sejak kapan mang asep menjemputnya menggunakan mobil sport seperti
itu? Lagian dirumah setau Ify tidak ada mobil ini.
Lalu seorang cowok keluar dari mobil
tersebut, dengan postur tubuh yang tinggi, putih, rambutnya sedikit di buat
berantakan namun malah terlihat keren, tak lupa kaca mata hitam tepasang
diwajahnya. Ify terdiam, sepertinya dia mengenali orang ini, sosok yang selama
ini mungkin dia rindukan.
“hallo jelek” sapa cowok tersebut sambil
melangkah agar posisinya lebih dekat dengan Ify. Ify tersentak sejenak
mendengar suara tersebut.
“kak Tian” ucap Ify dan langsung memeluk
cowok tersebut dengan erat, seakan dirinya benar-benar rindu dengan sosok yang
ada di pelukannya saat ini. Orang tersebutpun langsung membalas pelukan dari
Ify.
“apa kabar Ify ku sayang” ucap orang
tersebut Tristan atau yang di panggil Tian tersebut oleh Ify, dan mengelus
puncak kepala Ify dengan sayang.
“kak Ify kangen” ucap Ify dan
mengeratkan pelukannya mengabaikan pertanyaan dari Tristan tadi.
“hahahaha” tawa Tristan yang masih
memeluk Ify
“kakak juga kangen sama kamu Ify” tambah
Tristan
“kakak kapan pulang?” tanya Ify sambil
melepaskan pelukannya, dan sedikit bingung bagaimana Tristan bisa berada di
sini yang ia tau Tristan sedang melanjutkan kuliahnya di singapure. Dan
sekarang secara tiba-tiba ada disini, dihadapannya.
“barusan, dan langsung kesini” jawab
Tristan
“kakak liburan?” tanya Ify lagi.
Berharap jawaban nggak terlontar dari mulut tristan.
“Udah ah kita pulang dulu ngobrolnya
lanjut di rumah, capek ni” eluh Tristan memasang wajah lelahnya.
“ayok. Eh.... tapi mang Asep gimana?”
tanya Ify
“mang Asep udah kakak kasih tau tadi,
udah yok” ajak Tristan dan menarik tangan Ify menuju mobil.
*******
Sivia, Rio dan Alvin berjalan menuju
parkiran bareng, sebenarnya Sivia tadi
sudah menawarkan Ify pulang bersama lagi seperti berangkat tadi, namun Ify
menolaknya. Ify lebih memilih pulang bersama mang Asep dengan alasan kasihan
Sivia jika harus mengantarnya mengingat rumahnya dan rumah Sivia berlawanan
arah. Tiba-tiba langkah Rio terhenti, membuat Alvin dan Sivia pun menghentikan
langkahnya.
“Yo kenapa berhenti?” tanya Alvin, namun
Rio tidak menjawab matanya masih melihat kearah gerbang sekolah, di lihatnya
Ify dan didepannya cowok yang Rio akui lumayan tampan. Mata Rio memicing ingin
melihat lebih jelas, tiba-tiba hatinya mulai tak karuan saat melihat Ify
memeluk cowok tersebut, apalagi Rio melihat Ify tersenyum ringan tanpa beban,
tidak menunjukkan sikap cuek dan dinginnya ketika sedang bersama cowok itu. Dan
itu memuat hatinya semakin sakit. Jujur hatinya tak rela melihat orang yang
udah dia sayang lebih bahagia bersama orang lain.
“Yo” panggil Sivia karena panggilan
Alvin tadi tidak digubris oleh Rio
“ha,,, ia” jawab Rio dan mengalihkan
pandangannya kedua orang yang saat ini melihatnya bingung
“loe kanapa?” kini giliran Alvin yang
bertanya
“enggak papa kok, eh Vi, loe tau nggak
cowok yang lagi sama Ify itu?” tanya Rio sambil menunjuk kearah cowok yang
sedang bersama Ify. Sivia pun langsung mengikuti arah tunjuk Rio
“nggak Yo” jawab Sivia karena dirinya
memang belum pernah melihat cowok tersebut selama dua tahun berteman bersama
Ify.
“bukannya loe udah lama temenan sama Ify
Vi? Emang Ify nggak pernah cerita mengenai cowok itu?” tanya Rio lagi
“nggak, gue aja heran tu anak kayaknya
deket banget sama tu cowok, lagian nggak jutek dan dingin waktu sama kita-kita”
ucap Sivia, dalam hati Rio membenarkan ucapan Sivia tersebut
“panassss.... panasss,,,, panas banget
ya?” goda Alvin, ya Alvin tau saat ini Rio sedang cemburu
“emang dari tadi udah panaskan, noh
mataharinya dari tadi udah nongol” ucap Sivia yang nggak ngeh sama ucapan Alvin
barusan
“gue nggak ngomong ame loe lampir” balas
Alvin
“issshhhh, loe nyebelin kodok” balas
Sivia lagi
“emang, baru tau?” ucap Alvin
“kodoookkkkkkk”
“apa lampirrrrrrrrr” jawab Alvin
“mulai deh” ucap Rio dan langsung pergi
meninggalkan keduanya.
******
Ify dan Tristan telah sampai dirumah yang
cukup besar dan megah itu, cat luar yang didominasi warna biru, apa lagi
terdapat taman kecil yang sangat rapi terdapat di halaman depan yang membuat
rumah itu lebih terasa nyaman dan sejuk.
“udah pulang sayang?” tanya tante Lyssa
mama Ify
“udah ma” jawab Ify dan menuju sofa
untuk menghilangkan rasa penatnya sejenak. Dan di ikuti Tristan, Tante Lyssa
dan Om Adit papa Ify
“ma, pa. Kenapa mama sama papa nggak
bilang kalo kak Tian mau kesini?” tanya Ify masih sedikit kesal karena tidak di
beri tau dari awal
“papa sama mama sebernya udah mau kasih
tau kamu dari awal tapi kak Tian ngelarang” jujur tante Lyssa
“kok
gitu?” tanya Ify
“suprise for you Ify sayang” jawab
Tristan semakin membuat bibir Ify mengerucut
“mama sama papa sebenarnya menyuruh kak
Tian ke sini buat jagain kamu Ify, karena mama sama papa mau mengurus
perusahaan yang ada di jepang” jelas om Adit
“jadi kak Tian bakal tinggal disini lagi
dong?” tanya Ify sambil sedikit senyum terpasang di bibirnya
“ia” kini giliran tante Lyssa yang
menjawab. Sedangkan Tristan memilih diam, membiarkan orang tuanya yang
menjelaskannya kepada Ify. Ya Tristan adalah kakak kandung Ify yang tiga tahun
yang lalu mendapat beasiswa yang mengharuskannya melanjutkan kuliahnya di
singapure. Sebenarnya Tristan tidak tega meninggal kan Ify apa lagi waktu itu
Ify lagi terpuruk-terpuruknya. Namun orang tuanya meyakinkannya bahwa Ify akan
baik-baik saja. Hingga akhirnya Tristan pun menurutinya.
“beneran?” tanya Ify lagi meyakinkan
“ia sayang, ya udah pesawat papa satu
jam lagi take of, papa berangkat dulu ya” pamit om Adit
“ya udah, hati-hati ya ma, pa” ucap
Tristan ngakat bicara
“ia, kamu jagain adik kamu Tian, awas
aja mama dengar kamu bikin marah adik kamu” ancam tante Lyssa ke anak
pertamanya ini yang memang sudah paham bagaiman sifatnya, sedangkan Tristan
hanya cengengesan
“mama berangkat dulu sayang” ucap tante
Lyssa ke Ify dan mencium anak perempuannya tersebut
“ia ma hati-hati” ucap Ify dan diangguki
oleh tante Lyssa
“kak” panggil Ify ke Tristan, sedangkan
tante Lyssa dan Om Adit sudah keluar
“ya” jawab Tristan menoleh ke Ify
“loe benerankan nemenin gue?” tanya Ify
lagi memastikan semuanya ini bukan lelucon. Tristan tersenyum lalu menarik Ify
agar lebih dekat dan memeluknya.
“apa tadi kakak, papa, sama mama
keliatan bercanda?” tanya Tristan balik, Ify menggeleng dalam pelukannya
Tristan
“terus kenapa masih ditanya?” tanya
Tristan lagi
“Ify Cuma takut ini bohongan, Ify takut
kehilangan sandaran Ify lagi kalo Ify lagi sedih, Ify takut kakak ninggalin Ify
kayak... kayak...” Ify nggak mampu melanjutkan ucapannya, dia menangis, seakan
rasa sakit itu datang lagi
“ssstttt, nggak akan Ify, kakak nggak
akan ninggalin kamu lagi, kakak janji, harusnya kakak nggak ambil beasiswa itu
Fy maafin kakak” ucap Tristan menyesal karena selama ini meninggalkan adik yang
paling ia sayang
“Ify nggak papa kok” ucap Ify sambil
memasang senyumnya tapi malah terlihat kaku
“lagian iel disana pasti sedih Fy kalo
liat kamu kayak gini” tambah Tristan. Namun Ify hanya diam
“o ya kak, terus kakak LDR dong sama Shilla?
Ckck,,, kasihan” tanya dan ledek Ify mengalihkan pembicaraan tidak mau kakaknya
semakin merasa bersalah
“sok tau kamu, Shilla bakalan nyusul
besok, hari ini dia harus menyiapkan dulu semuanya” jawab Tristan. Shilla gadis
SMA yang seumuran dengan Ify yang telah berhasil merebut hatinya Tristan
sewaktu dirinya di singapure, baru beberapa bulan ini mereka menjalin
hubungannya, Ify mengetahui karena Tristan sempat menceritakannya kepada Ify
“oh” jawab Ify hanya dengan oh
“ya udah kakak tidur dulu deh, kamu juga
istirahat gih” suruh Tristan. Ify hanya mengangguk mengiakan karena dirinya
memang sudah cukup lelah.
******
@rumah Rio
pukul 21:22
Rio
sedari tadi gelisah di tempat tidurnya. Matanya sungguh sulit untuk di pejamkan.
Pikirannya masih terfokus kepada Ify, gadis yang selama ini telah memberi warna
pada hidupnya. Siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa bisa sedekat itu sama
Ify? Apa itu cowoknya Ify? Tapi
mendengar dari cerita dari Sivia bahwa Ify tidak memiliki cowok, itu membuat
dirinya bingung siapa sebenarnya cowok itu.
“huffftttt, mungkin besok langsung gue
tanya aja ke If nya langsung” ucap Rio dan mencoba memejamkan matanya saat ini.
*******
Rio memakirkan motor cagiva nya di parkiran
sekolah, sekolah sudah cukup ramai untuk
pagi ini, diarah gerbang terlihat mobil sport berwarna putih, Rio berfikir
sejenak sepertinya dia pernah melihat mobil itu. Tapi kapan? Pertanyaan Rio
terjawab setelah sosok gadis keluar dari mobil tersebut. Ya itu mobil cowok
yang semalam bersama Ify dan gadis yang keluar tadi pun tidak salah lagi adalah
Ify.
******
Hari ini Ify minta di antar sekolah oleh
Tristan, dengan senang hati pun Tristan mengantarkan adik semata wayangnya ini.
Dua puluh menit mereka berdua pun sampai di SMA Jingga.
“kak, Ify pergi dulu ya?” pamit Ify ke
Tristan
“ok sipp, belajar yang rajin jelek”
jawab Tristan sambil mengacak-acak rambut Ify
“ih kak apaan sih, berantakan mah jadinya”
sewot Ify
“o ya kakak nanti jemput Ify nggak?”
tambah dan tanya Ify
“ia nanti kakak jemput kamu tapi mungkin
rada telat dikit, kakak mau jemput Shilla dulu di bandara” jawab Tristan
“Ify” panggil seseorang yang langsung
membuat Ify dan Tristan mengarah ke suara tersebut
“Rio” kaget Ify saat mengetahui Rio yang
memanggilnya, sedangkan Tristan hanya diam, ‘mungkin teman sekelas Ify’ batin
Tristan
“hay Fy hay....”
“gue Tristan” ucap Tristan saat
mengetahui kebingungan Rio
“oh,, heheh” jawab Rio merasa canggung
sendiri
“loe pacar Ify?” tanya plus goda
Tristan.
“HAAAA” kaget Rio dan Ify kompak, merasa
shock dengan
pertanyaan
Tristan tadi
“apaan sih kak, ngasal banget tu mulut”
sewot Ify sedangkan Rio sudah garuk-garuk kepala nggak jalas
“pacar juga nggak papa” goda Tristan
lagi
“ha, eh,, bukan” jawab Rio gugup,
sedangkan Ify menunduk merasa pipinya memanas sekarang
“hahahah,” tawa Tristan merasa lucu
dengan dua orang yang ada dihadapannya ini
“oya
belum kenalan, gue Tristan KAKAK Ify” ucap Tristan dan sengaja menekan kata
KAKAK. Entah buat apa
“oh,
ia kak Tristan gue eh aku Rio temen sekelas Ify” jawab Rio berantakan cara
ngomongnya (?) tapi terbesit rasa lega saat mengetahui cowok itu atau lebih
tepatnya Tristan adalah kakak Ify.
“hahahahah”
lagi-lagi Tristan tertawa
“bahasa
nya loe gue aja, nggak usah canggung gitu Yo. Satu lagi kak Tian aja nggak usah
Tristan terlalu formal sama kepanjangan” jelas Tristan. Rio hanya mengangguk
canggung
“ya
udah gue pamit dulu yo, buru-buru” pamit Tristan
“Fy,
kakak pergi dulu, kamu balajar yang bener” ucap Tristan sambil mengecup puncak
kepala Ify yang sudah menjadi kebiasaan sejak dulu
“hemmm”
jawab Ify hanya berdehem
“Yo,
titip adek gue ya” ucap Tristan. Ify melotot, Rio hanya senyum malu-malu *pasti
imut muka Rio senyum malu-malu*
“Fy”
panggil Rio ketika mobil Tristan sudah beranjak
“ya”
jawab Ify namun pandangannya masih melihat ke arah mobil Tristan walaupun sudah
tidak kelihatan
“ke
kelas yok” ajak Rio. Ify tidak menjawab malah beranjak duluan menuju kekelas
“yahhhh,,,
gue di tinggal” ucap Rio lemes
“Ifyyyyy,
tungguin gue” teriak Rio dan menyusul Ify
*****
Pagi ini XI IPA 2 heboh, pasalnya buk Winda
guru bahasa indonesia sekaligus wali kelas yang membimbing XI IPA 1 mengubah
posisi duduk untuk semester ini dengan berpasangan, dengan alasan untuk membuat
mereka saling kompak dan menyegarkan suasana kelas. Kaum hawa sudah pada heboh,
mereka semua berdoa semoga dapat sebangku dengan Rio dan Alvin. Sedangkan Rio
dan Alvin sudah melengos pasrah, hanya bisa berharap teman sebangku mereka
setidaknya nanti sedikit waras.
“duhhhhh,
buk winda apa-apaan sih? Nggak banget ngubah posisi duduk? Buat apaan coba?
Penyegaran suasana kelas, yang ada makin gerah gue” cerocos Sivia namun Ify
hanya diam. Bukan, bukannya dia senang, tapi percuma saja mencuap-cuap nggak
akan merubah keputusan buk Winda bukan?
“baik
lah ibu akan bacakan teman sebangku kalian yang semalam sudah ibu atur.” Ucap
buk Winda
“TIDAK
ADA YANG BANTAH” tambah buk Winda sebelum penghuni kelas membuka suara
“Dea
dengan Irsyad, Angel dengan Lintar, Sivia dengan Alvin, Keke dengan Deva, Nova
dengan Ozy, Ify dengan Rio, Obiet dengan Oik dan bla,,, bla,,, bla,,,,” ucap
buk Winda, sebagian besar kaum hawa mendesah kecewa saat tidak bisa menjadi
teman sebangku Rio dan Alvin. Mata Sivia dan Alvin melotot sempurna, walaupun
mata Alvin tidak layak di bilang melotot, pernyataan buk Winda barusan membuat
keduanya shock. ‘ya tuhan, apa salah hamba’ batin mereka. Sedangkan Rio
tersenyum setelah mendengar bahwa teman sebangkunya adalah Ify, orang yang
selalu ada dipikirannya, kalo gini jadinya dia tidak akan keberatan dari awal.
“ok
silahkan pindah ke teman masing-masing” ucap buk Winda, tanpa menunggu lama
semua murid munuju ke teman masing-masing. Ify bangkit dan berjalan menuju
bangku Rio yang ada tepat di belakangnya sedangkan Alvin dengan amat sangat
terpaksa berdiri dan menuju meja yang ada tepat di depannya.
“posisi
ini akan berlaku sampai kenaikan kelas besok, tidak ada yang pindah, jika nekat
terima sangsinya.” Tagas buk Winda, semuanya hanya mengangguk pasrah
“baiklah
ibu tinggal dulu, jangan ribut karena ibu akan rapat bersama pemilik yayasan
sekolah” tambah buk Winda dan langsung keluar kelas.
Semua
murid sudah ribut mereka ngobrol dengan teman sebangku masing-masing, mereka
akan beradaptasi dengan teman sebangku mereka. Lain hal dengan dua orang ini
mereka malah ribut tidak jelas entah apa yang diributkan
“eh,
kodok, gue udah buat pembatas buat kita, loe nggak boleh lewatin pembatas yang
udah gue kasih” ucap seseorang yang udah pasti Sivia
“ok
fine, gue nggak bakalan lewatin tapi kalo loe yang ngelewatin pembatas ini, apa
hukumannya?” tanya Alvin
“emm,,
emm” ucap Sivia bingung
“loe
turutin semua kemauan gue. Gimana?” tantang Alvin dengan senyum sinisnya
“em,,,
ok gue terima, dan kalo loe yang ngelewatin pembatasnya loe juga harus ikutin
apapun kemauan gue” balas Sivia tak mau kalah
“ok
deal” ucap Alvin dan menarik tangan Sivia untuk berjabat tangan dengannya.
DEGHHH
Sivia merasakan detak jantungnya dua kali
lebih cepat saat Alvin menarik tangannya. Buru-buru Sivia melepaskan jabatan
tangannya dari Alvin.
Rio sedari tadi senyum-senyum sambil
memandang wajah Ify, entah apa yang dilihat, namun Rio rasa dirinya tak pernah
bosan jika harus mamandangi wajah cantik Ify, sedangkan Ify yang udah jengah
dari tadi ditatap seperti itu akhirnya buka suara.
“loe nggak bosen liatin gue mulu?
Sebegitu mempesonanya kah gue?” ucap Ify sambil menatap Rio yang masih
senyum-senyum menatap wajahnya
“nggak Fy, gue nggak bosen, dan memang
loe cantik, gue sampai terpesona” jawab Rio enteng tanpa beban, membuat pipi
Ify memanas. Dan Ify langsung kembali ke novelnya menutupi agar Rio tidak
melihat bahwa dirinya salting
“Fy” panggil Rio
“hemmm” jawab Ify masih sibuk dengan
novelnya. Padahal jantungnya udah nggak karuan
“apaan?” tanya Ify kali ini sambil
menoleh ke Rio karena Rio nggak kunjung menjawab
“em,,, nggak jadi deh” jawab Rio.
Membuat Ify melengos
“aneh loe” gidik Ify melihat tingkah Rio
“yang penting gue cakep” balas Rio
narsis
“hahahha, loe cakep? Ia kali” ucap Ify
sambil tertawa meremehkan, sedangkan Rio sudah manyun tapi dalam hati senang
bisa bercanda bersama Ify seperti ini
“jelek loe kayak gitu” ucap Ify tapi
matanya sudah beralih ke novelnya
“jelek-jelek juga temen loe Fy” ucap Rio
lagi
“gue malah nggak pernah nyadar punya
temen kayak loe” balas Ify santai
“ishhh, loe kok nyebelin sih?” ucap Rio
lagi
“emang” balas Ify
“huhhhh. Sadis” lirih Rio
“gue nggak budeg bego”
“upssss. Salah ngomong gue” ucap Rio memilih
diam dan melanjutkan aksi menatap wajah Ify
******
Tristan mengendarai mobilnya menuju
bandara Soekarno Hatta, senyumnya masih menghiasi wajahnya, dan lagu I’m Yours
dari Bruno Mars pun turut menemani perjalanannya.
Setelah sampai kakinya langsung melangkah
menelusuri bandara mencari sosok yang beberapa bulan ini menemani hari-harinya.
Tak lama kemudian matanya menangkap sosok gadis yang tengah berdiri sambil
memainkan handphonenya.
“hallo sayang” sapa Tristan ke gadis
tersebut, gadis itu pun menoleh dan tersenyum mendapati Tristan telah berdiri
dihadapannya tanpa komando langsung memeluk Tristan
“udah lama?” tanya Tristan sambil
memeluk gadisnya
“lumayan” jawab gadis itu dalam pelukan
Tristan
“maaf” ucap Tristan merasa sedikit
bersalah, telah membuat gadisnya menunggu
“nggak papa kok kak, lagian Shilla tadi
sempat ke cafe dulu makan. Hehhe” jawab gadis itu yang ternyata bernama Shilla
ketika sudah melepaskan pelukannya ke Tristan
“ya udah kalo gitu langsung kerumah aja
ya lagian ini udah jam 2 siang kamu pasti capek” ucap Tristan dan hanya dijawab
anggukan oleh Shilla.
“tapi kita jemput Ify dulu disekolah”
ajak Tristan
“Ify adek kakak yang pernah kakak
ceritain?” tanya Shilla
“ia, tapi kamu harus tahan-tahan kalo
lagi sama dia, dia agak
jutek sama
cuek, tapi aslinya baik kok” jelas Tristan
“ia Shilla ngerti kok” jawab Shilla yang
memang sudah
mendengar
sedikit tentang kisah Ify dari Tristan.
“ok. Lest go” teriak Tristan dan
langsung menarik Shilla menuju mobil.
******
“Ify” panggil Sivia yang kini mereka
sedang berdiri gerbang sekolah
“apa?” tanya Ify
“cowok yang semalem di gerbang sekolah
sama loe siapa?” tanya Sivia lagi
“maksud loe kak Tian?” tanya Ify, Sivia
mengerutkan keningnya. Merasa baru mendengar nama Tian
“ia kak Tian, kakak kandung gue” jelas
Ify lagi. Kali ini mata Sivia melotot
“apa? kakak kandung loe? kok loe nggak
pernah cerita?” tanya Sivia agak kesal
“loe nggak pernah nanya” jawab Ify
santai
“aishhh.... Mimpi apa gue punya teman
kayak loe” cibir Sivia kesal
“mimpi ketemu gue lah” jawab Ify membuat
Sivia semakin kesal
Tiba-tiba dua motor cagiva berhenti di depan
mereka. Ify yang udah mengetahui itu siapa hanya diam, sedangkan Sivia menatap
bingung dua orang yang berhenti di depannya. Lalu keduanya membuka helm
full-facenya
“Rio, Alvin” lirih Sivia
“nggak pulang?” tanya Rio menatap Ify
dan Sivia
“nunggu jemputan yo” jawab Sivia. tapi
tiba-tiba BB-nya berbunyi
From ; mang ujang
Neng Via maaf, mang ujang nggak bisa
jemput, nyonya minta diantar ke butik siang ini.
“hufffttt” kesal Sivia setelah membaca
pesat singkat tersebut
“Fy. Gue bareng loe ya, mang ujang nggak
bisa jemput gue” melas Sivia
“sorry Fy gue sama kak Tian, mangkin
jemputnya masih agak lama” ucap Ify
“Ya udah deh Vi loe sama Alvin aja noh”
tawar Rio
“ogahhhh” tolak Sivia nyolot
“yeee, loe pikir gue mau, tapi sebernya
tadi gue mau sih, berhubung gue masih berbaik hati, tapi karena loe udah nolak
ya udah gue pulang sendiri juga nggak papa” ucap Alvin sambil melirik ke Sivia.
“udah deh Vi, loe mau pulang naik apaan?
Taxi? Yang ada besok baru loe pulang” gemes Rio melihat tingkah Sivia yang
terlalu gengsi.
“ok..ok.. nggak ada pilihan lain” ucap
Sivia pasrah
“Fy. Gue duluan ya” pamit Alvin *gue
rasa baru ini alvin ngomong sama Ify, hahaha, penulis koplak*
“ya”
“tenang aja gue belikin temen loe ke
asalnya dengan selamat” ucap Alvin lagi.
“nggak loe balikin juga nggak papa Vin”
balas Ify membuat Sivia kesal setengah abad.
“yo, gue cabut dulu” pamit Alvin lagi
dan setelah itu melajukan motornya meninggalkan SMA Jingga. Kini hanya ada Rio
dan Ify
“loe nggak pulang Fy?” tanya Rio turun
dari motornya dan berdiri disamping Ify.
“gue sama kak Tian” jawab Ify
To Be Continue.....
No comments:
Post a Comment