Love Stoty Of Twin Brother's
Siska Friestiani @siskahaling
*******
Rio
hanya bisa menatap sendu Ify kini yang sedang terbaring di tempat tidur rumah sakitnya.
Tangannya terulur dan mengusap lembut puncak kepala Ify. Dalam hatinya pun tak
henti mengucapkan kata maaf. Bagaimana bisa dirinya lalai menjaga Ify sampai
akhirnya seperti ini. Kalau bisa memilihRio lebih memilih dirinya yang berada
di posisi Ify sekarang.
“hey,
loe gak capek tidur mulu Fy?” Rio mulai mengajak Ify bercerita. Tidak perduli
Ify mendengar atau tidak.
“maaf
Fy. Maaf gue gak becus jaga loe. Maaf gue gak ada di saat loe butuh gue. Maaf
gue pernah buat loe sakit hanya karena kebodohan gue. Dan Maaf gue memang cowok
bodoh yang baru menyadarinya semunya sekarang.” Rio mencoba mengeluarkan semua
uneg-unegnya. Kini tanganya beralih menggengam tangan Ify. Setidaknya saat ini
Ify terlihat lebih baik. Tidak tadi saat dirinya menemukan Ify dengan tubuh
dingin dan wajah pucat pasi.
“loe
bangun dong Fy, loe gak mau hukum cowok bodoh ini yang udah buat loe menderita
selama ini?”
“gue
mohon loe bangun Fy, setidaknya loe gerakin tangan loe buat respon gue” pasrah
Rio saat Ify tak juga sadar. Perlahan jari-jari Ify bergerak. Rio yang saat itu
menggengam tangan Ify pun tersentak kaget. Apa lagi sekarang Rio dapat
merasakan tangannya digenggam tangan Ify. Membuat Rio ingin berteriak bahagia
rasanya.
Perlahan
Ify mulai membuka matanya. Sedikit mengerjap-ngerjapkan untuk menyesuaikan
cahaya yang masuk ke kornea matanya.
“hay”
suara lembut itu membuat Ify menolehkan kepalanya ke samping kanan dan
mendapati Rio sedang tersenyum manis ke arahnya
“Rio?”
lirih Ify lalu kembali mengerjap-ngerjapkan matanya. Takut dirinya hanya salah
lihat. Namun sepertinya tidak karena nyatanya sosok itu masih ada di hadapannya
sekarang.
“gimana?
Ada yang sakit?” tanya Rio sambil mengusap puncak kepala Ify lembut. Ify hanya
menjawab dengan gelengan kepala, karena untuk berbicara Ify masih sedikit
lemah.
“gue
dimana Yo?” tanya Ify. Matanya pun menelusuri setiap sudut ruangan. Merasa
asing karena ini bukan kamarnya yang di rumah Rio
“loe
dirumah sakit Fy”
“di
rumah sakit? kok bisa?”
“loe
ingat kenapa loe bisa pingsan?” tanya Rio mulai mencari tau kenapa Ify bisa di
dalam gudang itu. Ify memicingkan matanya mencoba mengingat kejadian yang
terjadi.
“yang
gue tau waktu gue mau balik ke kelas, tiba-tiba ada yang narik gue terus bawa
gue ke-“
“Aaaaaaaaa”
tiba-tiba Ify teriak ketakutan membuat Rio panik seketika itu juga
“FY,
Fy loe kenapa Fy?” panik Rio dan mencoba menenangkan Ify.
“hey,
loe kenapa Fy, gak usah takut disini ada gue. Fy please jangan bikin gue takut
Fy” namun sama saja, Ify masih teriak ketakutan. Membuat Rio langsung mengubah
posisi Ify menjadi duduk dan memeluk Ify erat mencoba memberikan ketenangan
untuk gadis pujaannya. Ify tanpa sadar pun langsung melingkarkan tangannya ke
pinggang Rio dan membenamkan wajahnya disana. Bahkan Rio dapat merasakan bajunya
basah karena air mata Ify.
“Tempatnya,
ge- gelap banget Yo, hiks” ucap Ify sesenggukan
“sssstttt,
udah. Gak usah takut disini ada gue. Loe udah aman sekarang Fy” Rio mencoba
menenangkan Ify. Bagaimana pun Ify seperti ini juga karena kelalaiannya.
“gue
janji Fy, gue akan jaga loe semampu gue. Gue gak akan biarin satu orang pun
nyakitin loe, sekalipun itu diri gue sendiri” batin Rio.
********
Gabriel
perlahan membuka kamar rawat Ify tanpa suara. Tidak ingin membuat si pemilik
kamar terusik. Masih dengan langkah tanpa suara Gabriel mendekat ke tempat
tidur Ify. Senyum tipis tercetak di wajah tampannya saat melihat wajah polos
kekasihnya yang tengah tertidur. Tangannya tanpa komando mengusap puncak kepala
Ify sayang.
“lelap
banget tidurnya sayang, sampai aku datang kamunya gak tau” ucap Gabriel namun
tangannya tak berhenti mengusap puncak kepala Ify.
“maaf
Fy, seharusnya aku jagain kamu” sesal Gabriel mengingat kelalaiannya menjaga
kekasihnya
“nghhhh”
lenguh Ify terbangun dari tidurnya saat merasakan usapan lembut di puncak
kepalanya. Setelah berhasil menyesuaikan kornea matanya dengan cahaya kamar
rawatnya, Ify mendapati sosok Gabriel yang kini tengah tersenyum manis
kearahnya. Membuat Ify refleks membalas senyuman Gabriel.
“aku
ganggu tidur kamu?” tanya Gabriel lalu menarik kursi dan mendaratkan bokongnya
disana. Sedangkan Ify hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Yel”
panggil Ify serak
“iya
sayang” jawab Gabriel mengalihkan fokusnya ke Ify
“aku
mau minum” pinta Ify manja, membuat Gabriel terkekeh mendengar suara manja Ify.
Sungguh Gabriel sangat senang saat Ify bertingkah manja kepada dirinya, karena
Ify tergolong orang yang sulit untuk menunjukkan sifat manjanya ke seseorang.
Tangan
Gabriel perlahan mengambil segelas air yang sudah tersedia di atas nakas
samping tempat tidur Ify dan tangan sebelahnya di gunakan untuk membantu Ify
duduk.
“hah”
lega Ify saat rasa haus di tenggorokannya telah hilang. Gabriel pun meletakkan
kembali gelas air yang tinggal setengah itu.
“butuh
sesuatu lagi?” tanya Gabriel
“nggak,
makasih ya” jawab Ify tulus
“sama-sama
sayang” jawab Gabriel dan mencubit pelan hidung mancung Ify.
“Yel,
aku pulang aja ya” ucap Ify tiba-tiba. Dan memasang puppy eye’s-nya
“kamu
belum sehatan sayang” tolak Gabriel halus, membuat Ify mengerucutkan bibirnya
kesal. Lagi-lagi membuat Gabriel tersenyum melihatnya
“aku
udah sehatan kok Yel, yayaya. Aku pulang ya” rayu Ify tidak menyerah
“sekali
nggak tetap nggak. Kali ini kamu jangan bandel ok?!” Gabriel pun tak mau luluh
dengan rayuan Ify. Lagi pula ini juga demi kabaikan Ify bukan?
“ya
udah nggak boleh pulang aku nggak mau minum obat”
“NO”
“ya
udah, pulang kalau gitu” Ify melipatkan tangannya di depan dada. Dan memasang
wajah kesalnya. Sedangkan Gabriel hanya menghela nafas pasrah. Sifat keras
kepala Ify memang sulit untuk di lawan.
“ok,
gini. Kamu tetap minum obat kamu, kita pulang. Tapi besok” tawar Gabriel
mencari jalan keluar. Karena untuk sekarang Ify memang belum di izinkan pulang.
“kenapa
nggak seka-“
“besok
atau nggak sama sekali” tegas Gabriel memotong perkataan Ify. Membuat Ify mau
tak mau menyetujuinya.
“tapi
besok beneran pulang”
“iya”
“janji?”
“janji”
jawab Gabriel dan membuat senyum Ify mengembang. Ify sendiri memang benci
dengan suasana rumah sakit. membuat Ify kembali mengingat peristiwa orang
tuanya dulu.
“ya
udah sekarang kamu makan, terus minum obat” suruh Gabriel dan mengambil
sepiring nasi yang memang sudah tersedia lengkap di nakas Ify.
“nanti
a-“
“makan
Ify sayang” tagas Gabriel dan memberi tatapan mengancam ke Ify. Ify yang
mengerti maksud tatapan Gabriel pun hanya mengangguk pasrah. Sedangkan Gabriel
hanya tersenyum melihat akhirnya Ify mau menurutinya.
******
Rio,
Ify, dan Gabriel sedang membereskan perlengkapan Ify untuk pulang. Memang tidak
banyak yang mereka bawa karena Ify memaksa pulang, tidak ingin berlama-lama di
tempat yang menakutkan menurut Ify. Sedangkan Deva bagaimana pun dirinya harus
sekolah. Sebenarnya Deva tadi berniat untuk bolos sekolah, namun tatapan
mematikan kakaknya tidak bisa ia tolak. Dan mau tidak mau Deva harus ke sekolah
sekarang.
“udah
semua?” tanya Gabriel saat tangannya memasukkan baju terakhir ke dalam tas.
Baik Ify maupun Rio menjawab dengan anggukan.
“gue
kira ada baiknya Ify pulang dengan menggunakan mobil karena Ify baru saja
sembuh. Dan kebetulan gue bawa mobil hari ini” ucap Rio tiba-tiba membuat
Gabriel dan Ify menoleh ke arahnya.
“gue
kira gak perlu Yo, masih ada gue PACARNYA, jadi loe gak perlu terlalu repot.
Lagi pula tidak ada salahnya Ify pulang menggunakan motor agar Ify bisa
menghirup udara segar” balas Gabriel dengan tatapan sinisnya ke Rio. Namun Rio
hanya membalas dengan senyum sinisnya.
“gue
gak merasa repot kok Yel, dan ini udah cukup siang, tidak baik jika Ify pulang
dengan udara panas di luar” balas Rio lagi. Sedangkan Ify dari tadi hanya
mengerenyit bingung melihat keduanya yang menurut Ify sangat aneh, tidak
seperti biasanya.
“bukankah
gue punya hak lebih atas Ify dari pada loe? gue masih bisa merawat Ify tanpa
bantuan loe Mario”
“bahkan
loe sandiri tidak memperhatikan kondisi Ify, bagaimana mungkin Ify pulang
menggunakan motor yang nantinya—“
“stoopppp!!!
Kalian berdua kenapa sih?” teriak Ify akhirnya. Tingkah kedua saudara kembar
ini benar-benar membuatnya bingung. Ada apa dan apa yang sebenarnya yang sedang
mereka debatkan.
“gak
ada apa-apa sayang, ayo” jawab Gabriel dan langsung menarik tangan Ify menuju
parkiran. Sedangkan Rio hanya menghela nafas pasrah.
“gue
udah ngelakuin kebodohan Fy, dan gue gak akan ulang kebodohan itu untuk yang
kedua kalinya”
********
“Fy,
kamu makan ini aja ya. Bubur bagus loh buat proses penyembuhan kamu”
“nggak
ada salahnya Fy loe minum jus vokat ini dulu, biar lebih segeran”
“tapi
perut kamu masih kosong Fy, jadi makan bubur ini dulu ya” Ify dari tadi hanya
bisa mengerut kening bingung melihat tingkah saudara kembar yang saat ini
sedang berada di hadapannya. Tidak
Gabriel tidak Rio sama-sama aneh sikapnya mulai dari di rumah sakit tadi hingga
di rumah sekarang. Hey, dirinya bukan anak kecil lagi, tidak perlu di
perlakukan seperti ini. Jujur Ify sedikit risih dengan tingkah keduanya.
“loe
berdua kenapa sih? Aneh tau nggak dari tadi” marah Ify, bagaimana tidak kesal
jika di perlakukan seperti itu
“ha,
emmm, kita nggak papa kan Yo, iya gak papa. Hehehe” jawab Gabriel seperti orang
bego lalu merangkul pundak Rio dan memasang senyumnya yang gagal itu.
“iya
gak papa, ya udah ni loe minum dulu jus vokatnya biar segeran” ujar Rio dan
menyodorkan segelas jus vokat yang dari tadi masih setia di tangan kanannya
“kamu
harus makan dulu Fy, perut kamu kan masih kosong sayang”
“loe
berdua dengerin gue. Gue gak mau makan atau pun minum jus loe berdua. Gue mau
tidur. Capek” jelas Ify lalu membaringkan tubuhnya dan menarik sellimut hingga
menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan Rio dan Gabriel hanya menghela nafas
pasrah
“sekeras
apa pun usaha loe, gue pastikan gue gak akan pernah buat lepasin Ify” sinis
Gabriel
“dan
sekeras apapun usaha loe buat pertahanin Ify, gue pastikan gue gak akan lelah
buat dapatin Ify”
******
Pagi
ini Ify sudah siap dengan baju kabanggan SMA Jingganya, setelah menyematkan
pita hijautosca di rambutnya sebagai sentuhan terakhir, Ify pun turun ingin
meuju dapur. Dirinya harus ingat sebagai apa ia tinggal di rumah mewah ini.
Sayup-sayup
Ify mendengar suara di dapur. Namun Ify dapat mengenali suara itu, siapa lagi
kalaubukan Rio dan Gabriel. Perlahan Ify pun semakin mendekat untuk memperjelas
pembicaraan keduanya.
“loe
yakin masih belum menyerah untuk dapetin Ify? Gue sedikit pun gak pernah buat
lepasin Ify Mario Stevano” tagas Gabriel yang kini sedang mengaduk susu.
Mendengar nemanya di sebut Ify semakin mempertajam pendengarannya
“loe
bahkan udah nanyain itu ribuan kali ke gue Gabriel Stevent. Apa loe takut?”
balas Rio. Menghentikan aktivitasnya yang kini sedang mengoleskan selai ke
roti. Gabriel hanya tersenyum sinis mendengar pertanyaan Rio barusan
“ok,
kita bersaing secara sehat buat dapetin Ify. Loe jangan sedikitpun ganggu gue
kalau gue kagi sama Ify. Dan begitu pun gue, gue gak akan ganggu loe saat loe
deketin Ify. Gimana?” tawar Gabriel dan langsung di balas anggukan setuju oleh
Rio.
“prokk...
prokk.. prokk...” sebuat tepukan tangan membuat Rio dan Gabriel mengalihkan ke
sumber suara. Baik Rio maupun Gabriel bahkan bungkam tak bisa berbuat apa-apa
saat ini, saat sosok Ify tiba-tiba datang dan menunjukkan wajah kecewa, marah,
sedihnya. Entahlah ekspresi itu sulit untuk di artikan. Namun cukup membuat Rio
dan Gabriel takut. Bahkan sekarang keduanya hanya menunduk.
“hebat
juga cara kalian berdua” ucap Ify buka suara membuat Rio meupun Gabriel semakin
menundukkan kepalanya.
“bahkan
loe berdua anggap gue seperti barang yang tak berguna, yang kapan saja bisa loe
rebutin sesuka kalian tanpa lihat perasaan gue gimana” lanjut Ify. Wajah Ify
sudah memerah menahan emosinya yang masih ia tahan.
“bukan
gitu Fy, kita, kita Cuma”
“Cuma
anggap gue gadis bodoh yang bisa loe permainkan?” potong Ify sebelum Rio sempat
menyelesaikan kata-katanya.
“dan
loe Mario, dulu loe kemana aja. Kenapa setelah gue punya Iyel loe barusaha
dapatin gue. Loe baru sadar? Telat tau nggak. Kalau loe dari awal niat buat
ngerelain gue sama Iyel, loe gak perlu repot-repot lagi sekarang buat
ngedapetin gue. Loe pikir gue cewek apaan hah? Cewek bodoh yang bisa loe mainin
hatinya?” Ify mengeluarkan semua uneg-unegnya saat ini. Tak di hiraukannya
kepalanya yang terasa berdenyut karena aksi marah-marahnya. Sedangkan Rio hanya
bisa menunduk pasrah menerima amarah dari Ify, bagaimanapun apa yang di katakan
Ify benar. Dirnya benar-benar cowok bodah yang meyadarinya semua secara
terlambat
“Gabriel
Stevent, bahkan sekarang gue pacar loe, dan loe dengan mudahnya bolehin orang
lain buat dekat dan cari perhatian gue? Loe fikir gue apaan hah? Gue akui gue
dulu memang udah jatuh cinta dulu sama Rio. Tapi sekarang setelah gue berusaha
buat cinta sama loe, ini yang loe kasih ke gue? Hahaha. Tuhan sebegini bodohnya
kah aku tuhan”
“Yel”
ucap Ify mulai melembut, tidak seperti tadi.
“kita
putus” tambah Ify yang langsung membuat Gabriel kaget setengah mati. Dan saat
itu juga Gabriel langsung meemeluk erat tubuh Ify. Erat sangat erat tidak
perduli Ify bisa bernafas atau tidak. Yang Gabriel may sekarang Ify tetap terus
bersama dirinya. Sedangkan Ify langsung menangis sepuasnya di pelukan Gabriel.
Menangis untuk meratapi kebodohannya selama ini.
“maaf
Fy, maaf. Please jangan tinggalin aku Fy, please” mohon Gabriel di sela
pelukannya. Dan hati Gabriel semakin sesak saat merasakan gelengan kepala Ify
di kepalanya. Ify perlahan mendorong pelan tubuh Gabriel untuk melepaskan
pelukannya.
“maaf
Yel, gue gak bisa” ucap Ify setelah pelukan Gabriel terlepas
“Yo,
makasih buat waktunya selama ini. Mungkin gue terlalu merepotkan buat loe” ucap
Ify ke Rio. Lalu setelah itu Ify beranjak pergi dari sana. Tidak perduli dengan
apa yang terjadi nanti. Yang Ify butuhkan hanya ketenangan. Dan tidak ingin di
ganggu oleh siapa pun. Sedangkan Rio dan Gabriel hanya bisa diam, menahan sesak
di dada masing-masing yang dari tadi seakan oksigen tidak ada di paru-paru
mereka.
*********
“pusa?”
ucap Gabriel tiba-tiba, membuat Rio menoleh kearah Gabriel sambil mengatur
nafasnya. Ya keduanya saat ini sedang mengejar Ify yang sekarang entah dimana.
Ify sudah terlihat lagi sekarang. Rio hanya menoleh sekilas ke arah Gabriel,
dirinya sedang tidak ingin meladeni saudara kembarnya saat ini. Karena dari
tadi fikirannya hanya terfakus ke Ify. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan
Ify? Memilikirkan hal itu membuat nafas Rio semakin memburu. Begitu pun dengan
Gabriel. Masih dengan mengatur nafasnya Gabriel menunggu jawaban Rio.
“bisakah
loe saat ini untuk gak saling menyalahkan? Gue rasa ada yang lebih penting dari
pada kita harus berdebat gak jelas” sindir Rio yang membuat Gabriel menggeram
kesal. Rio kembali mengedarkan pandangannya. Mencari sosok gadis yang saat ini
mennjadi fokus hati dan fikirannya. Namun nihil, sosok itu sampai saat ini pun
tidak tertangkap di indra pengelihatannya. Tidak jauh berbeda dengan Gabriel,
matanya pun menjelajahi setiap sudut arah. Perasaan khawatir sudah mendominasi
dirinya saat ini memikirkan bagaimana kondisi kekasihnya. Ahhh, sepertinya ada
yang perlu di ralat, mantan kekasih lebih tepatnya. Mengingat hal itu membuat
dada Gabriel sesak dimana dirinya sudah putus dengan Ify beberapa jam yang
lalu.
“tuhan
lindungi gadis ku tuhan” batin Rio dan Gabriel memohon.
@@@@@
BERSAMBUNGGG......
No comments:
Post a Comment