Friday, August 30, 2019

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523





Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.


Monday, September 3, 2018

My Mate (MM) Part 19 ~RiFy~

 "Bagaimana Ray" tanya Mario begitu Ray selesai memeriksa kondisi Alyssa. Ray tersenyum lalu mengangguk menenangkan.


"Kondisi, Luna sudah semakin membaik Alpha. Hanya saja saya sarankan agar, Luna tidak turun dari ranjang dulu untuk beberapa hari ini karena itu akan membuat, Luna kelelahan dan tentu saja jika itu terjadi akan berdampak pada kandungan Luna" jelas Ray dan Mario hanya mengangguk paham.


"Dan Pastikan pola makan dan asupan makanan Luna di jaga Alpha" tambah Ray setelahnya.


"Terimakasih, Ray" ucap Alyssa membuka suara.


"Sama-sama Luna. Jika begitu saya permisi" ucap Ray lalu menunduk hormat sebelum keluar dari kamar.


"Kau menginginkan sesuatu, Hon?" tanya Mario sembari mengecup puncak kepala Alyssa yang kini tengah bersandar di dadanya.


Alyssa menggeleng sebagai jawaban.


"Mario?" panggil Alyssa


"Hmm, kenapa sayang?"


"Aku tidak merasakan keberadaan, Ares. Apa itu tidak apa-apa?" tanya Alyssa mendongakkan kepalanya menatap Mario.


Gemas, Mario mengecup kilas bibir Alyssa yang masih tampak sedikit pucat.


"Tidak apa-apa, Hon. Nanti Ares akan muncul kembali jika kondisimu sudah membaik. Untuk saat ini kau memang tidak bisa berbagi tubuh dengan Ares" jelas Mario penuh perhatian.


"Kau pernah mengalaminya?"


"Mengalami apa?"


"Kehilangan, Stev didalam dirimu?" tanya Alyssa.


"Tentu saja" jawab Mario tersenyum.


"Benarkah?" Alyssa tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya dan duduk di pangkuan Mario hingga kini posisi mereka berhadapan.


"Pelan-pelan, Hon" ucap Mario memperingatkan. Istrinya ini, jika tidak di ingatkan suka ceroboh.


"Jadi, kapan Stev menghilang dari dalam dirimu?" tanya Alyssa tak memperdulikan peringatan Mario.


"Kenapa memangnya, Hon?" tanya Mario menggigit hidung mancung Alyssa.


Ahh, kenapa yang ada di dalam diri Alyssa semua menggemaskan.


"Aku ingin tahu. Karena sekarang, Ares juga tidak ada didalam fikiranku" tanya Alyssa.


Lihatlah. Jika sudah seperti ini, Alyssa bahkan tidak memperdulikan sama sekali apa yang ia lakukan.


"Beberapa hari yang lalu, ketika kau kritis" jawab Mario yang dihadiahi kerutan tanda bingung dari Alyssa.


"Saat aku kritis?"


"Ya"


"Bagaimana bisa?"


"Karena saat itu adalah saat dimana aku berada di keadaan yang paling buruk dan lemah" jawab Mario lalu menarik Alyssa dan memeluknya erat.


"Jangan pernah ulangi lagi, Hon. Aku bisa mati jika kau seperti itu lagi." lirih Mario dengan tubuh kembali bergetar. Bayangan Alyssa yang terbaring dengan mata terpejam kembali memenuhi pikirannya.


"Aku tidak apa-apa, Mario. Aku masih disini. Bersamamu"


-siskahaling-


Jessi melangkah Takut-takut memasuki kamar utama di pack yang begitu di takuti ini. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Louis datang dan memberitahu jika Alyssa memanggilnya.


"Tidak apa-apa, Jess. Luna sudah menunggumu" ucap Louis dengan senyum menenangkan. Dan Jessi hanya mengangguk ragu sebagai jawaban.


Pintu di buka oleh dua pengawal penjaga. Dan Jessi mengambil nafas beratnya sebelum meyakinkan diri untuk masuk kedalam.


"Permisi, Luna" cicit Jessi Takut-takut.


"Kau sudah datang?" Alyssa tersenyum lalu melambaikan tangannya meminta Jessi untuk mendekat 


"Kemarilah, Jess. Aku sudah menunggumu"


Jessi melangkah ragu-ragu. Lalu memilih berdiri tepat di samping ranjang Alyssa.


"Duduk, Jess" pinta Alyssa menepuk ranjang yang memiliki space untuk duduk.


"Kau tidak apa-apa?" tanya Alyssa begitu Jessi sudah duduk di samping ranjangnya.


"Sebelum aku di bawa, Sivia. Aku melihatmu terhempas dengan begitu keras ke dinding, Jess. Dan itu semua karena aku" ucap Alyssa dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa ia mudah sekali merasa sensitif semenjak sadar dari masa kritisnya.


Jessi menggeleng "Tidak, Luna. Seharusnya saya yang minta maaf. Andai saja saya bisa datang lebih cepat pasti, Luna pasti tidak akan mengalami hal mengerikan yang nona Sivia rencanakan"
Jessi menunduk. Rasa bersalah itu kembali timbul di hatinya.


"Luna sudah tidak apa-apa?" tanya Jessi


"Tidak, aku sudah tidak apa-apa"


"Terimakasih, Jess." ucap Alyssa tulus


"Dan aku mau kau mengantikan posisi, Sivia. Jadi kau harus selalu menemaniku jika, Mario sedang tidak bersamaku"


"Dan, Sivia memanggilku Alyssa, bukan Luna. Jadi kau juga harus melakukannya"


-siskahaling-


Ctarrrrr


"Arghhhh"


Suara jeritan kesakitan itu menggema di seluruh penjuru ruangan bawah tanah. Dua pria berbadan besar memegang cambuk berada di sisi kiri dan kanan seorang wanita yang kini terikat dengan posisi berdiri dan luka yang memenuhi seluruh tubuhnya.


 "Cambuk" perintah Mario dengan mata tajam menatap wanita itu penuh amarah.
Dua pria itu pun langsung menuruti perintah yang Mario ucapkan.


Ctarrrrr


 "Arghhhhh"


Tidak puas. Tidak puas rasanya jika ia tidak langsung membunuh jalang itu dengan tangannya sendiri. Tapi Mario tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa.


Mario mencengkram tangannya kuat kuat menahan gejolak membunuh didalam hatinya. Stev, serigala itu bahkan meraung begitu keras didalam pikirannya.


Tidak, ia butuh Alyssa sekarang. Ia harus memeluk tubuh istrinya itu untuk meredam emosinya yang semakin memuncak.


Plakkkk


Satu tamparan keras mendarat di pipi Sivia hingga wajah Sivia berbelok kekiri.


"Kau......"


Plakkkkk


Tidak puas rasanya, Mario kembali menampar wajah Sivia.


"Berani-beraninya kau menyakiti istriku. Aku sendiri bahkan tidak berani menyakiti fisiknya" ucap Mario penuh penekanan. Wajahnya mengeras. Matanya memerah, tanda jika lengah sedikit saja, kontrol tubuhnya akan di ambil alih oleh Stev. Dan itu tentu saja bahaya.


Mario memejamkan matanya. Ia harus pergi sekarang. Ia harus menemui Alyssa untuk meredakan emosinya.


"Siksa jalang ini, dan jangan biarkan dia mati sebelum aku yang memerintahkannya" ucap Mario lalu beranjak dari sana.


>>>My Mate<<<
04 September 2018
@siskahaling

Thursday, August 30, 2018

My Mate (MM) Part 18 ~Rify~

Mario, pria itu sedikitpun tidak beranjak dari posisinya yang kini tengah duduk di sebelah ranjang Alyssa. Sudah tiga hari setelah sadarnya Mario, Alyssa belum juga membuka matanya dan itu cukup membuat Mario nyaris seperti orang gila. Mario tidak melakukan apapun selain menggenggam erat tangan Alyssa dengan mengucapkan maaf berkali-kali.


Segala urusan yang ada di pack pun tidak Mario hiraukan. Bahkan Zeth sendiri yang harus turun tangan untuk mengurusnya. Tentu saja tidak terlalu sulit bagi Zeth karena Mario belum banyak melakukan perubahan kepemimpinan dan peraturan di pack. Masih sama dengan peraturan seperti kepemimpinannya dulu saat menjadi Alpha.


"Sayang....." lirih Mario putus asa. Tangannya menggenggam erat jemari Alyssa dan menumpukan dahinya di sana. Sudah Tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia sendiri bahkan belum bisa menggunakan kekuatannya untuk memulihkan Alyssa karena Mario juga merasa tubuhnya semakin hari semakin tak bertenaga. Bagaimana mungkin ia bisa tenang jika kondisi mate-nya masih terbaring dengan mata tertutup seperti ini. Karena seorang Alpha begitu tergantung dengan Luna-nya. Begitu pun sebaliknya.


"Permisi Alpha" ucap Louis menunduk sopan meski Mario sama sekali tidak menggubrisnya.


"Maaf Alpha, tuan Zeth sudah menunggu anda di penjara bawah tanah. Hukuman untuk nona Sivia harus segera dilaksanakan"


Genggaman tangan Mario mengerat di tangan Alyssa begitu mendengar nama Sivia. Nama yang membuat emosinya memuncak akhir-akhir ini. Sialan! Wanita brengsek itu kenapa tidak langsung mereka hukum mati saja.


"Jalang itu masih hidup?" ucap Mario tak bisa menyembunyikan geraman marah dinadanya. Tangannya semakin menggenggam jemari Alyssa. Ia membutuhkan kontrol tubuhnya saat ini. Dan satu-satunya yang bisa melakukannya adalah Alyssa.


"Maaf Alpha, kami semua menunggu perintah dari Alpha untuk hukuman nona Sivia"


Mario mengangguk paham, memang untuk segala hukuman yang akan dijalankan di pack adalah atas perintah seorang Alpha.


"Kalau begitu siksa wanita itu sampai iya melonglong meminta ampun. Jangan sampai wanita itu mati sebelum Alyssa sadar. Aku ingin Alyssa melihat kematian wanita itu" ucap Mario dan Louis hanya mengangguk mengerti sebelum akhirnya ia menunduk dan beranjak dari sana.


"Wanita itu..." Mario menelan salivanya berusaha menahan air matanya yang siap menetes kapan saja ia berkedip.


"Kau harus melihat kematiannya sayang, kau harus bangun dan melihat bagaimana wanita itu akhirnya mati secara perlahan karena sudah membuatmu seperti ini"


Mario menunduk dan air mata itu akhirnya menetes dari kedua netra hazel yang sudah tidak mampu lagi menahan laju air matanya.


"Bangun, Hon. Aku bisa mati jika kau terus seperti ini"


 Semua orang akan tahu betapa menyedihkannya seorang Mario saat ini. Terisak hebat sembari menggenggam tangan wanita yang masih saja terpejam seakan tak menyadari betapa menderitanya Mario karena keadaannya.


Mario menggigit bibir dalamnya, tangannya yang menggenggam jemari Alyssa bahkan bergetar menahan tangis. Ini sangat menyakitkan. Bahkan Stev pun tak dapat ia rasakan lagi keberadaannya karena lemahnya tubuhnya saat ini sehingga ia tidak bisa berbagi tempat dengan Stev.


Hingga akhirnya, gerakan ringan dari jari Alyssa menyentak Mario. Membuat jantung Mario bergemuruh hebat dengan tangan yang semakin bergetar.


"Ray!! Cepat kemari brengsek!"


-siskahaling-


Mario tak henti-hentinya mencium jemari Alyssa yang ada di genggamannya sambil melontarkan kata terimakasih yang tak ada habisnya.


Tadi begitu ia memanggil Ray dan Ray memeriksa keadaan Alyssa. Wanita itu sempat membuka matanya walaupun beberapa detik setelahnya mata itu terpejam lagi.


Tidak apa-apa. Tidak apa-apa walaupun Mario hanya melihat sekilas mata bulat yang ia rindukan itu terbuka. Begitu ia mendengar penjelasan dari Ray jika Alyssa sudah melewati masa kritisnya dan Alyssa kembali tertidur karena kondisinya masih lemah, membuat dada Mario membuncah bahagia.


Alyssa sudah di pindahkan ke kamar mereka. Tidak ada lagi alat bantu pernapasan dan alat alat penunjang kehidupan lainnya yang menempel di tubuh Alyssa. Hanya infus yang masih menempel di pergelangan tangan kiri Alyssa yang berisi cairan nutrisi Karena bagaimana pun Alyssa sedang mengandung dan bayi mereka butuh asupan nutrisi setiap harinya.


Mario memperbaiki selimut Alyssa agar tubuh Luna-nya itu tetap hangat lalu memeriksa jarum infus Alyssa memastikan infus itu masih terpasang dengan benar di pergelangan tangan wanitanya. Setelah semuanya ia pastikan aman, Mario ikut berbaring di ranjang kosong sebelah Alyssa, jujur saja tubuhnya masih terasa lemas dan ia butuh istirahat. Namun beberapa hari ini ia bahkan tidak tidur barang satu jam pun. Hanya terfokus dengan keadaan Alyssa. Kini begitu kondisi Alyssa membaik, Mario ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya di sebelah tubuh Alyssa.


"Terimakasih, Hon. Terimakasih sudah bertahan untukku"


-siskahaling-


Jantung Mario berdetak hebat begitu mengetahui Alyssa sudah tidak ada di sebelahnya. Ya Tuhan, menyesal rasanya ia memejamkan matanya jika bangun disambut dengan kekosongan di ranjang sebelahnya.


Mario menyibakkan selimutnya dan langsung memeriksa kamar mandi namun kosong Alyssa tak ada disana. Segera saja Mario melangkah tergesa menuruni tangga melingkar menuju lantai bawah.


"Louis!" teriak Mario begitu ia sampai bawah. Jantungnya bahkan kembali bergemuruh karena ketakutan.


"Iya, Alpha?"


"Dimana, Alyssa?" sergah Mario cepat tidak sabaran. Di hiraukannya keringat dingin yang memenuhi seluruh tubuhnya.


"Di rumah sakit pack Alp-"


Mario pergi begitu saja tidak memperdulikan Louis yang bahkan belum menyelesaikan ucapannya. Satu yang Mario tangkap. Rumah sakit. Astaga, apa lagi yang terjadi dengan wanitanya itu. Ia benar-benar akan mati ketakutan jika terus seperti ini.


Brakkkkk


Mario membuka kasar pintu ruang rawat khusus dan tubuhnya seketika bergetar menahan segala luapan emosi yang ada di tubuhnya. Senang, takut, marah, semua melebur menjadi satu di hatinya.


Disana, wanitanya, Alyssa, sedang duduk bersandar di ranjang dengan Manda yang tengah menyuapinya. Netra bulat berwarna coklat itu menatapnya, tersenyum begitu melihat kehadirannya.


"Hai" sapa Alyssa tersenyum dengan begitu manis sehingga sulit di tanggung oleh Mario yang masih diliputi rasa takutnya.


Mario berlari, tersandung sandung karena terlalu terburu-buru lalu meraih Alyssa kedalam pelukannya. Erat, sangat erat Mario memeluk Alyssa hingga Alyssa meringis merasakan sesak didadanya.


"Kau...." ucap Mario parau, diselingi isakan yang tidak dapat Mario Sembunyikan.


"Berhenti membuatku takut" Alyssa mengusap punggung Mario. Menenangkan pria yang tengah menangis di pelukannya.


"Aku bangun dan kau tidak ada"


Masih terisak, Mario kembali membuka suara. Persetan jika semua orang menganggapnya cengeng. Tidak ada yang tahu seberapa terguncangnya hati Mario beberapa akhir ini sehingga membuatnya mudah menangis.


"Aku disini" ucap Alyssa lalu mengurai pelukan Mario di tubuhnya.


"Bagitu aku sadar, kaki ku sulit untuk di gerakkan, dan tepat saat itu mommy masuk dan memanggil Ray. Dan Ray menyarankan untuk terapi makanya aku disini sekarang" jelas Alyssa. Mengusap puncak kepala Mario yang berkeringat.


"Kau tak membangunkanku" ucap Mario kesal tak di libatkan di sesi terapi yang baru saja Alyssa selesaikan.


"Tidurmu terlalu nyenyak, aku tak tega membangunkanmu"


Mario menghela nafas, kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alyssa. Mencari kenyamanan yang selama ini ia rindukan.


"Jangan ulangi lagi. Kau membuatku takut setengah mati, Hon"


-siskahaling-


>>>My Mate<<< 
30 Agustus 2018
@siskahaling

Saturday, July 16, 2016

Coretan Biasa @siskahaling



Mario Stevano Aditya Haling. Nama yang udah gak asing lagi bagi orang-orang yang ada di sekeliling gue karena gue selalu sebut Rio sebagai pacem gue di depan mereka semua, cowok yang selalu gue ceritain ketika gue lagi nunggu dosen, cowok yang selalu gue ceritain saat gue lagi kumpul sama kakak kos dan cowok yang bisa bikin temen-temen gue geleng-geleng karena lihat kelakuan gue yang absurd banget kalau Rio udah balas mention gue. Lo semua bisa tanya sama satu kelas gue siapa yang gak kenal sama kegilaan seorang Siska Friestiani kalau udah ngomongin Rio. Yang setiap hari rela bawa laptop Cuma karena mau lihat album 2M yang bahkan temen-temen sekelas gue sendiri udah bosen sama lagunya.

Tentu aja semua gak seindah seperti yang saat ini lo semua bayangin, mengkhayalkan gue heboh di kelas bareng temen-temen. Ada yang welcome dengerin kehebohan gue, ada yang ngejudge tentu aja, ada yang geleng-geleng gemes lihat tingkah gue, bahkan ada yang frontal yang kadang bikin gue mau nangis. Dan untungnya gue udah dapat wewejang dari Rio kalau orang kayak gitu gak usah diladenin.

“Rio on Fa!”

“Iya? Apa katanya yang?”

“Baru mention belum di balas. Hahaha”

“Kasih tau Ulfa ya yang nanti kalau di balas”

Namanya Ulfa, temen sekelas dari awal gue mengenal dunia kampus, sahabat seperjuangan yang selalu welcome kalau gue ajak ngomongin Rio. Apa aja gue ceritain sama dia termaksud Doi gue yang gak peka. Hahaha.

“Sis, aku gak pernah kayaknya lihat Rio di TV”

“Lah, memang apa hubungannya sama Rio yang masuk TV?”

“Masa ngefans sama orang yang gak pernah masuk TV”

Gue diem, bukan bingung mau jawab apa, tapi gue bingung sama orang yang masih suka ngefans sama idola yang sering masuk TV. Idola bukan yang tiap hari masuk TV kan? Idola bukan yang harus dikenal banyak orang kan? Apa pemikiran orang-orang zaman sekarang sedangkal itu? Lagi pula gue bukan orang yang tergila-gila sama idola karena sering masuk TV, karena menurut gue idola itu penginspirasi, pemotivasi, bisa jadi moodboster di setiap waktu bukan yang sering masuk TV. Gue gak munafik kalau gue juga pengen banget Rio kembali lagi ke dunia pertelevisian, tapi rezeki bukankah sudah di atur tuhan? Kita hanya bisa berusaha untuk meraih rezeki tersebut, kalau belum saatnya kita harus bersabar.

Dan pada saat itu gue Cuma bisa senyum sambil jawab “Dia orang yang terlalu baik untuk di kenal sama orang kayak kamu, karena dia istimewa. Cukup diam dan perbaiki pemikiran mu yang dangkal itu”

Haahhh, terlalu banyak cerita kalau yang bakal bosen kalian nanti bacanya kalau gue ketik disini. Karena yang pasti intinya banyak suka duka yang gue dapat tentang Rio dari teman-teman aku gue.

Ngomong-ngomong soal Rio, banyak job MnG ya sekarang? Baru aja semalam dia MnG di Bandung, ehhh, habis itu kuningan dan Surabaya juga nyusul

Gue kadang suka lucu dan bangga juga sih saat satu kota udah buat MnG Rio pasti kota lain berlomba-lomba juga untuk ngadain juga. Hahaha, susah memang sih nolak pesona seorang Mario, belum pernah ketemu aja bikin kangen apa lagi kalau udah ketemu sekali kangen gak tertolong lagi. Wkwk.

Kadang kala ada rasa gue buat pengen banget ketemu Rio tapi ya apa daya kan jarak jauh. Pernah berniat mau buat MnG juga untuk Pekanbaru tapi terhalang sama peserta karena anak-anak Rise Pekanbaru udah pada keluar kota buat sekolah. Jujur, gue suka senyum-senyum sendiri kalau lagi lihat foto-foto Rio sama anak-anaknya lagi MnG, seolah gue gak lihat idola sama fansnya., tapi gue ngerasa ngelihat cowok populer yang digilai sama temen-temennya.

Rio ya? Orangnya asyik, tengil udah pasti dan memang udah jadi predikat, selalu bully anak-anak kalau udah nongol di TL dan anak-anak selalu suka kalau di bully. Coba kasih tau gue idola mana yang suka bully dan bullyannya di kangenin sama sang korban? Baru Rio kayaknya.

Mario, mungkin kita memang gak pernah ketemu untuk saat ini dan aku juga selalu berusaha kok Yo untuk bisa ketemu kamu, pengen juga sih di peluk kamu kayak anak-anak lainnya.

Mario, terima kasih untuk waktu 6th nya yang selalu terasa istimewa di setiap tahunnya. Tahun dimana kamu follback aku, tahun dimana kamu balas mention aku, tahun dimana aku dapat pin kamu, tahun dimana aku cari dan dapat id line kamu. Semuanya masih jelas kok yo aku ingat. 6th yang banyak pembelajaran, 6th mengenal apa arti seorang idola, 6th mengajarkan apa itu mengidolakan yang sesungguhnya, 6th yang mengajarkan kalau keluarga itu gak hanya dari darah yang sama, 6th yang selalu aku syukuri setiap kejadian mengenalmu Mario.

Mario, aku mungkin hanya salah satu dari para idolamu yang merasa beruntung mengenalmu, aku hanya seorang fans yang ber-username @siskahaling yang selalu ganggu notif mu setiap hari, dan aku adalah hanya salah satu dari ribuan anak-anakmu yang selalu menjadi korban bullyanmu dan aku menyukainya. Hahahah..

Teruslah jadi sosok yang membanggakan Rio, teruslah jadi sosok yang aku kagumi dan teruslah jadi sosok yang membawa kebahagiaan untuk orang-orang yang mencintaimu.

Dari fans mu yang suka lemot dan error :D

@siskahaling

Wednesday, June 29, 2016

My Mate (MM) Part 17 ~RiFy~

Gak mau banyak omong, karena takut di bawain rudal. Langsung Otw ke cerita aja.
Yukk mariiii....

@siskahaling

Suasana di BlackMoon saat ini benar-benar kacau. Setelah aksi penculikan Alyssa dan kembali dengan di antar oleh Mike dalam keadaan yang mengkhawatirkan tak berselang lama, Mario, Alpha mereka pun datang dalam keadaan yang tak kalah mengkhawatirkan. Ray, yang memang dokter khusus pack pun bergegas datang saat mengetahui kondisi Alpha dan Luna benar-benar mengkhawatirkan.

Mereka semua begitu marah mengetahui Alvin dalang di balik ini semua dan oh, jangan lupakan Sivia yang kini sudah berada di dalam penjara bawah tanah karena pengkhiatan yang wanita itu lakukan. sebenarnya mereka semua ingin langsung membunuh Sivia jika saja waktu itu Louis tidak menahan karena bagaimana pun sang Alpha yang berhak memberikan hukuman kepada Sivia.

"Bagaimana Ray?" Manda, wanita paruh baya itu terlihat begitu khawatir begitu Ray selesai memeriksa Mario yang kini terbaring tak sadarkan diri di ranjang kamar khusus perawatan yang tersedia di pack.

Ray menghela nafas sejenak, menghilangkan rasa tegang yang begitu ia rasakan tadi. Yang saat ini ia periksa adalah Mario. Alpha dari BlackMoon beserta Luna yang sudah pasti ia harus melakukannya sebaik mungkin tanpa kesalahan.

"Alpha untuk saat ini kondisinya sudah mulai stabil nyonya. Karena bagaimana pun Alpha memiliki kekuatan untuk tubuhnya melakukan penyembuhan sendiri sehingga mungkin untuk beberapa hari kedepan Alpha sudah bisa kembali beraktifitas seperti biasa" ucap Ray menjelaskan. Baik Manda dan Zeth menghela nafasnya lega.

Manda dan Zeth pada saat itu juga sangat terkejut mendapat kabar dari Louis yang memberitahu jika Mario dan Alyssa terluka parah dan dalangnya adalah Alvin. Anak bungsu mereka. Manda begitu menyayangkan sikap anak bungsunya itu. Bagaimana pun juga ia ibunya Alvin dan sudah pasti begitu terpukul mendapatkan kabar jika putranya itu kini telah tiada.

"Tetapi tuan" Ray kini mengalihkan tatapannya kepada Zeth. "Kondisi Luna saat ini kritis. Walaupun Luna sudah menjadi Luna yang seutuhnya dan memiliki kekuatan yang sama dengan Alpha untuk tubuhnya melakukan penyembuhan, tapi kondisi Luna yang saat ini tengah mengandung membuat kekuatan itu tidak bisa berfungsi tuan"

Zeth seakan tidak terkejut mendengar penjelasan Ray. Jelas saja ia mengetahui hal itu, dan itu yang saat ini ia takutkan, jika Alyssa tidak bisa bertahan sudah pasti akan membuat Mario terpukul. Kehilangan Luna bagi seorang Alpha adalah sama saja mati. Segala pengendalian diri dan kekuatannya tidak akan bisa di kendalikan dengan baik oleh sang Alpha

"Apa yang bisa kita lakukan saat ini Ray?" tanya Manda angkat bicara saat Zeth tidak juga membuka suaranya.

"Menunggu Alpha sadar nyonya, karena hanya Alpha lah yang Luna butuhkan saat ini" Manda mengangguk mengerti.

"Kalau begitu kita akan menunggu Mario sadar"

"Tidak semudah itu sayang" Zeth menimpali ucapan Manda.

"Kondisi Alyssa saat ini kritis dan kita tidak tahu Alyssa dapat bertahan atau tidak sampai menunggu Mario sadar" detik itu juga, tubuh Manda jatuh meluruh dan dengan sigap Zeth menangkap tubuh istrinya.

"Apa yang harus kita lakukan" lirih Manda tak bertenaga. Tubuhnya saat ini benar-benar terasa lemah. Ia terlalu takut membayangkan hal buruk yang akan terjadi. Sudah cukup ia kehilangan Alvin, ia tidak mau jika harus kehilangan anak, menantu dan cucunya. Sudah cukup ia menunggu momen dimana ia akan melihat Mario bahagia. Namun jika anaknya tersebut harus kehilangan matenya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan anak sulungnya itu.

"Tenang sayang, kuatkan dirimu, kau juga akan menyakiti ku jika kau seperti ini" Zeth membisikkan kata penyemangat untuk istrinya. Kondisi seperti ini yang paling Zeth takutkan, Manda akan kembali drop jika beban berat memenuhi fikirannya.

"Mario....."

"Semuanya akan baik-baik saja, aku janji" bisik Zeth menenangkan manda, mengecup lembut kening yang kini sudah mulai menimbulkan kerutan samar.

@siskahaling

Seperti yang Ray katakan, sehari setelah Mario tidak sadarkan diri kini pria itu telah membuka kedua matanya. dan hal yang pertama kali Mario lakukan adalah menghampiri Alyssa yang masih terbaring tak sadarkan diri di samping ranjang rawatnya.

Mario begitu terpukul melihat kondisi Matenya saat ini, terbaring lemah di ranjang rawat dengan mata yang terpejam rapat, meninggalkan Mario dalam keheningan yang mencekam.

Sebenarnya Mario ingin sekali kembali memberikan kekuatannya kepada Alyssa seperti yang pernah ia lakukan saat ia sedang melawan Alvin, namun percuma saja jika ia melakukan itu sekarang karena sekarang kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukannya, dan jika ia nekat melakukannya, tidak mustahil ia akan kehilangan nyawanya. Mario sebenarnya sudah tak mau perduli dengan resiko yang akan ia terima, ia akan tetap ingin melakukannya. Namun saat ia mendengar perkataan Zeth yang sontak menghentikan aksi keras kepalanya itu.

"Kalau kau melakukannya memang akan membangunkan Alyssa, Mario. Tapi kau harus tau kau bisa saja kehilangan nyawa mu" jelas Zeth saat itu.

"Aku tidak perduli ayah, aku hanya ingin Alyssa bangun. Persetan dengan keselamatan ku" Mario bergemetuk marah, menatap tajam Zeth yang masih saja mencoba menghalangi niatnya. Tidak tau kah bahwa ia begitu sangat tersiksa melihat Mate-nya seperti ini.

"Kau boleh tidak memperdulikan keselamatan mu, Mario, tapi kau harus pedulikan Alyssa, apa yang seorang Luna rasakan jika ia kehilangan Alpha-nya. Kau tahu bukan jika Luna juga tidak akan bisa hidup tanpa seorang Alpha? Kalian sudah terikat" dengan tenang, Zeth menjelaskan kepada anaknya. Ia tahu sangat tahu bagaimana perasaan anaknya saat ini, ia dulu juga pernah merasakannya ketika Manda nyaris merenggang nyawa saat istrinya itu sedang melahirkan Mario.

Mario terdiam, meresapi kata-kata yang Zeth ucapkan. Ayahnya benar, Alyssa juga tidak akan bisa hidup jika ia mati dan begitu pun sebaliknya. Mario berteriak sembari menjambak rambutnya frustasi.

"Lalu apa yang harus aku lakukan ayah" suara itu penuh keputusasaan, terdengar begitu frustasi.
Zeth diam, ia juga sebenarnya bingung apa yang harus ia lakukan. Posisinya saat ini begitu sulit.

"Temani Alyssa, sampai kondisi mu membaik, baru setelah itu kau baru bisa melakukannya." Ucap Zeth akhirnya. Setidaknya Alyssa masih mampu bertahan jika Alyssa bisa merasakan keberadaan Mario disekitarnya.

"Bukankah sewaktu-waktu Alyssa bisa saja pergi? Ray memberitahu ku bahwa kondisi Alyssa kritis dan kapan pun Alyssa bisa saja-" Mario menelan ludahnya susah payah. Suaranya tercekat tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya.

"Alyssa akan bertahan Mario jika kau selalu bersamanya. Energi positif dari seorang Alpha akan bisa Luna-nya rasakan saat dalam kondisi apa pun"

"Dengar, Mario. Jangan lakukan sesuatu tanpa memikirkan akibat kedepannya"
Mario mengingat semuanya, mengingat semua ucapan yang Zeth katakan tadi kepadanya. Apa ia harus menunggu tubuh ini untuk kembali sehat. Kenapa rasanya lama sekali kekuatannya untuk menyembuhkan kondisinya kembali. Dalam kondisinya yang seperti ini juga Stev tidak bersamanya, serigala itu akan tertidur didalam fikirannya.

"Sayang..." ucap Mario dengan suara bergetar, tenggorokannya tercekat seakan menahan setiap kata yang akan Mario ucapkan.

Mario merasa kedua matanya terasa panas, sepertinya ia akan kembali menangis, terlalu sulit jika ia harus berada di posisi seperti ini.

"Hey, kau tidak ingin membuka mata cantikmu ini sayang" tangan Mario terulur mengusap lembut puncak kepala Alyssa. Sementara kedua mata Alyssa terpejam. Terlihat begitu damai.

Mario kembali mengingat masa-masa ketika ia telah menemukan matenya. Mengingat untuk pertama kalinya ia melihat sosok gadis mungil dengan gaun biru polos sedang duduk di kursi taman. Gadis-nya yang begitu cantik, begitu polos dan memiliki wangi vanilla yang Mario sukai

"Kau harus bangun sayang, kau harus bangun untuk ku." Mario menatap Alyssa sepenuhnya. Matanya saat ini terasa panas, dengan pandangan yang memburam karena terhalang air mata yang kapan saja siap jatuh hanya dengan sebuah kedipan mata.

"Ku mohon bangun Alyssa, sadarlah! Aku sangat membutuhkanmu di hidupku" Mario menggenggam tangan Alyssa begitu erat, sesekali mengecup punggung tangan Alyssa dengan lembut.

"Apa yang harus aku lakukan untuk membuat mu bangun honey" lirih Mario penuh keputusasaan. Kepala Mario menunduk, menumpukan dahinya di genggeman tangan mereka.

Air mata Mario menetes. Yah Mario menangis, menangis untuk seorang Alyssa, luna-nya. Tak menghiraukn air matanya jatuh membasahi tangan Alyssa yang ada di genggamannya. Hingga akhirnya jemari Alyssa bergerak pelan, sangat pelan hingga Mario sendiri tak dapat merasakan gerakan pelan itu di genggamannya.

@siskahaling

Louis menghampiri Jessi yang saat ini masih bersandar lemah di ranjangnya. Wanita itu juga kondisinya tidak dapat dikatakan baik saat Jessi harus terpental dan terhempas ke dinding dengan begitu kuat saat hendak menyelamatkan Alyssa.

Jessi begitu terkejut saat melihat Loius yang datang menghampirinya. Ia takut saat ia harus disalahkan dalam peristiwa penculikan Luna karena tidak berhasil menyelamatkan Luna.

"Kau sudah bangun?" Tanya Louis basa-basi untuk memulai percakapan.

Sedangkan Jessi, wanita itu hanya mengangguk mengiyakan jawaban Louis.

"Apa aku mengganggu waktu istirahat mu?" Tanya Louis saat melihat Jessi yang tak nyaman.

"Ahh, ti- tidak Beta. Ha- hanya saja aku sedikit terkejut saat Beta menemui saya" jawab Jessi terbata. Membuat Louis mau tak mau menggulum senyum.

Louis cukup tau bagaimana keseharian Jessi. Ia sempat menanyakannya kepada para maid yang ada di pack.

"Tak perlu gugup, aku hanya ingin mengecek kondisi mu, karena bagaimana pun kau terluka karena ingin menyelamatkan Luna"

Jessi mengangguk kaku "Tidak apa-apa Beta, melindungi Luna adalah kewajiban untuk semua penghuni BlackMoon"

Louis mengangguk menyetujui jawaban Jessi yanga memang benar adanya.

"Maaf Beta, bukan bermaksud lancang, tapi bagaimana nona Sivia saat ini?" Tanya Jessi memberanikan diri.

Louis menghela nafasnya berat "Sivia masih di penjara bawah tanah, kita belum bisa melakukan tindakan karena Alpha belum memerintahkan hukuman untuk Sivia. Saat ini Alpha masih terlalu fokus kepada Luna yang masih belum sadar"

Jessi menghela nafas saat mendengar penjelasan Louis. Seharusnya ia datang lebih cepat, seharusnya ia bisa membawa Luna jauh-jauh dari Sivia. Namun apalah daya, ia hanya seorang Maid yang tidak memiliki hak lebih selain mencuci baju Alpha dan Luna, seandainya saja ia dari awal memiliki keberanian untuk mengatakan Sivia adalah penghianat pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Tapi itu saja juga tidak mudah, memikirkan apakah ada yang percaya dengan perkataannya atau tidak membuat Ia kembali ragu untuk mengatakannya.

Sampai akhirnya ia secara diam-diam mengikuti Sivia dan mengetahui apa rencana jahat Sivia dan Alvin membuat Ia saat itu segera menuju BlackMoon untuk menyelamatkan Alyssa.

"Se- sebenarnya, saya sudah dari awal mengetahui jika nona Sivia adalah pengkhianat Beta" jelas Jessi memberanikan diri. Susah payah Jessi menelan ludahnya yang terasa seperti batu saat setelah ia mengatakannya kepada Louis.

Raut wajah Louis menegang mendengar pengakuan Jessi barusan.

"Darimana kau mengetahuinya?" Tanya Louis sedikit menuntut, meminta Jessi untuk menjelaskan semua.

"Saat itu, saya tidak sengaja melihat nona Sivia keluar mengendap-ngendap dari BlackMoon, dan waktu itu saya mengikutinya" Jessi menghentikan ucapannya sejenak, mengambil nafas mencoba mengumpulkan keberniannya untuk menceritakannya kepada Louis.

"Lalu saat itu, saya melihat nona Sivia menemui tuan Alvin" jeda sejenak.

"Pada saat itu saya berfikir jika nona Sivia hanya tidak sengaja bertemu dengan tuan Alvin, namun akhirnya saya mengetahui jika nona Sivia adalah pengkhianat karena saya memergokinya beberapa kali menemui tuan Alvin diluar pack"

Louis diam. Tidak menyela penjelasan yang disampaikan oleh Jessi, jadi selama ini apa yang iya fikirkan juga benar mengenai Sivia yang akhir-akhir ini sering bertingkah sedikit aneh dari pada biasanya. Lagi pula pantas saja Alvin mengetahui segala berita tentang Luna yang bahkan yang sudah di rahasiakan. Ternyata memang Sivia sebagai mata-mata di BlackMoon.

"Sampai akhirnya, saya kembali mengikuti nona Sivia dan kembali menemukan fakta bahwa mereka akan mengacaukan suasana BlackMoon dengan menculik Luna. Saat itu saya sempat berfikir untuk segera membawa Luna pergi dari BlackMoon tapi saya belum memiliki keberanian, dan ketika saya berniat untuk membawa Luna, nona Sivia menghalanginya, dan membawa Luna pergi" Jessi menundukkan kepalanya.

"Maafkan saya Beta, jika saya memberitahu sejak awal bahwa nona Sivia adalah penghianatnya pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Saya terlalu takut untuk mengatakannya karena saya hanya seorang maid yang perkataannya tidak selalu dipercaya. Saya takut, saya begitu lancang jika saya mengatakannya." Jessi menyudahi penjelasannya. Namun Louis masih tetap diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun membuat Jessi semakin takut.

"Tidak apa-apa Jess" akhirnya Louis membuka suara diselingi dengan senyum menenangkan.

"Terima kasih sudah menceritakannya kepadaku. Ini semua bukan salah mu, Sivia dan Alvin lah pelakunya." Louis masih tersenyum menatap Jessi yang menatapnya tak percaya.

Jadi, aku tidak disalahkan atas kejadian ini?? Batin Jessi berteriak.

"Baiklah, aku akan menyuruh Emily mengantarkan makan siang untukmu"

Jessi menggeleng keras "Ti- tidak perlu Beta, aku bisa mengambilnya sendiri" kini giliran Louis yang menggeleng.

"Tidak apa-apa, sebentar lagi makanan mu datang dan Ray akan kembali mengecek kondisi mu" ucap Louis lalu meninggalkan Jessi yang saat ini merasa tak enak. Ini semua sungguh berlebihan menurutnya. Ia tidak disalahkan atas semua kejadian yang terjadi di BlackMoon saja sudah m membuatnya lega.

@siskahaling

Hayoooo!!! Pendek ya? Wwkw. Tapi ini udah 2015 kata loh beneran gak bohong. Buat yang tebakannya semalam benee kalau Sivia adalah pengkhianatnya, di part terakhir akan aku dedikasikan ke orangnya ya. Buat yang komentar pertama dan menjawab benar tentu saja.
Okey, besok atau lusa mungkin LoCC akan aku post 😄

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523

Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.