Mario, pria itu
sedikitpun tidak beranjak dari posisinya yang kini tengah duduk di
sebelah ranjang Alyssa. Sudah tiga hari setelah sadarnya Mario, Alyssa
belum juga membuka matanya dan itu cukup membuat Mario nyaris seperti
orang gila. Mario tidak melakukan apapun selain menggenggam erat tangan
Alyssa dengan mengucapkan maaf berkali-kali.
Segala urusan yang ada di pack
pun tidak Mario hiraukan. Bahkan Zeth sendiri yang harus turun tangan
untuk mengurusnya. Tentu saja tidak terlalu sulit bagi Zeth karena Mario
belum banyak melakukan perubahan kepemimpinan dan peraturan di pack. Masih sama dengan peraturan seperti kepemimpinannya dulu saat menjadi Alpha.
"Sayang....." lirih
Mario putus asa. Tangannya menggenggam erat jemari Alyssa dan menumpukan
dahinya di sana. Sudah Tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia
sendiri bahkan belum bisa menggunakan kekuatannya untuk memulihkan
Alyssa karena Mario juga merasa tubuhnya semakin hari semakin tak
bertenaga. Bagaimana mungkin ia bisa tenang jika kondisi mate-nya masih
terbaring dengan mata tertutup seperti ini. Karena seorang Alpha begitu
tergantung dengan Luna-nya. Begitu pun sebaliknya.
"Permisi Alpha" ucap Louis menunduk sopan meski Mario sama sekali tidak menggubrisnya.
"Maaf Alpha, tuan Zeth sudah menunggu anda di penjara bawah tanah. Hukuman untuk nona Sivia harus segera dilaksanakan"
Genggaman tangan Mario
mengerat di tangan Alyssa begitu mendengar nama Sivia. Nama yang membuat
emosinya memuncak akhir-akhir ini. Sialan! Wanita brengsek itu kenapa
tidak langsung mereka hukum mati saja.
"Jalang itu masih
hidup?" ucap Mario tak bisa menyembunyikan geraman marah dinadanya.
Tangannya semakin menggenggam jemari Alyssa. Ia membutuhkan kontrol
tubuhnya saat ini. Dan satu-satunya yang bisa melakukannya adalah
Alyssa.
"Maaf Alpha, kami semua menunggu perintah dari Alpha untuk hukuman nona Sivia"
Mario mengangguk paham, memang untuk segala hukuman yang akan dijalankan di pack adalah atas perintah seorang Alpha.
"Kalau begitu siksa
wanita itu sampai iya melonglong meminta ampun. Jangan sampai wanita itu
mati sebelum Alyssa sadar. Aku ingin Alyssa melihat kematian wanita
itu" ucap Mario dan Louis hanya mengangguk mengerti sebelum akhirnya ia
menunduk dan beranjak dari sana.
"Wanita itu..." Mario menelan salivanya berusaha menahan air matanya yang siap menetes kapan saja ia berkedip.
"Kau harus melihat
kematiannya sayang, kau harus bangun dan melihat bagaimana wanita itu
akhirnya mati secara perlahan karena sudah membuatmu seperti ini"
Mario menunduk dan air mata itu akhirnya menetes dari kedua netra hazel yang sudah tidak mampu lagi menahan laju air matanya.
"Bangun, Hon. Aku bisa mati jika kau terus seperti ini"
Semua orang akan tahu
betapa menyedihkannya seorang Mario saat ini. Terisak hebat sembari
menggenggam tangan wanita yang masih saja terpejam seakan tak menyadari
betapa menderitanya Mario karena keadaannya.
Mario menggigit bibir
dalamnya, tangannya yang menggenggam jemari Alyssa bahkan bergetar
menahan tangis. Ini sangat menyakitkan. Bahkan Stev pun tak dapat ia
rasakan lagi keberadaannya karena lemahnya tubuhnya saat ini sehingga ia
tidak bisa berbagi tempat dengan Stev.
Hingga akhirnya, gerakan
ringan dari jari Alyssa menyentak Mario. Membuat jantung Mario
bergemuruh hebat dengan tangan yang semakin bergetar.
"Ray!! Cepat kemari brengsek!"
-siskahaling-
Mario
tak henti-hentinya mencium jemari Alyssa yang ada di genggamannya
sambil melontarkan kata terimakasih yang tak ada habisnya.
Tadi
begitu ia memanggil Ray dan Ray memeriksa keadaan Alyssa. Wanita itu
sempat membuka matanya walaupun beberapa detik setelahnya mata itu
terpejam lagi.
Tidak
apa-apa. Tidak apa-apa walaupun Mario hanya melihat sekilas mata bulat
yang ia rindukan itu terbuka. Begitu ia mendengar penjelasan dari Ray
jika Alyssa sudah melewati masa kritisnya dan Alyssa kembali tertidur
karena kondisinya masih lemah, membuat dada Mario membuncah bahagia.
Alyssa
sudah di pindahkan ke kamar mereka. Tidak ada lagi alat bantu
pernapasan dan alat alat penunjang kehidupan lainnya yang menempel di
tubuh Alyssa. Hanya infus yang masih menempel di pergelangan tangan kiri
Alyssa yang berisi cairan nutrisi Karena bagaimana pun Alyssa sedang
mengandung dan bayi mereka butuh asupan nutrisi setiap harinya.
Mario
memperbaiki selimut Alyssa agar tubuh Luna-nya itu tetap hangat lalu
memeriksa jarum infus Alyssa memastikan infus itu masih terpasang dengan
benar di pergelangan tangan wanitanya. Setelah semuanya ia pastikan
aman, Mario ikut berbaring di ranjang kosong sebelah Alyssa, jujur saja
tubuhnya masih terasa lemas dan ia butuh istirahat. Namun beberapa hari
ini ia bahkan tidak tidur barang satu jam pun. Hanya terfokus dengan
keadaan Alyssa. Kini begitu kondisi Alyssa membaik, Mario ingin sekali
mengistirahatkan tubuhnya di sebelah tubuh Alyssa.
"Terimakasih, Hon. Terimakasih sudah bertahan untukku"
-siskahaling-
Jantung Mario berdetak
hebat begitu mengetahui Alyssa sudah tidak ada di sebelahnya. Ya Tuhan,
menyesal rasanya ia memejamkan matanya jika bangun disambut dengan
kekosongan di ranjang sebelahnya.
Mario menyibakkan
selimutnya dan langsung memeriksa kamar mandi namun kosong Alyssa tak
ada disana. Segera saja Mario melangkah tergesa menuruni tangga
melingkar menuju lantai bawah.
"Louis!" teriak Mario begitu ia sampai bawah. Jantungnya bahkan kembali bergemuruh karena ketakutan.
"Iya, Alpha?"
"Dimana, Alyssa?" sergah Mario cepat tidak sabaran. Di hiraukannya keringat dingin yang memenuhi seluruh tubuhnya.
"Di rumah sakit pack Alp-"
Mario
pergi begitu saja tidak memperdulikan Louis yang bahkan belum
menyelesaikan ucapannya. Satu yang Mario tangkap. Rumah sakit. Astaga,
apa lagi yang terjadi dengan wanitanya itu. Ia benar-benar akan mati
ketakutan jika terus seperti ini.
Brakkkkk
Mario
membuka kasar pintu ruang rawat khusus dan tubuhnya seketika bergetar
menahan segala luapan emosi yang ada di tubuhnya. Senang, takut, marah,
semua melebur menjadi satu di hatinya.
Disana,
wanitanya, Alyssa, sedang duduk bersandar di ranjang dengan Manda yang
tengah menyuapinya. Netra bulat berwarna coklat itu menatapnya,
tersenyum begitu melihat kehadirannya.
"Hai" sapa Alyssa tersenyum dengan begitu manis sehingga sulit di tanggung oleh Mario yang masih diliputi rasa takutnya.
Mario
berlari, tersandung sandung karena terlalu terburu-buru lalu meraih
Alyssa kedalam pelukannya. Erat, sangat erat Mario memeluk Alyssa hingga
Alyssa meringis merasakan sesak didadanya.
"Kau...." ucap Mario parau, diselingi isakan yang tidak dapat Mario Sembunyikan.
"Berhenti membuatku takut" Alyssa mengusap punggung Mario. Menenangkan pria yang tengah menangis di pelukannya.
"Aku bangun dan kau tidak ada"
Masih
terisak, Mario kembali membuka suara. Persetan jika semua orang
menganggapnya cengeng. Tidak ada yang tahu seberapa terguncangnya hati
Mario beberapa akhir ini sehingga membuatnya mudah menangis.
"Aku disini" ucap Alyssa lalu mengurai pelukan Mario di tubuhnya.
"Bagitu aku sadar, kaki ku sulit untuk di gerakkan, dan tepat saat itu mommy
masuk dan memanggil Ray. Dan Ray menyarankan untuk terapi makanya aku
disini sekarang" jelas Alyssa. Mengusap puncak kepala Mario yang
berkeringat.
"Kau tak membangunkanku" ucap Mario kesal tak di libatkan di sesi terapi yang baru saja Alyssa selesaikan.
"Tidurmu terlalu nyenyak, aku tak tega membangunkanmu"
Mario menghela nafas, kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alyssa. Mencari kenyamanan yang selama ini ia rindukan.
"Jangan ulangi lagi. Kau membuatku takut setengah mati, Hon"
-siskahaling-
>>>My Mate<<<
30 Agustus 2018
@siskahaling
@siskahaling
Akhirnya di next juga, gue udah karatan nunggu nie cerita buat up. Dan akhirnya Ify sadar ��
ReplyDeletekak next partnya dong...
ReplyDeleteaku tungguya😀😀😀
#fighting😊
bagus ceritanya kakak😍
ReplyDeletejangan lupa mampir di blog aku yaaa
http://qhoryhubbairah29.blogspot.com
bagus ceritanya kakak😍
ReplyDeletejangan lupa mampir di blog aku yaaa
http://qhoryhubbairah29.blogspot.com