Friday, May 15, 2015

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's) Part 10 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's)
Siska Friestiani @siskahaling
ini Lost Winers part 10 nya. maaf banget kalau mengecewakan. maaf banget. makasih juga yang udah mau baca dan setia nunggu cerita-cerita aneh gue smile emotikon

********

Sesuai rencana yang telah Rio, Gabriel dan Deva rencanakan. Hari ini mereka bertiga tengah menyiapkan rencana buat merayakan ulang tahun Ify. Gabriel dan Deva mereka berdua menyiapkan semua dan segala sesuatu di rumah sekaligus mendekorasi rumah. Sedangkan Rio dirinya mendapat bagian untuk membawa Ify jalan-jalan seharian, agar Ify tidak curiga. Sebenarnya Gabriel sedikit ada rasa tak suka di hatinya, tapi mau bagaimana lagi? Selain dirinya, Rio dan Deva ingin membuat kejutan ke Ify. Gabriel sendiri juga ingin menyiapkan sesuatu yang telah dirinya siapkan untuk Ify nanti.

“gimana kak? Udah semua?” tanya Deva saat dirinya duduk di sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Kerena sudah terasa pegal.

“udah Dev, tinggal kue tar nya aja. Loe yakin kan kuenya bakal tepat waktu sampainya?” ragu Gabriel karena kue tarnya belum datang juga.

“ya elah kak, baru jam berapa ini, santai aja kali” kekeh Deva melihat raut muka Gabriel jika sedang seperti ini. Lucu, menurutnya. Lalu Deva mengambil segelas sirup yang ada dihadapannya. Gabriel yang melihat Deva asyik meminum minumannya pun ikut mengambil segelas sirup dingin juga.

“kira-kira Ify suka gak ya?” gumam Gabriel dan di balas kekehan ringan oleh Deva

“kalau kak Ify gak suka ya gampang kak, berarti kejutan kita gagal” jawab Deva seenak jidatnya. Gabriel sendiri sudah menatap tajam Deva. Pasalnya bukan hanya ulang tahun Ify saja saat ini. Karena nanti malam Gabriel juga ingin menembak Ify dan kalau Ify tidak suka dengan kejutan saat ini kemungkinan 999,9% Ify akan menolaknya.

“jawaban loe menghibur gue banget Dev” sinis Gabriel. Lagi-lagi Deva hanya terkekeh. Karena Deva sendiri juga belum tau kalau nanti malam Gabriel akan menembak Ify. Yang ia tau hanya membuat acara suprise buat kakak semata wayangnya itu.

“sanksi amat loe kak, takut kalau kak Ify gak suka” heran Deva sambil memasukkan sepotong kue ke mulutnya. Gabriel langsung menghela nafas panjangnya dan menyandarkan kembali tubuhnya di sandaran sofa saat mendengar pertanyaan Deva.

“ya iyalah, nanti malam gue rencananya juga mau nembak Ify. Kalau Ify gak suka udah pasti 99,9% gue di tolak” Deva bungkam seketika saat mendengar jawaban Gabriel barusan. Entah kenapa hatinya menjadi tidak tenang sendiri. Heyyy, yang akan di tembak nanti Ify, kakaknya sendiri, kenapa Deva yang merasa tak enak? Entah lah

“Dev” Gabriel melambai-lambaikan tangannya saat Deva tiba-tiba saja diam. Namun sepertinya Deva masih belum sadar dari lamunannya.

“Devaaaaaaaa” Deva langsung saja menutup telinganya rapat-rapat saat suara cempreng nan melengking itu tertangkap indra pendengarannya dan cukup membuat telinganya berdenging.

“loe fikir gue budeg kak?” tak lupa Deva memberi tatapan tajamnya ke sang pelaku dengan tangan yang masih mengelus-elus telinganya yang masih berdenging.

“E-M-A-N-G” jawab Gabriel penuh penekanan. Deva hanya bisa mendesis sinis melihat wajah tak berdosa gabriel saat ini.

“Dev, loe ngerestui gue sama Ify kan?” tanya Gabriel mengalihkan topik pembicaraan

“gue pikir-pikir dulu kak. Ada untungnya gak loe jadi kakak ipar gue, ada gunanya gak buat gue kalau loe jadi kakak ipar gue, ada yang bisa gue banggakan gak kalau loe jadi kakak ipar gue. Ada—“

“awwww” Gabriel yang sudah speechles duluan mendengar jawaban Deva langsung tanpa ragu melempar sendal yang ia pakai. Karena Gabriel melempar dengan penuh kekesalan dan rasa speechlesnya, sendal itu pun mendarat tepat di kepala Deva, membuat sang korban mengaduh dan detik itu juga langsung mengusap kepalanya yang sesungguhnya tidak berdosa itu.

“ yang sebelah kiri masih ada loh Dev, mau sekalian?” tawar Gabriel dengan wajah polosnya. Sedangkan Deva hanya bisa memanyunkan bibirnya. Bagaimana mungkin dirinya akan mendapat kakak ipar seperti ini.

********

Sedari tadi Rio dan Ify hanya diam, larut dalam fikiran masing-masing. Ify duduk dengan melipat kedua kakinya dan pandangannya menatap lurus ke depan. Menikmati gulungan ombak yang sore ini terlihat tenang, jujur melihat ombak itu melihat hatinya sedikit tenang hari ini. Tak lain halnya dengan Rio. Dirinya juga duduk dengan posisi yang sama dengan Ify. Pandangannya juga lurus ke depan. Namun Rio diam-diam sedikit melirikkan ekor matanya ke Ify.

Aishhhh, ini seperti bukan Ify dan Rio. Biasanya mereka berdua akan melakukan perdebatan kecil yang nantinya akan menjadi besar walau pun yang di debatkan tidak penting dan bahkan sama sekali tidak tidak penting. Rio menghembuskan nafas beratnya. Entah udah keberapa kalinya Rio menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali. Lalu pandangannya beralih ke gadis yang ada di sampingnya. Ingin rasanya Rio memarahi angin sore saat angin itu membuat beberapa rambut Ify berantakan dan sedikit menghalanginya untuk melihat wajah manis Ify.

“apa Cuma ini tujuan loe bawa gue kesini?” Ify akhirnya membuka suara saat suasana semakin canggung dan menyesakkan. Rio yang mendengar pertanyaan Ify tergagap harus jawab apa. Tidak mungkin dirinya menjawab jujur kalau dirinya membawa Ify kesini untuk mengalihkan perhatian Ify dari Gabriel dan Deva yang tengah menyiapkan acara untuk dirinya.

“Loe kenapa Fy?” tanya Rio akhirnya tanpa menjawab pertanyaan Ify tadi. Ify membalikkan kepalanya ke sampinng kiri lalu menatap Rio dengan tatapan bingung.

“gue gak papa, gue baik-baik aja” jawab Ify akhirnya saat mengetahui maksud dari pertanyaan Rio. Namun Ify menjawab bukan seperti yang Rio harapkan membuat Rio kembali menghela nafasnya.

“maksud gue, loe kenapa akhir-akhir ini berubah sama gue. Apa gue ada salah?” tanya Rio lagi dengan pertanyaan yang lebih bisa di mengerti oleh Ify. Walau pun Ify sendiri sudah mengetahui maksud dari pertanyaan Rio tadi.

“bukannya itu yang loe mau?” bukannya menjawab, Ify malah balik bertanya

“loe yang minta gue buat deket sama Gabriel kan? loe yang minta itu semua, kenapa sekarang malah loe yang bingung” tambah Ify, nadanya di buat sedingin dan sedatar mungkin.

DEGHHH

Jantung Rio langsung berdetak cepat. Ada rasa cemas, takut, bersalah, semuanya menjadi satu saat mendengar pernyataan Ify. Bagaimana Ify bisa mengetahui itu semua? Rio menundukkan kepalanya, rasa bersalah langsung mencuat di hatinya. Pernyataan Ify barusan benar-benar menunjukkan bahwa semua ini dirinya yang salah. Ya, memang dirinya lah yang salah.

“Maaf” lirih Rio. Entah kenapa malah kata maaf yang terucap di bibirnya saat ini. Mungkin kata maaf yang bisa mewakili rasa bersalahnya saat ini

“loe minta maaf buat apa? Loe gak salah sama gue” kini Ify kembali menatap Rio yang sedang menundukkan kepalanya. Sedangkan Rio ingin sekali rasanya berteriak di depan Ify dan berkata bahwa dirinya sangat dan sangat mencintai Ify. Namun itu semua entah kenapa terasa sangat sulit. Seakan bibirnya tidak sejalan dengan hati dan fikirannya saat ini.

“gue-“

“loe gak salah kok Yo” potong Ify, padahal Rio sendiri belum menyelesaikan ucapannya.

“Ify gu-“

“kalau pun loe salah, gue-“

“Gue Cinta Sama Loe Ify” Rio yang sudah benar-benar kesal pun akhirnya memotong kembali ucapan Ify. Karena dari tadi Ify selalu memotong ucapannya. Sedangkan Ify diam membeku di tempat saat mendengar pernyataan Rio barusan. Hey, seharusnya Ify tidak perlu seshock ini saat mendengar pernyataan Rio barusan. Bukankah dirinya sudah mendengarnya kemarin saat Rio ngobrol dengan Deva? Tapi ini beda, kali ini Rio sendiri yang mengucapkan langsung kepadanya. Ingin Ify jingkrak-jingkrak saking senangnya saat ini, namun mengingat obrolan Rio dan Deva semalam, membuat Ify tersenyum miris. Rio semakin merasa bersalah saat melihat senyum itu.

“Loe cinta gue?” tanya Ify dengan nada yang entah kenapa membuat Rio takut sendiri mendengarnya. Membuat Rio hanya menjawab dengan anggukan kepalanya

“terus kenapa loe malah nyuruh gue secara gak langsung buat dekat sama Gabriel?” setiap kata yang Ify ucapkan membuat Rio semakin takut dan menundukkan kepalanya semakin dalam

“Jawab gue Mario! Kenapa loe secara gak langsung nyuruh gue buat dekat sama Gabriel kalau loe emang cinta sama gue!” bentak Ify dengan nada tinggi karena pertanyaannya tak kunjung di jawab oleh Rio.

“maa-“ gue gak butuh kat amaaf loe Rio. Gue Cuma butuh jawaban loe” Ify sudah benar-benar emosi sekarang. Bagaimanan mungkin cowok di hadapannya ini benar-benar bodoh menurutnya.

“gue gak butuh kata maaf loe. Gue Cuma minta jawaban loe Mario!” ucap Ify penuh penekanan.

“gue- gue gak mau buat Gabriel sakit hati Fy” jawab Rio akhirnya walaupun dengan suara pelan namun masih bisa terdengar di indra pendengaran Ify

“loe fikir gue gak sakit hati? Loe fikir gue barang yang bisa loe oper kemana aja yang loe mau? Loe pikir gue gak bakalan sakit nanti akhirnya, loe fik-“ Rio langsung saja merengkuh tubuh Ify ke dalam pelukannya. Dirinya sudah tega melihat gadis yang ia cintai seperti ini sekarang. Bagaimana pun dirinya harus melindungi dan menjaga gadis ini. Walau nyawa pun taruhannya. Ify sendiri sudah menangis saat Rio menariknya kedalam pelukan Rio. Ada rasa nyaman ynag membuat Ify tidak ingin melepaskan pelukan ini nantinya. Lalu Ify memejamkan matanya berusaha merekam wangi parfum Rio di indra penciumannya.

“loe bener-bener mau ngelepas gue Yo?” tanya Ify dalam dekapan Rio. Rio sudah memejamkan matanya kuat-kuat saat mendengar pertanyaan Ify barusan. Dirinya mau bahkan sangat mau, tapi dirinya tidak mungkin membuat Gabriel sedih dan kecewa nantinya.

“Maaf Fy”

“loe jahat Yo, loe Egois, gue benci sama loe. loe gak bisa pertahanin apa yang seharusnya jadi milik loe, gue kecewa sama loe Yo, sumpah gue kecewa” Ify terus memukul dada Rio setiap kata ynag ia ucapkan. Menumpahkan rasa kesal, marah dan kecewanya kepada sosok yang sedang merengkuh tubuhnya saat ini. Rio mengeratkan dekapannya. Sungguh dirinya tidak ada niat membuat gadis yang ia cintai seperti ini. Melihat gadis ini menangis di hadapannya saja sudah membuat dadanya sesak. Namun dirinya juga tidak bisa mempertahankan gadis yang ia cintai ini, bagaimana pun saudara kembarnya juga mencintai orang yang sama dengan dirinya. Andai saja dirinya bisa memilih, dirinya akan memilih untuk tidak mencintai gadis yang sama dengan saudara kembarnya itu.

perlahan Rio merasa Ify melepaskan pelukannya, lalu tangannya bergerak menghapus air mata di pipinya. Rio hanya bisa melihat saja apa yang dilakukan Ify saat ini

“makasih Yo, makasih sebelumnya atas semua yang udah loe kasih sama gue. Gue juga sadar mungkin gue terlalu egois dan memang gue gak pantas buat loe pertahanin. Dan sebenarnya gue juga cinta bahkan snagat cinta sama loe. gue akan berusaha ngelakuin semua permintaan loe kok Yo. loe mau gue sama Gabriel kan? gue akan lakuin itu Yo” Ify berusaha memasang senyumnya saat mengucapkan ucapan yang bertolak belakang dengan hatinya itu. Dirinya mulai merelakan apapun keputusan Rio nantinya. Sedangkan Rio dirinya bagai di lempar dari gedung tertinggi rasanya saat mendengar semua ucapan Ify. Membuat dirinya semakin merasa tidak berguna karena telah membuat orang yang ia cintai menderita karenanya. Perlahan Ify mendekatkan wajahnya dengan wajah Rio. Dan perlahan mengarah ke bibir Rio dan mencium lembut disana tepat di bibir Rio.

“Mario. I Love You” bisik Ify setelah melepas ciuman singkatnya di bibir Rio. Lalu beranjak dari sana. Rio sendiri sudah tidak bisa berkata apa-apa. Apalagi ditambah Ify yang tiba-tiba menciumnya dan mengucapkan kata cinta dengan nada tulus dan penuh kekecewaan membuat dada Rio yang dari tadi sudah sesak semakin sesak.

“Maaf Fy. Maaf” lirih Rio menatap sendu punggung Ify yang semakin menjauh.

*********

gimana makin aneh kan?

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's) Part 9 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's)
Siska Friestiani @sskahaling
 
yeyeye, 1 part lagi utang gue lunas *plakkkkkk.
hehehhe, happy readng aja ya guyssss

*******

Deva tersentak kaget saat dirinya bangun namun tidak menemukan sosok kakaknya Ify di sampingnya. Deva langsung berlari mencari Ify di kamar mandi namun nihil Ify tidak ada di sana. Deva sepertinya tau dimana kakaknya sekarang. Dengan penuh harap Deva melangkah menuju dapur dan langsung dapat terlihat di sana sosok yang ia cari bahkan sudah siap dengan seragam lengkapnya. Deva menghela nafas leganya.

“kak Ify udah bangun?” Ify membalikkan tubuhnya saat suara adiknya itu terdengar di telinganya. Ify hanya membalas dengan senyumnya saja, lalu kembali ke aksi memasaknya.

“Deva bantuin ya kak?” izin Deva yang sudah berdiri di samping Ify. Dapat Deva lihat disana wajah kakaknya masih pucat. Tatapan mata sendu, seperti banyak menyimpan masalah disana.

“kakak kenapa?” pertanyaan Deva barusan membuat Ify berhenti melakukan aktifitasnya yang sedang mengaduk susu di gelas. Lalu pandangannya beralih ke Deva yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

“kakak gak papa kok Dev, Cuma kepala kakak rada pusing aja” jawab Ify dan di akhiri dengan senyum manisnya. Tapi Ify tak sepenuhnya bohong kepada Deva. Kepalanya memang dari tadi masih berdenyut. Namun bukan itu penyebab utamanya. Pernyataan Rio semalam yang masih terngiang di fikirannya.

“gue cinta sama Ify dan rasa sayang gue pun lebih besar dari pada rasa sayang gue ke diri gue sendiri walaupun gue baru beberapa hari mengenal Ify. Tapi gue juga gak bisa Dev melihat saudara gue bahkan saudara kembar gue sakit hati dan itu Cuma gara-gara gue. Gue gak mau jadi orang egois yang Cuma mementingkan perasaan gue sendiri tanpa mementingkan perasaan orang-orang disekeliling gue. Kalau loe jadi gue. Loe gak akan bisa bicara seperti sekarang yang loe ucapin Dev”

Bagai kaset rusak yang terus berulang perkataan Rio itu di pikirannya. Membuat kepalanya yang sudah pusing semakin pusing.

“ya udah kakak istirahat aja, biar Deva yang lanjutin pekerjaan kakak” tawar Deva. Namun sudah bisa di tebak pasti sebuah gelengan atau lebih tepatnya penolakan yang akan Deva dapat.

“gak usah Dev, kakak masih bisa kok”

“gak papa kak, lagian Cuma siapin sarapan doangkan? Deva juga bisa kak. Kakak istirahat aja ya” mohon Deva agar tetap menyuruh kakaknya istirahat. Ify menghembuskan nafas beratnya. Gak ada salahnya Ify menerima tawaran Deva, setidaknya dirinya bisa sedikit istirahat untuk menghilangkan sedikit rasa pusingnya. Deva tersenyum senang saat Ify menganggukan kepalanya tanda setuju

*********

“Fy, loe yakin Fy? loe masih belum sehatan, dan loe masih nekat sekolah?” Gabriel hampir frustasi menghadapi Ify yang dari tadi masih nekat ke sekolah. Padahal lihat wajahnya masih pucat. Bagaimana mungkin Gabriel percaya kalau Ify bilang dirinya tidak apa-apa.

“gue nggak papa Gabriel Stevant, loe tenang aja deh.”

“Alyssa Saufika Umari, gimana gue bisa percaya sama loe. muka loe udah kayak mayat hidup gitu” Ify melengos. Melihat Gabriel yang menurutnya sangat-sangat cerewet sekali. Memang Ify akui kepalanya masih terasa sakit. tapi Ify paling malas jika di suruh tidak sekolah. Pasti itu akan sangat membosankan.

“lagian entar di sekolah ada loe kan Yel, jadi kalau ada apa-apa sama gue kan ada loe. loe gak mungkin kan biarin gue kenapa-kenapa” Ify menaik turun kan alisnya. Mencoba mencairkan suasana. Gabriel geleng-geleng sendiri melihat tingkah gadis pujaannya ini. Tangannya mengarah ke puncak kepala Ify dan mengacak-acak lembut.

“ck. Bandel juga loe ya” Ify hanya cengengesan mendengar perkataan Gabriel barusan.

*********

Ify dan Gabriel melangkahkan kekinya menuju kelas. Ternyata Gabriel benar-benar tidak sedikit pun meniggalkan Ify. Alasannya kerena dirinya tidak mau terjadi apa-apa dengan Ify. Sedangkan Ify sendiri sedikit kesal dengan sikap Gabriel yang menurutnya sangat berlebihan. Namun belum sampai kelas, Ify sudah mengehntikan langkahnya membuat Gabriel pun ikut menghentikan langkahnya juga.

“kenapa Fy?” tanya Gabriel

“gue ke toilet dulu ya bentar, loe duluan aja deh Yel. Gue Cuma sebentar kok”

“gue teme-“

“Gabriel, gue Cuma sebentar kali, lagian ogah gue masak ke toilet di temenin” tolak Ify langsung. Padahal kata-kata Gabriel belumlah selesai Gabriel ucap kan. Namun Ify sepertinya sudah tau terlebih dahulu.

“hehehe. Ok gue duluan habis itu loe langsung ke kelas” suruh Gabriel serius. Ify hanya melengos lalu menganggukkan kepalanya

Setelah Gabriel pergi, Ify pun melangkahkan kakinya menuju ke toilet. Ify ingin memcuci muka dan memperbaiki sedikit dandanannya agar wajahnya terlihat lebih fress. Namun belum sempat sampai ke toilet, Ify nerasa tubuhnya di dorong kasar oleh seseorang.

“awww” lirih Ify saat rasa nyeri terasa di punggungnya saat penggungnya terbentur keras dinding. Ify dapat melihat di sana Shilla dan Dea melangkah dengan angkuh ke arahnya.

“Eh, loe. gue gak mau berbasa-basi kali ini. Gue Cuma mau ngingetin sama, loe berhenti buat ganggu Gabriel atau pun Rio. Loe sadar gak sih kalau loe sama mereka itu kayak langit sama bumi.” Ify mendengus kesal mendengar ocehan Shilla barusan. Lagi pula siapa yang mendekati Gabriel dan Rio. Dirinya bukanlah golongan orang-orang centil yang dengan tidak tau malunya mendekati cowok apa lagi jika sudah di tolak ratusan kali bahkan ribuan kali. Ify hanya diam, dirinya saat ini sedang tidak mau berdebat atau pun membuang energinya sia-sia hanya untuk meladeni orang-orang yang ada di hadapannya ini. Apa lagi kepalanya masih sakit dan di tambah rasa nyeri di punggungnya saat ini.

“loe punya mulut gak sih? Jawab?” marah Dea karena Ify dari tadi hanya diam, membuat rasa kesalnya semakin bertambah. Dan tanpa rasa kasihan Dea menjambak kasar rambut Ify membuat rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. Ify hanya bisa meringis kesakitan merasakan sakit di kepalanya menjadi dua kali lipat. Namun Ify tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Ify tidak ingin beasiswanya di cabut mengingat siapa orang tua Shilla.

Perlahan Ify merasakan jambakan di rambutnya mulai melonggar dan..... tunggu, ini wangi parfum Rio? Apa ada Rio di sini? Ify perlahan membuka kedua matanya dan benar saja dirinya dapat melihat punggung tegap Rio di hadapannya.

“gue ingetin sama loe berdua, sekali lagi loe gangguin Ify, loe berhadapan sama gue” sinis Rio menatap tajam Shilla dan Dea. Keduanya hanya menatap Ify yang ada di belakang Rio dengan tatapan tak suka.

“apa sih Yo yang loe lihat dari anak beasiswa itu? Loe itu gak selevel tau gak sama dia” Shilla yang sudah emosi meluapkan semua emosinya. Apa lagi Rio selalu membela Ify. Ify sendiri sudah menunduk, semua yang Shilla katakan benar. Tapi jika dirinya boleh memilih Ify akan memilih tidak bertemu dan mengenal Rio atau pun Gabriel.

“loe tau, Ify lebih berpendidikan walau pun anak beasiswa dari pada loe” Balas Rio tak kalah tajam. Membuat Shilla semakin dan semakin ingin membunuh Ify saat ini.

“terserah”

“dan loe..” tunjuk Shilla ke Ify.

“urusan kita belum selesai” tambah Shilla dan langsung pergi dari sana. Ify pasrah, masalah baru akan datang kepadanya. Dan masalah itu adalah Shilla.

“Fy. Loe gak papa?” suara Rio membuat Ify kembali tersadar dari lamunannya. Ify menatap Rio yang menatapnya khawatir.

“gak papa. Makasih, tapi akan lebih baik tadi kalau loe gak nolongin gue” jawab Ify dingin. Rio mengerenyit bingung mendengar nada dingin Ify.

“loe kenapa?” tanya Rio yang merasa aneh dengan sikap Ify kepadanya. Lebih jutek dan dingin.

“gue gak papa”

“gue ada salah sama loe?” Rio kembali bertanya membuat Ify semakin kesal.

“gue Cuma mau ngelakuin permintaan loe kok” lirih Ify dan menatap Rio dengan senyum penuh kemirisan. Lalu beranjak pergi dari sana dan memilih langsung pergi menuju kelas. Dan entah kenapa air mata Ify perlahan-lahan turun begitu saja. Rio? Rio hanya diam mematung tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Jawaban Ify serta senyum Ify tadi membuat tubuhnya diam membeku. Ada apa sebenarnya dengan Ify? Apa maksudnya dengan ingin melakukan permintannya? Apa dirinya pernah meminta seperti itu ke Ify? Dan senyum itu, senyum yang membuat hati Rio sedikit nyeri. Senyum yang seakan menyimpan penuh luka di sana. Ada apa sebenarnya dengan kamu Ify. Batin Rio. Dan akhirnya Rio memilih menyusul Ify ke kelas. Karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

********

Rio duduk termenung di taman sekolah. Entah apa yang tengah Rio fikirkan sekarang. Rio mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu ia keluarkan secara perlahan, seakan dari tadi dirinya sulit untuk mendapatkan oksigen.

“gue Cuma mau ngelakuin permintaan loe kok” pernyataan Ify tadi terus berputar di fikirannya. Seperti kaset rusak yang terus-terusan berulang. Permintaan apa sebenarnya? Apa dirinya pernah meminta sesuatu ke Ify?

Sebuah tepukan tangan di bahunya membuat Rio tersadar dari lamunan panjangnya. Dengan perlahan Rio mengalihkan pandangannya ke belakang dan di lihatnya Gabriel sedang tersenyum ke arahnya. Membuat Rio refleks membalas senyum itu. Setelah itu Gabriel mengambil posisi duduk di sebelah Rio. Hingga terjadi keheningan di antara keduanya untuk beberapa menit.

“Loe ada masalah?” tanya Gabriel membuka suara. Karena memang Gabriel tadi sengaja mencari Rio. Karena menurutnya saudara kembarnya itu sedikit berbeda dari biasanya. Bagaimana pun Gabriel tau bahkan sangat tau bagaimana Rio sebenarnya. Apa lagi jika sedang banyak masalah.

Rio hanya membalas dengan gelengan pelan di kepalanya. Dan tatapannya [un masih menatap lurus ke depan tanpa sedikit pun menatap lawan bicaranya. Gabriel menghela nafasnya. Ini yang membuat Gabriel sedikit frustasi dengan saudara kembarnya ini. Karena memang Rio orang yang penutup. Sakali pun itu dengan saudara kembarnya sendiri.

“loe bisa cerita ke gue Yo” pinta Gabriel. Rio menatap ka arah Gabriel dan memasang senyumnya. Seolah meyakinkan Gabriel bahwa dirinya memang tidak apa-apa. Tapi malah membuat Gabriel semakin yakin ada sesuatu yang Rio sembunyikan dari dirinya.

“gue kembaran loe Yo. Gue tau bahkan sangat tau saat saudara kembar gue ada masalah. Gue tau saat loe lagi sedih. Gue tau semua tentang loe Yo. Dan gue harap loe cerita biar gue bisa bantu loe” Rio tersenyum miris mendengar pernyataan Gabriel barusan. Apa Gabriel akan tetap membantunya? Masalahnya sekarang tidak semudah yang Gabriel fikirkan. Dan lagi pula dirinya tidak ingin membuat senyum Gabriel hilang begitu saja. Cukup lah dirinya yang seperti ini. Lagi pula dirinya juga sudah sering mengalah bukan? Jadi tidak apa-apa jika sekarang dirinya harus mengalah lagi.

“Gabriel Stevent kakakknya Mario Stevano yang paling kece sejagat raya. Gue gak papa. Dan memang gak ada yang harus gue ceritain” jawab Rio dengan tingkah tengilnya. Berharap Gabrie percaya, dan berhenti menanyakan dirinya kenapa. Membuat Gabriel berdecak sinis melihat tingkah bodoh Rio saat ini.

“cisss, loe tanya sama seluruh penghuni SMA Jingga pasti mereka bilang cakepan gue dari pada loe” Gabriel mencoba menanggapi candaan Rio. Karena Gabriel tau Rio tidak ingin cerita kepadanya.

“iya yang loe tanya matanya pada buta. Hahahah” jawab Rio. Gabriel hanya menatap kesal saudara kembarnya itu.

“kapan loe terbuka sama gue Yo” batin Gabriel

**********
BERSAMBUNG......

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's) Part 8 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's)
Siska Friestiani @siskahaling

Ini Lost Winer's part 8 nya. semoga tidak mengecewakan squint emotikon
makin amburadul udah pasti. gaje? apalagi itu squint emotikon
langsung aja deh cekidot!!!!

**************

Malam ini sama seperti malam biasanya. Duduk di meja makan dan menyantap makan malam yang sudah Ify buat. Namun ada yang sedikit berbeda. Sedikit ada suasana canggung tercipta disana. Gabriel? Dirinya masih biasa-biasa saja dengan santai masih asyik menyantap makan malamnya dan kadang kala ia selingi dengan menggombal ke Ify. Deva? Bocah itu sedikit berbeda. Dari tadi matanya tidak terlepas dari Rio. Seakan dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh dengan orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu. Ify? Ify hanya bisa tersenyum saat mendengar gombalan-gombal
an dari Gabriel. Namun tidak bisa ia pungkiri ada yang sedikit berbeda dengan Rio. Bisa di bilang sedikit menghindar mungkin. Rio? Rio dari tadi hanya diam. Wajah muramnya tergambar di raut wajahnya. Mungkin ini yang menyebabkan suasana sedikit canggung karena tidak ada celotehan Rio yang terdengar dari tadi. Bahkan dirinya tidak menyadari bahwa Ify dan Deva dari tadi memperhatikannya. Walau hanya Deva yang bisa di bilang memperhatikan Rio karena Ify hanya bisa sedikit mencuri pandang. Karena dirinya tidak enak untuk tidak menanggapi Gabriel yang dari tadi bercelotah ria dengan dirinya.

“Fy, loe tau semua bunga pada cemburu dan gak suka sama loe” ucap Gabriel dengan menompangkan dagunya dengan tangannya dan menatap Ify dengan tatapan serius.

“kenapa?” Ify sedikit mengkerut kening mendengar ucapan Gabriel barusan yang menurutnya tidak masuk akal.

“karena mereka iri sama kecantikan kamu Fy yang bisa ngalahin kecantika mereka” jujur Ify tidak bisa menyembunyikan senyum dan rona merah di pipinya. Bagaimana pun Ify adalah perempuan yang akan salah tingkah dan malu saat di puji oleh seorang pria. Gabriel hanya tersenyum senang saat berhasil membuat Ify salting karena dirinya. Sedangkan Rio? Dadanya dari tadi sudah sesak melihat Ify dan Gabriel. Apalagi Ify salah tingkah saat Gabriel menggodanya. Membuat Rio semakin yakin bahwa Gabriel lah yang cocok untuk Ify. Gadis yang sudah berhasil merebut hatinya itu.

Deva tau apa yang Rio rasakan sekarang. Diam-diam Deva mengyenggol kaki Rio dengan kakinya karena memang kebetulan Deva duduk di sebelah Rio. Rio yang merasakan sesuatu di kakinya saat itu tersadar dan mengalihkan tatapannya ke Deva. Deva langsung menatap Rio dengan tatapan seolah-olah berkata ‘ikut gue kak’. Rio yang mengerti dengan tatapan Deva pun hanya mengangguk pasrah.

“kak, gue sama kak Rio duluan ya. Biasa gue bisnis sama si pesek” Deva sebisa mungkin membuat Gabriel dan Ify tidak curiga, dengan berlagak dengan gaya tengilnya. Gabriel hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Ify menatap Deva dengan penuh selidik. Bagaimanapun dirinya sudah mengenal tingkah luar dalam adiknya itu. Tiga belas tahun hidup bersama adiknya membuat Ify tau ada sesuatu antara Deva dan Rio saat ini.

“wow, loe dapat gelar baru Yo. Pesek? Menurut gue gak buruk-buruk amat” canda Gabriel yang hanya di balas senyum kemirisan oleh Rio. Karena dirinya sekarang benar-benar. Entahlah, hanya Rio yang tau hati dan fikirannya saat ini bagaimana.

“loe kenapa Yo” batin Ify melihat Rio dan Deva yang sudah menghilang di balik dinding.

*********

“cerita kak” ucap Deva yang kini sedang asyik mendribel bola basket yang dulu diberikan Rio kepadanya. Rio mangangkat alisnya bingung dengan ucapan Deva barusan. Tanpa ada angin tanpa hujan Deva menyuruhnya cerita? Apa yang harus ia ceritakan

“apanya?” tanya Rio. Deva mendecak sinis melihat tingkah bodoh Rio yang menurut Deva sangat-sangat gak lucu.

“loe gak usah berlagak bego kak di depan gue. Loe cerita sekarang” kesal Deva. Dirinya sedang tidak mau untuk melihat akting bodoh Rio saat ini. Karena masalahnya saat ini juga pasti menyangkut kakaknya. Ify. Rio menghela nafasnya saat dirinya baru mengerti apa yang Deva maksud. Tapi masalahnya apa dirinya perlu menceritakan ini ke Deva?

“gue gak papa Dev. Dan gak ada yang perlu gue ceritain” bohong Rio. Deva menghentikan mendribel bolanya.

“kita basket sekarang kak. Kalau gue menang loe harus cerita ke gue masalah loe kak. Dan kalau loe yang menang, gue gak akan maksa dan nyuruh loe lagi cerita. Gimana?” tantang Deva. Sebenarnya Rio malas untuk basket malam-malam begini. Apalagi suasana hatinya sedang tidak mendukung. Namun dirinya juga tidak mungkin menolak tawaran Deva.

“ok” serah Rio pasrah. Deva langsung melempar benda bundar itu ke arah Rio dan dengan sigap Rio menangkapnya.

Bola saat ini berada di tangan Deva. Pemainan saat ini benar-benar tidak seimbang. Deva yang benar-benar ingin Rio menceritakn masalahnya saat ini pun dengan semangat ingin emnangkan pertandingan ini. Rio? Permainannya saat ini benar-benar kacau. Tidak seperti biasanya. Lagi pula suasana hati dan fikirannya saat ini pun juga sedang kacau. Sama dengan permainannya saat ini. Score saat ini Deva yang memimpin. 19 : 10. Sungguh ini seperti bukan Rio yang bermain saat ini. Terakhir Deva menshoot bola ke ring dan......

Happpp bola masuk ke dalam ring dengan sempurna. Membuat Deva menambah point dan otomatis Deva yang memenangkan pertandingan ini. Rio langsung melangkahkan kakinya di tepi lapangan basket yang ada di samping rumahnya. Duduk di bawah dengan meluruskan kakinya dan menyeka keringat yang sudah membanjiri tubuhnya malam-malam begini. Deva pun sama duduk di samping Rio dengan posisi duduk yang sama dengan Rio. Deva masih diam menunggu Rio untuk membuka suaranya terlebih dahulu. Karena Deva tau Rio bukan orang yang suka mengingkari janjinya. Tanpa diminta Rio pasti menceritakannya sesuai perjanjian mereka berdua tadi.

“salah Dev, kalau gue cinta sama seseorang?” Rio mulai membuka percakapan setelah beberapa menit yang lalu diam namun tatapnnya tetap lurus ke depan

“gak ada yang salah kak. Semua orang punya hak di cintai dan mencintai” jawab Deva. Namun sama dirinya juga menatap ke depan saat menjawab pertanyaan Rio

“kalau gue gak salah, kenapa tuhan gak kasih gue kesempatan buat gue ungkapin itu ke orang yang gue cintai?” kembali Rio bertanya

“tuhan selalu kasih pilihan buat umatnya kak. Dan setelah itu tinggal kita yang harus memilih pilihan itu” kali ini Deva menjawab dengan manatap Rio yang masih menatap kosong ke depan

“gue harus apa Dev?” frustasi Rio saat tidak menemukan semua solusi untuk masalahnya saat ini. Deva menatap iba Rio.

“ikuti kata hati loe kak.” Jawab Deva yang Deva sendiri pun bingung ingin menjawab apa karena Rio belum sepenuhnya menceritakan namun sudah bertanya apa yang harus ia lakukan.

“loe cinta kak Ify?” Deva bertanya dengan tatapan yang serius. Karena ini sudah menyangkut kakaknya

“apa pertanyaan loe perlu gue jawab?” Rio malah kembali bertanya. Membuat Deva mengangguk mengerti

“terus apa yang loe tunggu lagi kak?”

“gue bukan orang yang gak mentingin perasaan orang lain Dev. Apa lagi dia saudara gue sendiri” Rio menatap sinis Deva

“dan loe fikir kakak gue barang yang bisa loe serahin ke semua orang kak?” balas Deva tak kalah sinisnya. Rio menghela nafas beratnya.

“gue gak mau nyakitin Gabriel Dev” lirih Rio dengan kapala yang menunduk dalam

“dan loe lebih milih nyakitin kak Ify? Loe gak mikir kalau misalnya kak Ify juga cinta sama loe dan loe lebih milih menjauhinya. Loe gak mikir kak?” deva terus memojokkan Rio. Berharap Rio dapat memutuskan keputusan yang tepat.

“gue cinta sama Ify dan rasa sayang gue pun lebih besar dari pada rasa sayang gue ke diri gue sendiri walaupun gue baru beberapa hari mengenal Ify. Tapi gue juga gak bisa Dev melihat saudara gue bahkan saudara kembar gue sakit hati dan itu Cuma gara-gara gue. Gue gak mau jadi orang egois yang Cuma mementingkan perasaan gue sendiri tanpa mementingkan perasaan orang-orang disekeliling gue. Kalau loe jadi gue. Loe gak akan bisa bicara seperti sekarang yang loe ucapin Dev” Rio langsung pergi dan meninggalkan Deva yang diam mematung mendengar Rio yang mengelurkan uneg-unegnya. Kalau boleh jujur dirinya pun mungkin akan melakukan hal yang sama jika dirinya berada di posisi Rio.

“loe orang baik kak. Bahkan sangat baik” lirih Deva menatap punggung Rio yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya.

Entah sudah berapa kali air mata Ify mengalir di pipi chubbynya. Dirinya benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan dirinya dengar. Bagaikan suatu pernyataaan yang langsung membuat dirinya membeku dan lemas merasa tulang-tulangnya menghilang dari tempatnya. Apa yang barusan ia dengar itu benar? Atau hanya dirinya yang salah mendengar? Mungkin otaknya yang memang lagi kurang waras? Ntah lah yang pasti pernyntaan barusan berhasil membuat dirinya dan hatinya luluh lantah.

“ok. Kalau itu mau loe Yo”

********

Ify kembali dengan langkah gontai. Matanya merah dan bengkak. Entah sudah berapa lama gadis manis ini menangis. Langkah Ify menuju meja makan. Bagaimana pun keadaannya, kewajibannya haruslah iya jalankan. Gabriel yang dari tadi masih di meja makan menatap Ify sedikit aneh apa lagi di tambah dengan Ify mata yang bengkak seperti habis mengis.

“Loe kenapa Fy?” tanya Gabriel khawatir melihat orang yang ia cintai terlahat kacau saat ini. Ify hanya menjawab dengan senyum yang ia paksakan yang malah terlihat aneh menurut Gabriel

“gue gak papa kok Yel. Ya udah gue mau cuci piring-piring ini dulu ya” pamit Ify yang sebelumnya kembali memasang sanyumnya. Berusaha meyakinkan Gabriel bahwa dirinya benar-benar tidak apa-apa. Gabriel hanya menjawab dengan anggukan dan menatap punggung Ify yang semakin menghilang dari pandangannya.

“Yo” panggil Gabriel saat melihat sosok saudara kembarnya melangkah menuju dapur. Rio sendiri menghentikan langkahnya yang ingin mengambil minum di dapur karena tenggorokannya terasa kering saat bertanding basket tadi bersama Deva.

“iya Yel” jawab Rio dan membalikkan langkahnya menuju Gabriel yang sedang duduk di meja makan.

“Gue bingung ni Yo. Gimana cara buat nembak Ify lusa. Tepat di ulang tahun Ify” curhat Gabriel membuat Rio membelalakkan matanya. Jadi lusa Ify ulang tahun? Dan dengan bodohnya ia baru tau dan itu dari Gabriel. Membuat Rio semakin merasa bahwa Gabriel memang lebih pantas buat Ify dari pada dirinya.

“gue jaga gak ta-“

“Aaaaaaaa”

“prangggg” tiba-tiba saja lampu mati dan disusul jeritan Ify dan suara benda pecah di dapur. Rio dan Gabriel langsung tertuju satu nama dan itu Ify. Dengan cepat Rio dan Gabriel berlari menuju dapur hanya dengan cahaya HP. Gabriel semakin mempercepat langkahnya saat teringat perkataan Deva dua hari yang lalu..

“kak Ify gak ada yang di benci, tapi kak Ify paling takut sama gelap, bisa di bilang kak Ify phobia gelap.” Kata-kata itu yang terus terngianga di fikiran Gabriel. Dirinya takut terjadi apa-apa dengan Ify. Tak jauh berbeda dengan Rio walaupun Rio belum tau bahwa Ify phobia gelap namun dirinya tau ada yang tidak beres dan terjadi sesuatu dengan Ify saat ini.

Rio langsung mengarahkan cahaya HP-nya untuk mencari sosok Ify dan matanya langsung tertuju pada sosok yang ada di pojok dapur yang duduk melipat kedua lututnya dan membenamkan wajahnya disana. Tak salah lagi itu pasti Ify. Tanpa menunggu lama Rio langsung menghampiri Ify.

“Fy, kamu gak papa?” tanya Rio. Nada yang benar-benar terdengar sangat panik. Ify yang mendengar ada suara seseorang langsung memeluknya erat. Tidak perduli itu siapa yang ia tau sekarang dirinya sangat sangat takut. Gabriel hanya melihat saja Rio dan Ify. Ada yang mengganjal di hatinya. Rasa tidak suka mungkin. Apalagi Ify langsung memeluk erat Rio. Tapi bukan kah itu wajar karena Ify memang phobia gelap. Tapi tetap saja ada rasa tidak suka disana.

“Ge- ge- gelap” ucap Ify terisak. Bahkan baju Rio sudah basah karena air mata Ify. Tapi itu bukan masalah untuk Rio. Rio juga dari tadi mengusap punggung Ify. Memberi rasa nyaman kepada Ify. Rio dan Gabriel langsung menghela nafas legah saat lampu akhirnya kembali menyala.

“Fy. Udah Fy. Lampunya udah hidup. Loe gak usah takut lagi ya” ucap Rio tepat di telinga Ify. Namun Ify diam tidak menunjukkan respon. Tunggu, bahkan Rio baru sadar kalau pelukan Ify ke tubuhnya melonggar. Rio langsung melepas Ify dari pelukannya dan mendapati Ify sudah tak sadarkan diri. Wajahnya pucat, keringat dingin sudah membasahi wajahnya dahkan seluruh tubuhnya terasa dingin

“ya ampun Fy, Fy. Ify, bangun Fy” panik Rio. Tangannya menepuk-nepuk pipi Ify yang saat ini terasa dingin. Ya tuhan, apa yang sebenarnya terjadi dengan Ify. Kenapa Ify bisa sampai kayak gini. Ada apa sebenarnya? Batin Rio terus bertanya-tanya.

“Ify kenapa Yo?” tanya Gabriel tak kalah paniknya. Gabriel sebisa mungkin menahan rasa cemburunya saat ini. Karena yang terpenting sekarang adalah kondisi Ify.

“Ify pingsan Yel”

“ya udah kita bawa ke kamar” suruh Gabriel. Rio hanya mengangguk setuju dan langsung membawa Ify ke kamar, dan di susul Gabriel di belakangnya.

Rio menidurkan Ify di kasur dengan hati-hati. Lalu tangannya bergerak menarik selimut dan menyelimuti tubuh mungil Ify. Gabriel juga tak hanya diam dirinya memperbaiki letak bantal Ify agar posisinya lebih nyaman untuk Ify.

“Kak Ifyyyyyyy” histeris Deva saat mengetahui phobia kakaknya kambuh dan itu membuat Deva sangat-sangat takut. Rio langsung memeluk Deva dan menenangkanbocah SMP itu. Setengil-tengilnya Deva dirinya hanyalah bocah tiga belas tahun yang masih labil. Dan dirinya benar-benar takut terjadi sesuatu dengan kakak semata wayangnya itu. Karena Cuma Ify yang ia punya sekarang. Sedangkan Gabriel dari tadi tak lepas menatap wajah Ify. Tanganya pun tak henti mengusap lembut puncak kepala Ify.

“Kak Ify kak” isak Deva di pelukan tubuh tegap Rio. Rio tau sangat tau apa yang di rasakan Deva. Bocah ini pasti sangat takut terjadi sesuatu dengan kakaknya.

“kak Ify kak. Kak Ify bakalan sakit kalau udah gini. Kak Ify bakalan susah makan, kak Ify. Kak Ify” Deva tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya. Dan malah membuat isakannya semakin jelas terdengar

“kak, loe berdua istirahat aja deh. Biar gue yang jagain kak Ify” ucap Deva yang sudah bisa mengotrol isakan dan dirinya.

“tapi Dev-” tolak Gabriel yang masih khawatir dengan kondisi Ify. Namun Gabriel langsung mengangguk saat melihat gwlwngan kepala dari Rio. Rio ada benarnya juga. Dirinya harus memberi waktu kakak beradik ini karena memang Deva lah yang punya wewenang lebih untuk menjaga Ify karena Deva adalaha adik kandungnya.

“istirahat Dev. Percaya sama gue kak Ify pasti gak papa” nasehat Rio dan hanya dibalas anggukan kepala dari Deva. Setelah itu Gabriel dan Rio memilih keluar menuju kamar masing-masing. Deva sendiri memilih tidur di sebelah kakaknya. Lalu memcium kening kakaknya dengan sayang.

“cepat sembuh kak. Deva sayang kakak”

***********

Love Story Of Twin Brother's (Love Winer's) Part 7 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's)
Siska Friestiani @siskahaling

ini dia part 7 nya.
makin gaje dan makin membingungkan.
sorry kalau mengecewakan.
gue buatnya antara galau dan gelisah tongue emotikon
ok langsung aja

******

Pagi ini masih di sibukkan dengan acara memasaknya di dapur. Walaupun sebenarnya Ify sudah siap dengan seragam SMA Jingganya. Namun kewajibannya untuk menyiapkan sarapan haruslah tetap ia kerjakan. Setelah beberapa menit berkutat di dapur akhirnya Ify berhasil menyelesaikan acara memasaknya.

“eh.. udah bangun loe Yo” ucap Ify saat melihat Rio melangkah menuju meja makan

“loe sekolah? Emang udah sehatan?” tanya Ify saat Rio sedang sibuk memasang dasinya

“udah, lagian gue udah gak papa” jawab Rio tanpa melihat lawan bicaranya

“loe bisa pasang dasi gak sih Yo? Ribet amat kayaknya” heran Ify melihat Rio dari tadi tidak selesai-selesai
memasang dasi.

“kalau bukan karena hari ini upacara ogah gue pakai beginian” sewot Rio kesal

“hahahaha... seorang Mario Stevano gak bisa pakai dasi? OMG, cowok paling cool di SMA Jingga bego pasang dasi? Gue boleh ngakak gak Yo?” ejek Ify dengan tampang tengilnya. Rio sedari tadi sudah menatap tajam Ify

“loe fikir loe dari tadi nggak ngakak?” sinis Rio

“upsss. Hehehe, maaf tuan Mario”

“sini deh, gue bantuin” tambah Ify dan mengambil alih dasi dari tangan Rio. Ify lalu mensejajarkan tubuhnya dengan Rio dan sedikit menjijitkan kakinya saat ingin mengalungkan dasi ke leher Rio karena memang tinggi Ify hanya sebahu Rio. Rio melihat saja Ify yang dengan telaten memasangkan dasinya. Matanya tak lepas melihat raut wajah serius Ify yang malah terlihat semakin cantik jika Ify sedang serius seperti ini.

“ok. Perfect” girang Ify saat melihat hasil kerjanya sendiri. Rio sendiri hanya geleng-geleng melihat tingkah Ify

“ehem” dehem seseorang membuat Ify dan Rio menoleh ke sumber suara

“asyik banget sih, sampai gue di cuekin” sindir orang itu dengan wajah tak enaknya

“sejak kapan loe di situ Dev?” tanya Ify ke orang itu yangternyata Deva

“sejak loe pasangain dasi kak Rio kak” jawab Deva lalu mengambil posisi duduk di meja makan.

“eh, ngomong-ngomong beneran kak Yo, loe gak bisa pasang dasi? Ckckc, gaya? Ok. Penampilan? Ok. Ganteng? Gak usah diragukan lagi. Tapi tingkat pasang dasi aja loe nggak bisa kak? Hahahahaha” ngakak Deva tak jauh berbeda dengan apa yang Ify lakukan tadi ke Rio. Dengan sisa kesabaran Rio mendengar ejekan dari Deva.

“nggak kakak nggak adek sama aja suka ngeledek gue” dumel Rio, Ify yang mendengar dumelan Rio hanya terkekeh

“loe bahkan basket aja jago kak. Kenapa tingkat masang dasi aja loe gak bisa?”

“loe diem, atau piring sama sendok gue melayang ke loe” ancam Rio, seketika Deva menghentikan tawanya

“pagiiiiiii!!!! Wahhh udah pada kumpul semua ni” sapa Gabriel yang langsung mengambil posisi duduk di sebelah Deva dan berhadapan dengan Ify

“pagi kak Iyell” jawab Deva antusias padahal ingin mengalihkan tatapan dari Rio yang menatapnya tajam

“gimana keadaan loe Yo? Udah mendingan?” tanya Gabriel sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya

“udah, gue udah gak papa kok” jawab Rio tersenyum

“ehhh, loe waktu sakit ada dapat wangsit ya?” tanya Gabriel membuat kerutan-kerutan halus di dahi Rio

“wangsit apaan?”

“ya wangsit apaan gitu? Wangsit cara makai dasi misalnya?” tanya Gabriel tanpa dosa yang memang Gabriel tidak tau bahwa dirinya sudah orang ke tiga yang embicarakan dan meledeknya karena dasi.

“oe orang ketiga loh Yel yang bikin gue gedek pagi ini” ucap Rio dengan wajah dan suara yang ia manis-maniskan

“wahhhh, iya kah? Orang pertama sama keduanya siapa? Kok gue jadi yang ketiga?” Gabriel malah semakin tidak berdosa membuat Rio ingin sekali membuang Gabriel ke laut merah. Sekarang juga bila perlu. Ify dan Deva sudah senyum-senyum sendiri tak jelas saat Gabriel menanyakan soal itu.

*******

Mobil sport putih milik Gabriel dan Rio sudah terparkir manis di hakaman parkir SMA Jingga. Sudah bisa di tebak semua murid sudah berteriak histeris seperti hari-hari sebelumnya. Namun kali ini semuanya hanya bisa melotot tak percaya saat melihat sosok Ify keluar juga dari mobil itu, bahkan Ify keluar dengan posisi Rio dii sebelah kanannya dan Gabriel di sebelah kirinya. Sudah seperti putri raja yang di kawal oleh dua pria tampan.

Suara grasak-grusuk langsung terdengar di telinga para siswa-siswi lainnya. Ada yang merasa kagum dengan Ify karena Ify beruntung bisa berangkat dan satu mobil dengan dua Moodboster SMA Jingga. Dan tak sedikit pula yang benci dengan Ify karena tak suka melihat keberuntungan Ify. Ify sendiri hanya menunduk takut melihat berbagai macam tatapan dan ekspresi dari siswa-siswi lainnya.

“kenapa Fy?” tanya Gabriel saat Ify menghentikan langkahnya

“emm.. loe sama Rio duluan aja deh. Entar gue nyusul” jawab Ify takut-takut

“loh, kenapa?” tanya Gabriel heran

“em...gak papa kok. Loe duluan aja sama Rio” bohong Ify

“loe gak usah pikirin murid lainnya” ucap Rio buka suara yang sepertinya Rio tau apa yang ada di fkiran Ify

“ya ampun, jadi loe minta gue sama Rio duluan gara-gara itu?” ucap Gabriel tak percaya

“udah gak papa, mereka Cuma iri sama loe. Ayo” ajak Gabriel dan menarik tangan Ify menuju kelas. Rio sendiri hanya bisa diam saat melihat Gabriel menggandeng tangan Ify. Namun harus Rio akui, ada rasa tak suka dihatinya saat melihat itu. Hingga akhirnya Rio memilih melanjutkan langkahnya menuju kelas.

*********

Bel istirahat berbunyi. Waktu untuk mengistirahatkan dan merilekskan otak sejenak setelah berkutat dengan pelajaran-pelajaran yang sudah pasti membosankan. Banyak murid-urid yang langsung menuju kantin, toilet, perpustakaan, dan bahkan ada yang memilih untuk di kelas saja.

Dua sosok ini dari tadi menjadi pusat perhatian siswa-siswi lainnya. Salah satu diantara keduanya adalah salah satu Most Wanted Boy di SMA Jingga yang sudah bisa di tebak adalah Gabriel. Sedangkan di sebelahnya adalah seorang gadis yang biasa-biasa saja, namun beruntung bisa dekat dengan seorang Gabriel Stevent yang sudah pasti itu Ify.

Ify hanya bisa pasrah saat tangannya di gandeng Gabriel. Ify hanya bisa menunduk saat semua mata menatapnya dengan tatapan tak suka. Tapi mau bagaimana lagi? Ify pun tak bisa menolak ajakan Gabriel yang mengajaknya ke kantin

“loe bisa gak Fy kalau jalan sama gue tu gak nunduk?” tanya Gabriel sedikit kesal karena Ify selalu seperti ini jika sedang jalan bersama dirinya.

“loe mau gue mati ketakutan karena liat tatapan anak-anak yang udah siap mau nerkam gue?” jawab Ify tak kalah kesalnya

“tenang aja gak ada yang berani macem-macem sama loe. percaya sama gue” ucap Gabriel menenangkan Ify

“semoga” pasrah Ify dan kembali mengikuti langkah Gabril yang menggandeng tangannya

*********

Rio sedari tadi duduk di perpustakaan. Fikirannya melayang. Entah apa yang tengah Rio fikirkan saat ini. Namun sedari tadi bayangan Ify selalu muncul di fikrannya. Ada apa ini? Apa dirinya menyukai Ify? Apa secepat itu kah? Tapi jika dirinya tidak menyukai Ify, kenapa saat Gabriel dekat dengan Ify ada rasa tidak suka di hatinya.

‘loe itu cinta Ify Mario. Apa lagi yang loe tunggu? Loe mau Ify diambil orang?’

‘setidaknya loe bisa coba ungkapin perasaan loe ke Ify kan?

‘loe bisa Mario. Loe pasti bisa.’

“ok. Gue bisa” tegas Rio ke dirinya sendiri

*********

Rio sedari tadi mondar-mandir di dalam kamar. Tangannya kadang-kadang mengacak-acak rambutnya sendiri. dirinya Masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan rasanya ke Ify. Namun sedari tadi tak ada satu kata pun yang Rio dapat. Bahkan Rio semakin merasa gugup.

“sumpah kenapa gue jadi bego gini sih? Padahal Cuma nyusun kata yang bagus aja dari tadi gak bisa-bisa?” kesal Rio ke dirinya sendiri

“ok. Loe bisa Rio loe bisa. Mario Stevano, pasti loe bisa” semangat Rio kedirinya sendiri.

“RIOOOOOOOOOOOOOO” teriak Gabriel yang langsung merebahkan tubuhnya di ranjang tempat tidur Rio. Rio sendiri Cuma bisa berkerut kening melihat tingkah saudara kembarnya saat ini

“loe kesambet Yel?” heran Rio

“iya. Gue kesambet cinta” jawab Gabriel yang hanya di balas cibiran oleh Rio. Karena Rio merasa gabriel sedang tak beres saat ini.

“Yo. Gue lagi jatuh cinta”

“DEGHHH” entah kenapa Rio merasa takut sendiri mendengar pernyataan Gabriel barusan

“maksud loe?” tanya Rio meminta penjelasan lebih jelas tentang pernyataan Gabriel barusan. Rio pun kini sudah duduk di sebelah Gabriel

“loe bisa pinteran dikit gak sih” sewot Gabriel sambil menonyor kepala Rio

“cishhh. Merasa udah pinter loe”

“maksud gue itu gue lagi jatuh cinta sama seseorang. Dan gue mau minta bantuan loe buat gue nembak dia” jelas Gabriel

“siapa orangnya?” tanya Rio

“loe juga kenal kok bahkan sangat kenal” Rio tak tau harus bagaimana lagi mengekspresikan wajahnya saat ini.

“siapa?”

“Ify”

“jedarrrrr” bagaikan di hempaskan dari puncak monas rasanya saat Rio mendengar nama yang Gabriel ucapkan barusan. Sebuah nama yang terdiri dari tiga huruf itu saat ini mampu membuat Rio diam seribu bahasa.

Hahahah. Rio ingin tertawa rasanya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin saat dirinya mulai menyadari bahwa dirinya mencintai seseorang dan ternyata saudara kembarnya juga mencintai orang yang sama. Apa yang harus ia lakukan saat ini? Tetap menyampaikan perasaannya ke Ify? Berarti dirinya salah satu orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mementingkan perasaan orang lain bahkan saudara kembarnya sendiri. Tapi jika dirinya tidak mengungkapkan. Berarti dirinya harus siap untuk menanggung resikonya nanti. Sakit hati, sakit hati, dan sakit hati pasti yang akan ia rasakan.

“Yo?” panggil Gabriel sambil melambai-lambaikan tangannya di depan Rio karena sedari tadi Rio hanya diam

“ha?”

“loe kok malah diam sih? Loe dengerin gue nggak gue ngomong apa?” tanya Gabriel merasa aneh dengan sikap Rio saat ini

“yang mana?” tanya Rio yang memang fikiran dan otaknya masih blank

“ya ampun sumpah demi apa tadi loe gak dengerin gue?” tanya Gabriel tak percaya

“hehehe. Gue tadi lagi mikir. Emang tadi loe ngomong apa?” tanya Rio dengan wajah yang ia buat seperti biasa. Seolah-olah tak terjadi apa-apa

“gue tadi minta tolong loe buat bantuin gue susun rencana buat nembak Ify besok lusa”

“Lusa?” tanya Rio tak percaya

“iya. Kenapa?” balik tanya Gabriel

“emmm.. gak papa sih. Heheh” Rio ingin rasanya saat ini dirinya di telan bumi saat ini juga. Apa dirinya harus mengalah juga soal ini kepada Gabriel? Bukan kah Rio sudah biasa mengalah kepada Gabriel? Seharusnya dirinya tidak masalah dong jika saat ini dirinya harus mengalah lagi kepada Gabriel. Tapi kenapa rasanya sakit sekali saat dirinya harus mengalah lagi. Bahkan ini sangat sakit.

“gimana? Loe mau bantuin gue kan Yo. Rio yang kece yang ganteng, yang untuk hati ini aja gantengan loe dari pada gue. Loe mau kan?” pinta Gabriel. Rio hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Dirinya tidak tega jika harus menolak permintaan Gabriel. Apalagi wajah Gabriel benar-benar terlihat bahagia. Dan dirinya tidak mungkin merusak wajah bahagia itu.

“beneran Yo, loe mau. Huwaaaaaaaaaa!!!!!!!!!! Loe memang saudara kembar gue yang paling-paling-paling baik” histeris Gabriel. Rio hanya tersenyum kecut.

“ya udah gue balik ke kamar Yo. Bye” pamit Gabriel dan melangkah keluar dari kamar Rio dengan wajah bahagianya.

“mungkin Gabriel lebih pantes buat loe Fy, sampai tuhan gak izinin gue buat ungkapin perasaan gue ke loe” lirih Rio dengan perasaan yang entahlah. Hanya dirinya yang dapat merasakannya saat ini.

********
maaf sekali lagi kalau mengecewakan

Love Story Of Twin Brother (Lost Winer's) Part 6 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's
Siska Friestiani @siskahaling

yeyeyeyey, 4 part lagi part 10. gue post sampai part 10 
dulu ya :D
*********

Ify kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur yang sempat terusik dengan kehadiran Gabriel tadi. Sedangkan Gabriel lima belas menit yang lalu memilih untuk mandi dan dengan tidak berdosanya meninggalkan Ify di dapur dengan keadaan dapur yang sudah seperti kapal pecah.

“sumpah, kalau bukan karena majikan gue udah gue cincang tu bocah” dumel Ify sambil menghias kuenya yang memang tinggal di plating.

“siapa yang mau loe cincang Fy” Ify diam. Bungkam seribu bahasa. Bagaimana mungkin dirinya terlalu bego saat ini. Perlahan Ify membalikkan tubuhnya dan pelan-pelan menatap orang yang saat ini ada di hadapannya.

“eh.. heheh. Loe Yel, udah siap mandinya?” ucap Ify seperti orang bego, sedangkan Gabriel sendiri sudah ingin tertawa melihat Ify saat ini. Tapi sebisa mungkin Gabriel memasang wajah dinginnya.

“siapa yang mau loe cincang Alyssa Saufika Umari?” tanya Gabriel dengan nada yang sangattttt lembut, membuat Ify merinding sendiri mendengarnya.

“oh.. I... I.. Tu. Kucing te.. tetangga sebelah. Iya kucing tetangga sebelah” jawab Ify bingung sendiri

“Kucing?” ulang Gabriel

“iya” jawab Ify polos

“kucing Fy? Ulang Gabriel sekali lagi

“iya”

“loe samain gue sama kucing?”

“I..”

“I... Itu loe yang ngomong Yel. Bukan gue”

“uuuuu..... berani ya sekarang”

“a...a...aaa.. Gabriel Stevent, sakittt” teriak Ify saat hidungnya di cubit gemas oleh Gabriel

“Kakkkk Ifyyyyyyy” suara cempreng Deva membuat Ify dan Gabriel menoleh ke arahnya. Dengan wajah melas Deva menghampiri Gabriel dan Ify

“kak, gue laper” lapor Deva tak lupa sambil menyomot sepotong kue yang Ify susun di piring

“noh, gue udah masak, ada di meja makan” jawab Ify kembali menyusun kue di piring

“ya udah ayo Dev kita makan” ajak Gabriel dan langsung menarik Deva ke meja makan

“ayo kak. Loe lebih pengertian ternyata dari kakak gue” Ify langsung mencibir sinis mendengar pertanyaan Deva barusan

“punya adek satu aja ngenesnya minta ampun”

“gue gak budeg kak” sahut Deva. Membuat Ify semakin dongkol

******

Ify membuka pintu kamar Rio dengan hati-hati. Tidak ingin menggangu penghuninya yang sedang terlelap. Tak lupa ditangannya membawa nampan berisikan makanan buat Rio. Tanpa suara Ify melangkah mendekati Rio yang masih terlelap di sofa

“hemmm. Loe lebih menyenangkan saat loe cuek, jutek ke gue Yo. Dari pada loe yang kayak gini” cerita Ify sambil menatap wajah polos Rio saat tidur

“gue boleh sentuh loe nggak?”

“em... boleh kali ya” ucap Ify dan perlahan-lahan mengarahkan tangannya ke puncak kepala Rio

“cepat sembuh Mario” ucap Ify dengan senyum di bibirnya tak lupa tangannya mengelus puncak kepala Rio.

“nghhhh” Rio menggeliat dari tidurnya saat merasakan usapan lembut di puncak kepalanya. Sedangkan Ify langsung menghentikan aktifitanya saat kegiatannya barusan mengusik tidur Rio.

“Ify” lirih Rio sambil mengerjap-ngerj
apkan matanya mencoba memperjelas pandangannya saat ini.

“gue ganggu?” tanya Ify sedikit tak enak

“gak” Rio mencoba bangun dari posisi tidurnya

“masih pusing Yo?” tanya Ify tak lupa punggung tangannya menyentuh kening Rio

“sedikit” jawab Rio singkat dengan tubuh ia sandarkan di sandaran sofa dan mata yang terpejam

“loe makan dulu deh Yo, gue udah masakin tadi buat loe” tawar Ify

“tenang aja, bukan bubur kok” potong Ify cepat saat Rio ingin membuka suara. Rio hanya melengos, sedangkan Ify sudah terkekeh lucu melihat wajah Rio

“gue suapin apa makan sendiri ni?” tanya Ify. Tangannya masih memegang piring berisi makanan.

“terserah loe” jawab Rio jutek. Pasalnya ia kesal, karena Ify bawel sekali menurutnya. Apa dengan kondisi seperti ini dirinya harus makan sendiri. Sebernarnya makan sendiri pun Rio sudah bisa, namun Rio ingin sedikit bermanja-manja saat ini.

“makan sendiri aja ya” jail Ify sambil menaik turunkan alisnya. Sedangkan Rio sudah menatap kesal Ify

“hahaha. Ok gue suapin, tapi loe harus minta sendiri ke gue” tantang Ify

“ogah, lagian gue nggak laper” tolak Rio yang rasa gengsinya masih tingkat akut

“yaelah gitu aja gengsi loe Yo” cibir Ify

“ya udah kalau nggak mau, gue bawa lagi aja kebelakang. Gue yakin Iyel kalau nggak Deva ada yang mau nambah” sindir Ify sambil melirik Rio yang saat ini masih memasang wajah biasanya. Padahal kalau boleh jujur perutnya sudah terasa lapar. Apalagi makanan yang Ify bawa cukup menggugah seleranya.

“ck. Sayang banget, kasih Iyel aja kali ya. Kali aja mau” ucap Ify ngomong sendiri sambil bangun dari posisi duduknya

“Gue mau Fy, suapin gue” ucap Rio akhirnya saat Ify sudah berdiri dan melangkah beberapa langkah

“apa Yo?” tanya Ify

“gue mau, loe suapin gue” ucap Rio lagi dengan suara pelan, namun sudah cukup terdengar oleh Ify

“aduhhh. loe kalau ngomong yang kencengan gue nggak denger” ucap Ify lagi berniat menggoda Rio. Kini Ify sudah duduk di samping Rio dan meletakkan piring di meja sofa. Rio sendiri sudah mengumpati Ify yang sedang sengaja menggodanya.

“gue mau, loe suapin gue” ucap Rio penuh penekanan

“coba seka-“

“Alyssa, gue mau, loe suapin gue” Rio langsung saja menarik Ify dan berbicara tepat di telinga Ify dengan suara yang sangat lembut. Ify dapat merasakan deru nafas Rio di telinganya dan aroma parfum khas Rio yang menyengat di indra penciumannya. Karena posisi saat ini Ify berada tepat di atas tubuh Rio. Baik Ify dan Rio sama-sama diam. Sama-sama mencoba mengontrol detak jantung masing-masing. Rio sendiri bingung kenapa dirinya bisa melakukan ini.

“gimana? Udah dengar?” ucap Rio buka suara saat sudah bisa mengontrol detak jantungnya

“ha?” tanya Ify yang masih shock

“gimana? Udah dengar?” tanya Rio ulang

“emmm-“

“apa perlu gue ulang lagi?” kini gantian Rio yang menggoda Ify. Dalam hati Ify sudah ingin teriak, dan mengumpati Rio yang gantian menggodanya

“hahaha.... ya udah suapin gue” suruh Rio disela-sela tawanya. Merasa lucu jika Ify sedang salting seperti ini. Ify langsung saja mengambil piring yang sempat ia letakkan di meja sofa tadi. Tangannya mulai menyendokkan nasi dan menyuapi Rio. Rio dengan senang ahti menerima suapan dari Ify, apalagi memang perutnya sudah terasa lapar

“loe udah makan?” tanya Rio saat Ify menyuapinya

“belum” jawab Ify namun tanganya sibuk menyiapkan sesendok nasi lagi untuk Rio. Sedangkan Rio membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin Ify menyuruhnya makan sedangkan dirinya sendiripun belum makan.

“loe nyuruh gue makan tapi loe sendiri belum makan?” tanya Rio tak percaya

“gue gampang lah, siap ini gue juga bisa makan kan?”

“loe ngejawab aja ya”

“lah loe nanya, ya ialah gue jawab

“terserah loe deh, pokoknya gue nggak mau tau, sekarang loe harus makan. Siniin piringnya.” Pinta Rio sambil meraih piring yang berada di tangan Ify

“gue bisa nanti Yo” tolak Ify saat Rio sudah menyodorkan sesendok nasi ke Ify

“makan”

“Gue bis-“

“Ify” potong Rio sambil menatap Ify tajam. Mau tak mau Ify menerima suapan dari Rio.

*******

“Dev” panggil Gabriel di sela-sela makannya

“iya kak?” Deva menghentikan sejenak aktivitas makannya

“ulang tahun kak Ify kapan?”

“6 desember kak” jawab Deva walaupun dirinya sedikit bingung dengan pertanyaan Gabriel

“kak Ify paling suka sama apa? Tanya Gabriel lagi

“kak Ify paling suka sama mawar putih” jawab Deva semakin bingung

“Cuma itu aja? Ada yang lain?”

“kak Ify juga suka sama pantai. Emang kenapa sih kak?” tanya Deva balik akhirnya karena dirinya sudah penasaran kenapa Gabriel menanyakan tentang Ify Stevano Saufika Rfm

“gak papa sih Dev, gue Cuma pengen tau aja. Kalau yang kak Ify benci?”

“kak Ify gak ada yang di benci, tapi kak Ify paling takut sama gelap, bisa di bilang kak Ify takut gelap.”

“ohhh... thanks Dep” ucap Gabriel sambil mencubit hidung Deva

“ck. Sakit kak, loe kira hidung gue apaan” sewot Deva tak terima

“ehh.. ngomong-ngomong loe suka sama kak Ify kak?” tanya Deva

“jiahhh, loe Dev masih bocah nanyanya kayak gitu”

“gue serius kak nanyanya” kesal Deva karena Gabriel menganggap dirinya sedang bercanda

“kenapa sih emangnya Dev?” tanya Gabriel penasaran

“kak, gue nanya loe butuhnya jawaban, bukan pertanyaan balik”

“hufttt. Kayaknya iya Dev”

“kayaknya?”

“ok. Ok. Iya Deva Ekada gue suka sama kakak loe” ralat Gabriel

“sejak kapan?” tanya Deva mengintrogasi Gabriel

“gue ngerasa jadi tersangka loh Dev, sumpah” sindir Gabriel saat pertanyaan Deva mulai keman-mana

“gantian kak, loe tadi udah introgasi gue tentang kak Ify, sekarang gantian gue yang introgasi loe” balas Deva tak mau kalah

“ck, serah loe deh” pasrah Gabriel

“ya udah jadi sejak kapan kak loe mulai suka sama kak Ify?” tanya Deva ulang

“gue juga nggak tau, tiba-tiba aja rasa suka gue datang untuk Ify” jawab Gabriel seadanya karena dirinya juga tidak tau kapan dirinya mulai menyukai Ify. Karena yang ia tau Ify beda dari gadis-gadis lainnya

“oh”

“Cuma oh doang? Loe tadi ngotot nanya ke gue jawabannya Cuma oh doang? Gue merasa tersanjung Dev” sinis Gabriel ke Deva

“terus gue harus apa kak?” polos Deva

“tau ah. Bodo terserah loe” kesal Gabriel dan memilih meanjutkan makannya

‘Kak Rio, Kak Ify, Kak Iyel. Kok jadi gini sih? Kalau kak Gabriel suka sama kak Ify kak Rio gimana? Mereka berdua sama-sama baik, bahkan sangat baik. Kenapa harus gini sih? Aisshhh. Bodo ah, kenapa jadi gue yang galau sih? Lagian gue yakin kak Ify tau mana yang terbaik.” Batin Deva berbicara sendiri meninggalkan makanannya yang masih tersisa di piringnya.

***********

absurd kan?
makin anehkan?
makin gaje kan? kayak gue makin gaje squint emotikon
part 7 nya besok ya. siap gue tes toefl.
do'ain gue.
hehehhe...

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's) Part 5 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's)
Siska Friestiani @siskahaling

udah part 5 aja ni. hahahahaha..... gu ngebut ni ngepostnya typo harap maklum

******

Dua puluh menit Rio, Ify, dan Deva sampai tujuan. Rio langsung memarkirkan mobilnya dihalaman rumah, setelah mobilnya terparkir sempurna Rio turun dan disusul Ify dan Deva.

“kak ini beneran rumah loe kak? Sumpah gede banget” kagum Deva mengamati rumah mewah di hadapannya

“siapa bilang ini rumah gue, ini rumah bokap, nyokap gue. Gue aja masih numpang” jawab Rio

“cishhh, bahasa loe minta di bogem kak” sewot Deva membuat Rio terkekeh geli.

“ya udah ayo masuk” ajak Rio. Deva langsung ngacir ke dalam, meninggalkan Rio dan Ify.

“Dedep yang punya rumah duluan woy” teriak Ify melihat Deva yang sudah ngacir duluan. Namun sepertinya Deva tidak mengindahkan ucapannya. Ify menatap kesal adiknya semata wayang itu, sedangkan Rio mengambangkan senyumnya saat melihat dua orang kakak beradik ini.

“arghhh” erang Rio tiba-tiba sambil memegang kepalanya.

“loe kenapa Yo?” tanya Ify yang kebetulan masih di belakang Rio

“ha... gue gak papa Fy, rada pusing aja, Ayo” ajak Rio berjalan duluan menuyusul Deva yang sudah histeris di dalam

“beneran gak papa kan Yo?” tanya Ify ulang yang masih belum yakin dengan jawaban Rio

“KAK RIOOOO... INI AMAZING BANGET KAK”

“Dedep” geram Ify saat mendengar teriakan Deva di dalam, membuat obrolannya dengan Rio terganggu. Mau tak mau Ify menyusul Rio dan Deva yang sudah masuk duluan.

“Kak, ini keren banget kak sumpah” Deva mengalihkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan rumah Rio, dirinya masih benar-benar kagum melihat kemewahan rumah Rio.

“ya udah ayo ke kamar gue, loe bisa PS kan? Kita ngegames sekarang” ajak Rio

“beneran kak? Ya udah ayo tunggu apa lagi” Deva langsung nyelonong pergi. Namun belum beberapa langkah, Deva menghentikan langkahnya

“kak” panggil Deva

“hemm”

“kamar loe yang mana?” tanya Deva polos

“hahaha, loe sih belum-belum nyelonong duluan. Kamar gue di atas” jawab Rio lalu merangkul bahu Deva menuju kamarnya

“o iya Fy, bawain minum sama camilan ya ke kamar gue” pinta Rio

“gue sirup dingin aja ya kak” tambah Deva seenak jidatnya. Sedangkan Ify sudah spechlees sendiri melihat tingkah majikan dan adik durhakanya tersebut

“bentar lagi gue bakal di intimidasi sama majikan dan adek gue sendiri” dumel Ify kesal dan langsung menuju dapur untuk mengambilkan pesanan dua orang menyebalkan itu setidanya menurut Ify.

Selesai menyiapkan minuman dan beberapa cemilan Ify langsung menuju kamar Rio, dilihatnya keduanya asyik bermain PS tanpa memperdulikan dirinya sedikit pun.

“Yo” panggil Ify namun sepertinya tidak ada respon dari Rio yang masih asyik bermain PS.nya

“Dev” panggil Ify ke Deva karena Rio tak menjawab panggilannya

“apaan sih kak, gue lagi sibuk ni” jawab Deva dengan nada kesal. Heyy, seharusnya disini dirinya yang kesal kenapa malah adik durhaka itu yang kesal. Dan apa katanya? Sibuk? Hahaha.. Ify sendiri sudah ingin mencincang dan memutilasi adiknya itu. Untung saat ini otaknya masih waras dan level sabarnya belum mencapai level akhir.

“kak Rio loe curang, masak gue dari tadi kalah mu-“

“RIOOOOO... DEVAAAAA” teriak Ify dengan suara sepuluh oktafnya. Saat ini level kesabarannya benar-benar sudah habis melihat tingkah bodoh majikan dan adiknya itu.

“BERISIK” teriak Rio dan Deva kompak membuat Ify spechlees untuk yang keberapa kalinya melihat tingkah keduanya.

“Loe berdua pernah ngerasain sendal gue nggak?” geram Ify tak lupa menatap tajam dua mahkluk menyebalkan itu

“enakan rasain stik PS kak dari pada sendal loe, sumpah” balas Deva tak kalah sinis dengan nada bicara Ify tadi. Rio sendiri sudah meletakkan stik PS.nya dan menghampiri Ify yang sedang duduk di sofa kamarnya. Entah kenapa kepalanya masih terasa sakit sejak tadi. Ify melihat saja Rio yang sedang duduk di sampingnya dan menyeruput sirup dinginnya.

“Loe kenapa Yo? Muka loe pucet gitu?” tanya Ify sedikit khawatir saat melihat wajah pucat Rio. Rio kaget saat mendengar pertanyaan Ify. Apa wajahnya terlihat sekali kalau saat ini dirinya sedang tidak enak badan

“nggak tau Fy, rada pusing aja kepala gue” jawab Rio yang memang dirinya sendiri pun tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Ify menempelkan punggung tangannya ke dahi Rio. Ify langsung tersentak kaget saat merasakan panas di punggung tangannya

“loe demam Rio” panik Ify sendiri

“loe mau kemana?” tanya Rio saat Ify bangkit dari duduknya

“ya ambil kompresan lah, loe nggak dengar tadi gue bilang apa?” jawab Ify

“gue nggak mau, loe fikir gue anak kecil pake acara di kompres segala” tolak Rio mentah-mentah

“eh loe fikir Cuma anak kecil yang butuh di kompres waktu sakit? Lebih baik loe diam aja di sini, duduk manis, istirahat” ceramah Ify dan langsung pergi ke dapur mengambil kompresan. Rio menghembuskan nafas beratnya, menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan memejamkan matanya sejenak untuk menetralisir rasa sakit di kepalanya.

“loe kenapa kak?” tanya Deva yang sekarang sudah duduk di samping Rio. Rio kembali membuka kedua matanya saat mendengar suara Deva

“nggak tau rada pusing aja kepala gue” jawab Rio seadanya

“kak Ify tadi khawatir banget ya sama loe kak” ucap Deva tiba-tiba sambil menyomot kue yang Ify bawa tadi

“maksud loe?” tanya Rio yang kurang mengerti dengan pernyataan Deva barusan

“ya, tadi kak Ify khawatir banget sama loe kak. sama persis saat kak Ify khawatir waktu gue sakit” jelas Deva

“terus kenapa?” tanya Rio lagi seperti orang bodoh tingkat akut

“nggak nyangka gue, ternyata loe bego juga kak. Ckck” remeh Deva saat Rio nggak ngeh dengan apa yang dia maksud.

“sok pinter loe” balas Rio sambil melempar bantal sofa ke arah Deva

“loe ngeremehin gue? Gini-gini gue selalu dapat peringkat pertama tau”

“loe lagi promosi? Sorry gue nggak minat” ucap Rio dan kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

“kak” panggil Deva

“hemm” dehem Rio dengan mata yang masih terpejam

“kalau misalnya kakak gue suka sama loe gimana kak?” Rio langsung membuka kedua matanya kembali mendengar pertanyaan Deva barusan

“loe ngelucunya yang bermutu dikit bisa?” sinis Rio ke Deva

“loe fikir gue ngelucu kak? Nggak, loe bisa buk-“

“cklekk” Deva menghentikan ucapannya saat pintu kamar Rio terbuka dan detik itu juga keluar lah sosok Ify yang datang.

“loe bisa buktiin omongan gue kak” sambung Deva lalu bangkit dari duduknya

“mau kemana Dev?” tanya Ify yang sedang meletakkan kompresan dan beberapa alat lainnya(?) dimeja sofa

“keluar kak, mau keliling-kelili
ng rumah kak Rio. Sayang rumah segede ini gak di kelilingin” jawab Deva dan kembali melanjutkan langkahnya.

“kak Rio, loe buktiin omongan gue ya” tambah Deva sebelum benar-benar keluar dari kamar Rio. Ify mengerutkan kening bingung mendengar ucapan Deva, sedangkan Rio Cuma melengos.

“maksud setan kecil tadi apa Yo?” tanya Ify yang kini sudah duduk di sofa dengan Rio yang sudah berbaring di sofa.

“mana gue tau” jawab Rio. Ify hanya berkerut kening

“Yo, loe makan dulu deh, baru minum obat” suruh Ify menyuapkan sesendok bubur

“bubur? Berasa nggak punya gigi gue”

“loe tinggal makan aja susah banget ya, nurut aja deh” kesal Ify.

“baru tau gue loe bawel juga, kenapa nggak loe keluarin bawel loe waktu loe di bully sama Shilla” ucap Rio sambil menerima suapan dari Ify

“loe fikir kalau gue ngelawan gue bakal menang? Bahkan Shilla bisa kapan aja bikin beasiswa gue di cabut. Loe nggak lupa kan kalau orang tua Shilla punya nama di SMA Jingga?” jelas Ify panjang lebar, Rio hanya mengangguk paham

“ya setidaknya loe nggak diem aja Fy”

“kenapa jadi bahas Shilla sih?” heran Ify sendiri

“ya udah loe minum obat dulu gih, nih” tambah Ify dan menyerahkan sebutir obat ke Rio. Dengan sedikit terpaksa Rio menerima obat dari Ify, setidaknya tidak membuat bawelnya Ify keluar lagi

“kok di kompres lagi sih? Gue kan udah minum obat Fy” tolak Rio saat Ify mengompres dahinya

“yaelah Yo, loe sensi amat sama di kompres, pengen cepet sembuh nggak sih?”

“harus ya emang?”

“loe diem, atau gue tinggal keluar sekarang” ancam Ify, dan entah kenapa Rio langsung diam dan tidak memprotes lagi

“gini kan enak, nurut” ucap Ify dengan tangan yang masih memperbaiki letak kompresan di dahi Rio

“Fy”

“ya?”

“loe mau kemana?” tanya Rio saat Ify bangkit dari duduknya

“gue ke dapur bentar, mau kembaliin mangkok bubur, kenapa?” tanya Ify

“ha. Emmm.. nggak papa” jawab Rio tergagap

“ya udah gue ke dapur dulu, loe istirahat, jangan bandel” ingat Ify

“iya-iya, siap dokter Ify” jawab Rio dan membuat Ify terkekeh lucu mendengar jawaban Rio.



Gabriel datang membawa setoples cemilan kesukaannya. Apalagi kalau bukan nastar. Namun langkahnya tiba-tiba berhenti saat melihat seorang bocah yang tengah menonton di ruang TV, dengan rasa penasaran Gabriel mendekati bocah itu.

“hallo” sapa Gabriel dan mengambil posisi duduk di samping bocah itu yang tak lain dan tak bukan adalah Deva.

“eh.. hallo kak” jawab Deva sedikit canggung

“kak Gabriel kan?” tanya Deva

“iya” jawab Gabriel

“kenalin kak, aku Deva adiknya kak Ify” kenal Deva dan mengulurkan tangannya ke Gabriel dengan senang hati Gabriel menerima uluran tangan Deva

“oh, adiknya Ify. Kak Iyel aja Dev biar lebih singkat dan akrab” ucap Gabriel

“oh.. ok kak” jawab Deva

“oh iya. BDW loe tadi kok tau nama gue Dev?” tanya Gabriel dengan gaya bahasa loe-guenya

“kak Ify sama kak Rio yang kasih tau kak. Heheh. O iya kak Iyel sama kak Rio beneran kembar ya? Sama-sama cakep” cerita Deva membuat Gabriel tersenyum melihat tingkah polos Deva

“hahaha, bisa aja loe Dev” kekeh Gabriel dan mengacak puncak kepala Deva.

“eh.. udah pulang Yel?” ucap Ify yang kebetulan saat itu lewat ingin ke dapur

“Yoi” jawab Gabriel tak lupa dengan senyum manisnya

“ya udah gue ke dapur dulu sekalian gue buatin minum” ucap Ify dan langsung melangkah menuju dapur. Sepuluh menit Ify kembali dengan membawa dua gelas sirup dingin.

“Fy? Rio mana?” tanya Gabriel yang dari tadi tidakmelihat saudara kembarnya itu

“di kamarnya Yel, lagi istirahat. Tadi Rio demam” jelas Ify

“Demam? Tumben banget? Padahal Rio jarang sakit” heran Gabriel

“ya ampun Yel, Rio juga manusia kali, wajar kalau suatu saat Rio sakit.” Ucap Ify

“iya juga sih” jawab Gabriel

“gue lihat Rio dulu ya?” pamit Gabriel

“nanti aja Yel, sekarang Rio lagi tidur” tahan Ify

“tapi..”

“percaya sama gue, Rio tadi juga udah gue rawat kok, biarin Rio istirahat dulu” ucap Ify dan hanya di balas anggukan oleh Gabriel. Deva? Entahlah bocah bermata belo itu memmilih diam dan sedikit kesal saat di acuhkan oleh Gabriel dan Ify.

“mendingan gue liatin kak Rio tidur di kamar dari pada di kacangin” kesal Deva dan langsung ngibrit kekamar Rio.

Deva masuk dengan sedikit mengendap-ngendap. Takut jika suaranya menggangu sang empunya kamar terbangun. Stelah berhasil masuk Deva mengambil posisi duduk di sebelah Rio yang sedang tertidur di sofa kamar.

“cepat sembuh kak biar ada yang jailin gue lagi” ucap Deva sambil menetap wajah pucat Rio yang sedang terlelap

“kenapa gue bisa ngerasa sedeket ini ya kak sama loe? kita kan baru ketemu kak?” tambah Deva lagi

“pokoknya loe harus cepet sembuh kak, loe ada janji sama gue buat basket bareng” ucap Deva lagi lalu memilih tidur di sofa yang ada di kamar Rio



“yakkkkk, Gabriel Stevent loe bikin muka gue kotor” teriak Ify saat Gabriel mencolekkan tepung ke wajahnya.

“hahaha, loe lebih lucu Fy, aura cantik loe lebih kelihatan, sumpah” ucap Gabriel dan kembali mencolekkan tepung ke wajah Ify

“Yel, loe tadi ngajak buat kue kan?kenapa jadi perang tepung gini?” kesal Ify

“hehehe, maap Py, Maap” cengir Gabriel dan membentuk jarinya menjadi huruf V

“kena” ucap Ify yang langsung mencolekkan adonan kue ke wajah Gabriel

“wahhh, loe dendam Fy. Ayo kita perang sekarang” ucap Gabriel dan kembali mencolekkan tepung ke wajah Ify

“loe curang Yel, gue baru sekali loe udah tiga kali” ucap Ify tak terima

“hahahah, ya udah sini gue bersihin” ucap Gabriel sambil membersihkan wajah Ify dengan tisu. Pipi Ify sendiri sudah memerah saat jarak dirinya dan Gabriel sedekat ini.

“udah, cantik lagi deh” ucap Gabriel dan membuat pipi Ify memanas

“loe juga sini deh, biar gue bersihin” Ify mengambil tisu dan membersihkan wajah Gabriel.

“berasa lagi pacaran Fy” ceplos Gabriel

“yeee. itu mah maunya loe”

“hehehe” cengir Gabriel dan membuat Ify tertawa melihat tingkahnya.

******

absurd ceritanya?
harap maklum, gue buatnya ngebutttttt!!!
L+C nya di tunggu guysssssss smile emotikon

Love Story Of Twin Brother's (Lost Winer's) Part 4 ~RiFy~

Love Story Of Twin Brothers (Lost Winer's)
Siska Friestiani @siskahaling

Lost Winers datangggggggggg!!!!
Nungguin gak? gak ya? heheheh

********

“Rio”

“Ify” gumam mereka kompak. Dalam hati Rio saat ini berkecamuk pertanyaan-pertanyaan. Ify? Mama? Apamerekasaling kenal? Tak lain halnya dengan Ify saat ini saat ini masih shock dengan sosok yang ada dihadapannya.

‘ya tuhan jangan bilang Rio anaknya tante Manda’ batin Ify memohon

“kok pada diem?” suara tante Manda membuat keduanya tersentak kaget.

“o iya Fy, kenalin ini Rio anak tante” kenal tante Manda kepada Ify. Ify masih diam

“ Fy?” panggil ulang tante Manda karena Ify masih diam

“i... iya tan?” jawab Ify gelagapan

“kalian sudah saling kenal?” tanya tente Manda melihat ekspresi Ify, yang tak jauh beda dengan ekspresi Rio saat ini. Ify menggeleng kepala kuat, sedangkan Rio mengangguk, membuat Tnte Manda semakin bingung

“loh, kok jawabannya beda gitu? Yanga bener yang mana? Tanya tante Manda

“emmm... gini tan”

“Teman sekolah Ma” jawab Rio memotong ucapan Ify, Ify yang mendengar sedikit kaget

“wahhh, bagus dong, mama jadi gak salah pilih orang buat bantu kamu sama Gabriel kalau mama sama papa gak ada” senang tante Manda

“jadi.....?”

“iya Yo, Ify yang akan bantu menyipakan semua kebutuhan kamu sama Gabriel. Oya, Gabriel kemana?” jawab dan tanya tente Manda lagi

“Iyel keluar ma” jawab Rio singkat masih sedikit terkejut saat mengetahui Ify lah orang yang akan membantunya saat mama dan papanya pergi keluar negri.

“ya sudah kalau gitu, kita masuk dulu, lanjutin ngobrolnya di dalam” ajak tante Manda

*****

Dua insan berbeda jenis ini saling diam, fokus pada pikiran masing-masing. ya, siapa lagi kalau bukan Rio dan Ify yang saat ini sedang duduk di sofa tempat Rio tadi menonton, hanya suara tivi yang dari tadi masih setia berceloteh ria tanpa lelah, sedangkan tante Manda sudah pergi ke kantor menyusul om Zeth yang menyiapkan beberapa berkas untuk di bawa ke eropa besok.

Ify menghela nafas beratnya, seakan pasrah saat tidak menemukan pembicaraan yang tepat untuk memecah keheningannya bersama Rio saat ini. Rio pun sama bungkam tanpa suara sambil memainkan remot tivi yang dari tadi di putar-putar tak jelas oleh Rio

“FY”

“Yo” kompak Rio dan Ify membuat keduanya kembali diam.

“loe aja yang duluan” kompak mereka lagi. tiba-tiba tawa renyah tercipta oleh Rio, merasa lucu dengan dirinya dan Ify yang dari tadi kompak berbicara, sedangkan Ify hanya tersenyum, tak Ify pungkiri Ify terpesona dengan tawa Rio yang baru pertama kali ia lihat, apa lagi Ify baru menyadari ternyata Rio memiliki lesung pipi yang menambah kekagumannya kepada Rio.

“udah?” tanya Rio ketika telah berhasil mengontrol tawanya membuat kerutan-kerutan tipis di dahi Ify.

“apanya?” tanya Ify bingung

“ya udah loe tadi mau ngomong apa?” tanya Rio

“ha, em... loe duluan aja deh Yo” tolak Ify

“udah gak papa loe duluan”

“loe aja deh”

“ladies First *tulisannya bener kagak?*” ucap Rio lagi

“em... gue tadi Cuma mau bilang, em.. ya... gue masih nggak percaya aja kalau loe anak tante Manda, hehehe” jawab Ify tergagap, Rio yang mendengar jawaban Ify berkerut kening.

“em... gue kan udah jadi asisten rumah tangga ni di rumah loe, gue bikinin loe minum ya, sekalian gue mau lihat-lihat” ucap Ify membuat Rio sedikit merutuki kebodohannya saat dirinya lupa apa tujuan Ify ada di rumahnya, yang ingin menjadi ART di rumahnya.

“terserah” jawab Rio. Ify langsung melangkahkan kakinya menuju dapur.

“Yo” panggil Ify lagi

“hemm” jawab Rio yang kembali mengalihkan tatapannya ke tivi yang dari tadi masih menyala.

“dapurnya dimana?” tanya Ify yang bingung di mana letak dapur di rumah yang segede ini.

“tu di pojok, loe tinggal lurus belok kiri” jawab Rio tanpa mengalihkan tatapannya dari tivi

“berasa lagi nanya alamat aja gue” gumam Ify lalu ngacir ke dapur sesuai petunjuk dari Rio (?)

Rio sendiri terkekeh lucu mendengar gumaman Ify, dirinya masih tidak percaya bahwa beberapa bulan kedepan dirinya harus berada satu atap dengan Ify, orang yang sedikit aneh menurut Rio.

“loe gadis yang eneh yang gue kenal”

“tapi kenapa loe selalu buat gue....”

“pranggggg” fikiranRio langsung buyar saat mendengar suara benda pecah dari dapur

“Ify” entah kenapa nama itu langsung terlintas di fikiran Rio, dan langsung bergegas menuju suara benda pecah itu .

“IFYYY” teriak Rio saat Ify berjongkok sambil mengambil pecahan gelas yang berserakan di lantai. Ify yang mendengar teriakan Rio kaget dan membuat pecahan gelas tersebut mengenai jarinya.

“aww” ringis Ify saat rasa perih terasa di jari telunjuknya, tapi rasa sakit tersebut tidak seberapa dengan rasa takutnya saat ini, takut Rio akan marah karena belum berapa jam dirinya bekerja disini sudah membuat onar.

“ma.. maaf” ucap Ify sambil menyembunyikan tangannya yang terkena pecahan gelas tadi.

“loe kenapa ceroboh banget sih, siniin tangan loe” omel Rio, bukan, bukan kerena Rio marah kerena Ify telah memecahkan gelas, tapi.... entahlah, apa mungkin Rio khawatir dengan Ify? Khawatir? Benarkah ia khawatir dengan Ify?

Rio dengan sigap langsung meraih tangan Ify dan langsung menghisap jari Ify, Ify sedikit meringis saat rasa perih semakin terasa di jarinya.

“Yo, maaf” ucap Ify lagi melihat Rio yang beranjak mengambil kotak P3K yang terletak di atas kulkas dekat dapur. Namun Rio tidak menjawab namun langsung memakaikan hansaplas di jari lentik Ify. Ify yang melihat Rio hanya diam semakin merasa bersalah

“loe duduk manis di sini dulu, biar gue yang bersihin pecahan belingnya” ucap Rio lembut sambil mengacak puncak kepala Ify. Ify sendiri sedikit shock saat melihat reaksi Rio. Apa Rio tidak marah dengan dirinya? Pikir Ify

Ify masih duduk manis di kursi sofa ruang tivi sesuai perintah Rio, sampai akhirnya suara seseorang mengalihkan perhatiannya.

“Rioooooo” teriak seseorang, membuat Ify mendoangakkan kepalanya, Ify tak begitu kaget saat mengetahui orang itu adalah Gabriel, toh dirinya sudah tau akan bekerja untuk Rio dan Gabriel, berbeda dengan Gabriel yang sedikit terkejut saat mengetahui Ify sedang duduk manis di rumahnya. Beribu pertanyaan berkecamuk di fikirannya.

“Ify”

“Hay” sapa Ify memamerkan senyum manisnya kepada Gabriel

“hay, loh Fy, kok bisa disini? Pantes tadi gue cariin gak ada di rumah, gue cari di cafe juga gak ada, gue sms, gue telfon pun gak diangkat, eh... taunya udah ada di rumah gue” cerocos Gabriel langsung mengambil posisi duduk di samping Ify.

“hehe, sorry Yel hp gue mati” jawab Ify sedikit merasa bersalah

“hahaha. Ok noprob. Oh iya, loe kenapa bisa ada di rumah gue?” tanya Gabriel

“hahah, tenang aja, gue gak niat mau maling kokdi rumah loe” canda Ify membuat Gabriel gemas dan tangannya mengacak-acak rambut Ify.

*******

Rio melangkahkan kakinya menuju tempat Ify berada, setelah beberapa menit berkutat dengan beling-beling (?) itu.namun langkahnya terhenti saatmelihat pemandangan yang ada di hadapannya. Sedikit perih terasa di hatinya.

“gak ini gak mungkin” geleng Rio tak jelas.

“kenapa loe gak seperti itu Fy saat bersama gue? kenapa loe gak seceria itu saat bersama gue? Kenapa loe gak nunjukin senyum sama tawa loe saat loe bersama gue?”

“arghhh, Rio..... loe apa-apaan sih?” Rio semakin merutuki dirinya sendiri saat merasa memikirkan hal yang tidak-tidak

“eh, udah pulang loe Yel” ucap Rio ketika dirinya sampai di tempat Ify dan Gabriel tak lupa Rio memasang wajah biasanya

“ya udah lah, loe kagak liat saudara loe yang cakeo ini udah duduk disini” jawab Gabriel bercanda

“cakep? Iya loe cakep, tapi tetep kalah sama gue yang sangat cakep” jawab Rio dan langsung ngacir ke kamar. Gabriel mendengus kesal, sedangkan Ify terkikik geli melihat dua saudara kembar yang ada di hadapannya.

“kenapa loe gak bersikap kayak tadi Yo, saat di sekolah, loe bahkan lebih mengagumkan saat loe bersikap seperti itu” batin Ify

“ehhh... sorry Fy, sampai mana tadi ceritanya” tanya Gabriel polos

“sampai loe sama Rio rebutan siapa yang paling cakep” jawab Ify

“Loe mau jadi kayak Rio juga, nyebelin. Ha” kesal Gabriel

“yakkk, geli Yel, ampun, ampun” ucap Ify saat Gabriel menggelitik pinggangnya

“hahaha, gak ada kata ampun buat gadis menyebalkan kayak kamu Alysaa” jawab Gabriel semakin gencar menggelitik pinggang Ify, membuat sang korban semakin memekik karena kegelian.

Rio? Entah apa yang terjadi dengan Rio saat melihat kedekatan Ify dengan Gabriel, yang iya tau ada rasa tidak suka saat melihat itu semua.

“kalian berdua cocok”

********
Rio melajukan mobilnya sedikit lambat mengingat ada Ify di sampingnya yang sedang duduk di kursi penumpang. Ya mereka berdua ingin menjemput adik Ify yang rencanya akan ikut tinggal di rumah Gabriel dan Rio, hanya saat Ify bekerja di sana saja tentunya.

“belok kanan Yo” ucap Ify menjadi peta hidup (?) buat Rio saat ini

Ify langsung saja turun dan berjalan menuju rumahnya, dan di susul Rio di belakangnya.

“loh kak, tumben sore gini udah pulang” tanyaBocah bermata belo tak lain adalah Deva

“kakak gak kerja hari ini, oya kita pindah sementara ya dari sini beberapa bulan” ucap Ify duduk di samping Deva. Rio? Rio masih setia berdiri di depan pintu melipat tangannya di depan dada dan bersandar di pintu sambil mengamati adik Ify yang sepertinya ia mengenal bocah itu

“loh kenapa kak? Kita di usir sama buk Oky ya gara-gara belum bayar uang kontrakan?”

“gak Dedep. Kakak dapat kerjaan bagus dan gajinya sedikit lebih dari kerjaan kakak sebelumnya, dan salah satu syaratnya kakak harus tinggal di sana, makannya itu kakak ajak kamu sekalian” jelas Ify panjang lebar

“ohh... “ ngerti Deva

“oh iya, kenalin Dev, itu kak Rio yang punya Rumah dan tempat kakak kerja” kenal Ify. Deva langsung mengalihkan pandangannya ke arah orang yang sedang berdiri bersandar di depan pintu

“kak Riooooooooo” histeris Deva saat melihat sosok di depannya, dan tanpa aba-aba Deva langsung berlari dan memeluk erat Rio. Rio yang mendapat pelukan dadakan sedikit kualahan membalas pelukan Deva

“akhirnya Deva jumpa lagi sama kakak. Kak besok basket lagi Yok, Deva jamin Deva udah bisa ngalahin kakak” ucap Deva girang. Rio yang melihat hanya tersenyum

“boleh, asal kamu janji bisa ngalahin kakak besok” jawab Rio

“hemm, Deva akan berusaha untuk ngalahin kakak” jawab Deva semangat empat lima, sedangkan Ify hanya melongo tak percaya melihat kedekatan Rio dengan adiknya.

******

“kak, loe kok bisa jago banget kak? gue takjub tau gak?” tanya Deva yang semakin akrab dengan Rio dan menggunakan bahasa loe-gue

“hahaha, ya iyalah, gue kan cakep” jawab Rio nggak nyambung

“woooo... kagak ada hubungannya kali kak” protes Deva

“di sambungin lah pakai tali” jawab Rio asal

“loe rupanya nyebelin ya kak” sewot Deva

“nyebelin asal cakep kan gak masalah” jawab Rio lagi membuattawa Deva meledak dari tadi mendengar kenarsisan Rio, walaupun semua nya memang benar, sedangkan Ify mengerucut kesal karena dari tadi maresa di kacangin.

“berasa jadi patung gue” batin Ify.
*******
pleasee!!!!
jangan demo karena pendek. next partnya gue usahain cepet kok. hehehe

KLARIFIKASI KKN DESA PENARI LANGSUNG DARI SUMBERNYA @SIMPLEM81378523

Untuk kalian yang mau tau klarifikasi KKN Desa Penari. Silahkan Tonton Video di Vlog Bang Radit.