Scenario Of Love (SOL)
Siska Friestiani @siskahaling
IFY POV
OH MY
GOD, please bilang sama aku ini Cuma halusinasiku, heyyy, ini hanya
halusinasiku kan? Separah ini kah sakit ku hingga halusinasiku separah ini juga.
Tapi tunggu aku rasa ini bukan halusinasi, aku dapat merasakan dengan jelas
bagaimana hangatnya bibir Rio yang saat ini menempel di bibir ku, bahkan
perlahan mendorong obat yang di bibirnya agar berpindah kebibirku, diam, aku
hanya bisa diam. Sampai akhirnya pahitnya obat udah mendominasi di mulutku
hingga akhirnya dengan sekuat tenaga aku telan obat laknat tersebut.
“Gimana?
hemmm?” tanya Rio ketika telah melepaskan ciuman, aishh, apa itu bisa di sebut
ciuman, tapi yah bagi ku itu ciuman dan yang merebutnya pertama kali adalah
Rio, suami ku sendiri. Aku dapat merasakan pipi ku memanas dan tak tau sudah
semerah apa saat menangkap pertanyaan Rio tadi seperti berniat menggodaku. Tapi
reaksiku masih sama hanya diam.
“Loe.....”
ucapku tertahan karena benar-benar bingung apa yang akan ku katakan sekarang,
apa lagi Rio masih menatapku dengan mata indahnya teduh tapi tajam.
“Tidur,
loe perlu istirahat” ucap Rio akhirnya karena aku belum juga melanjutkan
kata-kataku, aku hanya menuruti perkatannya saat ini, kejadian tadi sungguh
membuatku shock. Hingga akhirnya metaku perlahan merasa lelah, mengantuk,
mungkin efek obat tadi yang Rio berikan.
*****
Pagi
ini ku rasa badan ku terasa sedikit segar. perutku tidak sakit lagi, tapi
sedikit rasa pusingnya masih terasa. tapi itu sudah sangat baik dari pada
kondisiku semalam. Aku langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan
tubuhku. ahhhh, segarnya. Saat ku air dingin dari shower langsung mengalir
membasuh tubuh lelahku.
Aku
mengendap-ngendap seperti maling saat keluar menuju kamar mandi. Shittt...
sejak kapan aku menjadi pelupa. saat ini aku hanya menggunakan handuk putih
yang hanya menutupi bagian dada dan paha ku saja. Yapsss sudah pasti aku lupa
membawa baju ganti saat ingin mandi tadi. god tolong bantu hambamu ini. tidak
mungkin aku berada terus di dalam kamar mandi. apa lagi rasa dingin sudah
semakin menusuk di tubuhku mengingat aku hanya menggunakan handuk yang hanya
menutupi paha dan dadaku saja. Aku menunduk berharapkepada dewi fortuna dan
berdoa semoga Rio masih tidur
“Mau
sampai kapan loe berdiri di situ?” astaga, ternyata dewi fortuna sedang tidak
berpihak ke diriku, nyatanya sekarang aku dapat mendengar suara Rio. dan itu
artinya...... Rio udah bangun, bunda, bantu Ify bunda. Teriak ku dalam hati
“Em...
gu... e... gue... gue...” ucap ku gelagapan sendiri, sekarang ku lihat Rio yang
sedang duduk bersandar di tempat tidur sambil memegang HP nya mengerenyit
bingung
“Apa
air nya sebegitu dinginnya sampai buat omongan loe jadi gitu??” tanya Rio lagi.
bunda kenapa anakmu jadi bertingkah seperti orang bodoh gini? Batin ku merutuki
tingkah bodohku sendiri. dan kali ini ku lihat Rio bangun dari tempat tidur dan
perlahan-lahan berjalan mendekatiku. Bundaaaa.... Ify mohon bantu Ify
“Loe
mau ngerangsang gue pagi-pagi gini?” ucap Rio tanpa basa-basi. Aku menundukkan
kepala ku semakin dalam. serta meneguk ludahku secara paksa. saat ini Rio
benar-benar sangat dekat ku.
“Aku
pria normal sayang, dan kamu sakarang juga berstatus istri ku. apa kamu sengaja
pagi-pagi gini bikin aku terangsang” ucap Rio lagi tapi kali ini mengubah gaya
bahasanya menjadi aku kamu. Tengkuk ku meremang saat kurasa hembusan nafas
hangat Rio menerpa leher ku. Aku masih diam. sudah ku katakan aku akan menjadi
wanita paling bodoh jika sedang berhadapan dengan makhluk yang ada di depan ku
saat ini, Rio. Perlahan Rio semakin mempertipis jarak antara kami. dan refleks
membuat ku mundur. hingga akhirnya tubuhku tidak bisa lagi melangkah untuk
mundur lagi karena terhalang pintu kamar mandi yang tadi memang sempat ku tutup.
Aku bingung, sangat bingung. apa lagi Rio sekarang semakin mendekat dengan
wajahku dan tatapannya tak beralih dari bibirku. Lalu Rio memiringkan wajahnya.
entah dapat bisikan dari mana. mataku secara sendirinya tertutup. Dan.......
“Apa
loe mau ngulang ciuman semalam?”
“Silahkan”
jawab ku santai lalu melangkahkan kaki ku ke lemari pakaian saat ini.
RIO POV
Aku
bangun dari tidur ku sambil menggeliat dan mengucek mataku untuk menormalkan
pengelihatanku. ku dengar suara gemericik air dari kamar mandi. apa Ify yang
sedang mandi? Itu sudah pasti mengingat
hanya aku dan Ify yang tinggal di sini dan juga aku tidak menemukan Ify di
samping ranjang. Aku mengambil handphone ku yang tergeletak di nakas sambil
mengecek email ku saat ini karena sewaktu aku tidak masuk semalam aku menyuruh
Shilla untuk mengirim semua file ke email.
“Ceklekk”
kudengar suara derit pintu kamar mandi ku buka. ku rasa Ify sudah selesai mandi
tapiiiiiiii....... shitttt, mata ku terpaku melihat pemandangan yang ada di
depan ku saat ini. gairah ku seketika langsung naik. lihat saja Ify saat ini
hanya menggunakan handuk yang hanya menutupi dada dan pahanya. betis putih
mulusnya terekspos begitu saja tanpa penghalang. rambut panjangnya yang basah
dan tetesan air sisa mandi dengan bebas turun ke leher jenjangnya membuat aku
ingin memberi tanda kepemilikan disana. Damn!!! Kenapa dengan keadaan seperti
ini Ify lebih terlihat sangat-sangat seksi. Ify jangan salah kan aku jika
setelah ini kau benar-benar aku buat menyesal.
"Mau
sampai kapan loe berdiri di situ?” tanya ku berusaha mengontrol diriku saat
ini.
“Em....
gu... e.. gue.. gue...” jawabnya terbata-bata, oh god, kenapa malah membuatnya
semakin seksi. membuat ku ingin meraup bibir mungil yang tiap hari selalu
menggoda ku setiap mengucapkan kata-kata
“Apa
air nya sebegitu dinginnya sampai buat omangan loe jadi gitu??” ucap ku lagi
tapi kali ini sambil melangkah mendekati Ify yang ku lihat semakin menundukkan
kepalanya
“Loe
mau ngerangsang gue pagi-pagi gini?” ucap ku tanpa basa-basi. toh aku ngomong
yang sejujurnya. Melihat tubuh sintal dengan balutan handuk yang mengekspos
kaki dan leher jenjangnya, siapa yang tidak terangsang.
“Aku
pria normal sayang. dan kamu sakarang juga berstatus istri ku. apa kamu sengaja
pagi-pagi gini bikin aku terangsang” aku semakin menipiskan jarak antara aku
dan Ify. dapat ku rasakan harum vanila menguar dari wangi tubuhnya membuat ku
benar-benar melayang saat ini. ku hembuskan nafas berat ku keleher jenjangnya,
Ify memundurkan langkahnya mencoba menjauh dariku. tapi aku pun juga nggak
lelah untuk mempertipis jarak. hingga akhirnya tubuh Ify tertahan pintu kamar
mandi. Aku memiringkan wajahku mendekati bibir mungil Ify. aku lihat Ify
perlahan memejamkan matanya.
“Apa
loe mau ngulang ciuman semalam?” ucapku. bahkan suaraku terdengar seperti
desahan
“Cepat loe ganti baju,
gantian gue juga mau mandi” ucapku ketika berhasil mengontrol semuanya. sedangkan
Ify. Entahlah aku tidak begitu memperdulikannya. yang ku tau saat ini dia
menatapku kesal
“Silahkan” jawabnya dan
langsung menuju ke lemari pakaian sedangkan aku memilih ke kamar mandi.
“Arghhh” erang ku
frustasi. bagaimana bisa aku tadi hampir lost kontrol. untung saja tadi aku
masih bisa menahannya seperti biasa, jika tidak. Aishhhh... aku tidak ingin
membuat Ify semakin membenci ku karena hal bodoh itu bisa terjadi. aku langsung
menghidupkan shower dan membiarkan air dingin membasuh tubuhku tanda membuka
bajuku terlebih dahulu, setidaknya ini yang tiap hari aku lakukan untuk meredam
semua nafsu ku.
Aku melangkahkan kaki ku
menuju meja makan. sepertinya mulai sekarang aku harus sarapan dirumah dan
makan malam di rumah. yahhh, kalian semua tau hanya itu caranya agar aku bisa
mengontrol pola makan istriku yang keras kepala dan ceroboh menurutku. bahkan
bila perlu makan siangnya pun aku harus tau. Aku lihat Ify sedang menyiapkan
sarapan dimeja makan. hanya ada roti dan susu menu pagi ini. apa dia lelah memasak karena aku
tidak pernah sarapan di rumah hingga saat ini dia hanya menyiapkan roti dan
susu saja.
“loe sarapan di rumah?”
tanya Ify sambil mengerenyit bingung
“hmmm” jawab ku hanya
dengan dehaman karena aku bingung ingin menjawab apa
“loe nggak habis
kepentokkan?” tanyanya lagi
“apa gue perlu benturin
dulu kepala gue di dinding baru gue sarapan di rumah?” tanya ku sambil
memandangnya kesal. namun ku lihat Ify hanya mengangkat kedua bahunya tak
mengerti.
Hening. tak ada yang
membuka percakapan. mungkin masih terasa canggung karena aku baru kali
ketiganya selama dua bulan lebih pernikahan kami aku sarapan dirumah.
“loe hari ini kebutik?”
tanya ku ke Ify yang masih asyik menyantap sarapannya
“iya, masih banyak yang
harus gue selasaikan” jawab Ify tapi kali ini menghentikan makannya dan beralih
menatap lawan bicaranya. Aku.
“gue anter” ucapku lagi
dan sudah ku duga Ify pasti bingung. Karena jujur saja aku masih sangat
khawatir saat ini. aku selalu mengngingat pesan Gabriel untuk menjaga pola
makan dan waktu istirahat Ify.
“loe sajak kapan jadi sok
care gini sama gue?” tanya Ify tapi tak ku jawab.
“gue tunggu di mobil” ucap
ku dan langsung meninggalkan meja makan.
IFY POV
Aku
masih menyiapkan sarapan pagi ini. ah lebih baik roti dan susu saja kalau Rio
nggak sarapan lagi setidaknya aku tidak terlalu kecewa. ku dengar langkah kaki
seseorang dan semakin lama semakin dekat. Aku tau itu Rio. tapi kenapa kesini?
Apa dia mau sarapan? Ah tapi nggak mungkin. So kalau nggak mungkin apa
tujuannya kemari kalau nggak sarapan? Oh sekarang semakin jelas bahwa Rio akan
sarapan dirumah karena sekarang Rio sudah mengambil posisi duduk di meja makan.
“loe
sarapan di rumah?” tanya ku memastikan
“hmmm”
jawab Rio hanya dengan deheman
“loe
nggak habis kepentokkan?” tanya ku lagi. wajar aku tanya seperti itu takut saja
tadi Rio terpeleset dan kepalanya terbentur lantai kamar mandi.
“apa
gue perlu benturin dulu kepala gue di dinding baru gue sarapan di rumah?”
jawabnya lagi tapi dengan menatapku sedikit kesal. Aku hanya mengangkat kedua
bahu ku tanda tak mengerti.
Hening
aku dan Rio sama-sama diam hingga akhirnya Rio membuka percakapan.
“loe
hari ini kebutik?” tanya Rio. heyyy saudara sejak kapan Rio menjadi kepo
seperti ini?
“iya,
masih banyak yang harus gue selasaikan” jawab ku lagi tapi kali ini berusaha
menatap lawan bicaraku
“gue
anter” dangggg!!!! Kali ini aku benar-benar semakin shock mendengarnya. ada apa
ini? Ada apa dengan Rio? Kenapa dari semalem sikapnya berubah sedikit lebihh...
perhatian menurutku
“loe
sejak kapan jadi sok care gini sama gue?” tanya ku
“gue
tunggu di mobil” ucap Rio tanpa menjawab pertanyaan ku dan langsung pergi meninggalkan
meja makan
Hening
lagi dan lagi. Tapi tidak secanggung ketika sarapan tadi karena beruntung suara
mesin mobil Rio sedikit memecah keheningan saat ini.
“Yo”
panggil ku untuk menepis rasa hening
“apa?”
jawab Rio tapi masih fokus menyetir
“gue
boleh nanya?” ucap ku lagi sambil menatap Rio yang masih fokus menyetir
“apa
di dahi gue ada tulisan ‘dilarang bertanya?’” jawabnya tapi sekilas menolehkan
pandangannya ke aku
“aishh”
desis ku kesal. sepertinya aku lupa sekarang sedang berbicara dengan siapa
“gue
serius”
“gue
juga serius” ucapnya lagi. namun setelah itu kembali hening.
“loe
mau nanya apa?” akhirnya Rio membuka suara. sepertinya dia juga penasaran
dengan apa yang ingin aku tanyakan
“nggak
ada” jawab ku akhirnya. tidak mood untuk menanyakannya lagi
“oh”
jawab Rio lagi. dan sekarang rasanya aku ingin melempar Rio dari gedung lantai
empat puluh.
“thanks
udah di anter. gue duluan, lo hati-hati” ucap ku setelah sampai dan sebelum
keluar dari mobil Rio
“ya”
jawabnya singkat. dan nggak mau berlama-lama lagi berada di dalam mobil Rio.
Setelah aku keluar Rio langsung melajukan mobilnya meninggalkan butik dan
menuju kantornya. tentu saja.
RIO POV
Aku
melangkahkan kaki ku menuju ruanganku saat ini. kejadian tadi pagi masih terus
berputar di kepalaku. sungguh membuat ku benar-benar tidak fokus saat ini.
“selamat
pagi pak” sapa Shilla ramah dengan senyuman yang udah tercetak di bibirnya.
namun aku hanya tersenyum tipis untuk membalas sapaannya dan lebih memilih
untuk melanjutkan langkahku ke ruanganku yang tinggal empat meter lagi dari
ruangan Shilla. Aku bukannya tidak tau bahwa Shilla menyukaiku sejak awal dia
bekerja disini. Hey... aku sudah punya istri dan Shilla tau itu. dan sebenarnya
aku ingin menolaknya saat itu tapi kulihat kerjanya cukup bagus dan ku urungkan
niat ku untuk memilih sekretaris baru. setidaknya aku harus profesional.
“hufttt”
ku hempaskan tubuhku ke kursi kekuasaanku. Ku sandarkan tubuhku dan ku pejamkan
mata sejenak. berharap dapat merilekskan fikiranku. Tiba-tiba ku dengar derit
pintu ruanganku terbuka. Kulihat papa dan ayah mertuaku sudah berjalan santai
dan duduk di sofa ruang kerjaku
“pantas
saja tanpa permisi boss besar datang. tamat riwayatmu Rio” batin ku berkoar
karena aku tau pasti papa ku tersayang akan menanyakan keadaan Ify.
“gimana
keadaan menantu papa?” bingo. tebakan ku tidak meleset bukan?
“udah
baikan pa” jawabku seadanya sambil melangkah untuk duduk di sofa
“kamu
tidak menjaganya dengan baik? Apa kata dokter?” ini lebih menegangkan dari pada
rapat yang sering ku hadiri. Sungguh.
“sudah
mas adit, saya yakin Rio sudah menjaga Ify dengan baik. hanya saja mungkin Ify
yang bandel. saya tau itu karena Ify memang sedikit keras kepala”
alhamdulillah, setidaknya aku bisa bersyukur ayah mendukungku saat ini. O ya
mas adit adalah panggilan ayah buat papa, papa ku memang berumur tiga tahun
lebih tua dari ayah.
“tu
pa ayah aja tau. ishhh, Rio ngerasa bukan anak papa kalo gini” ucap ku sedikit
ngambek
“hahahah”
tawa ayah meledak melihat tingkah ku saat ini
“ayah
ngerasa punya menantu berumur tiga tahun Yo dari pada dua puluh lima tahun”
ucap ayah di sela tawanya. Jujur ini yang aku suka dari ayah. bijak dan selalu
berfikir lebih tenang untuk menanggapi masalah. sebenarnya papa juga gitu. tapi
tidak jika sudah menyangkut Ify “Menantu Kesayangannya” garis bawahi itu.
“tapi
yang penting cakep yah” kataku sedikit narsis
“ehem...
papa masih disini” sindir papa karena merasa di cuekin dari tadi. ahhh, ia aku
lupa saat ini tuan Haling masih disini. Hihihi
“maaf
pa, lupa” jawabku sambil menampakkan cengiran khas ku
“kamu
fikir papa makhluk gaib, tidak kelihatan?” kesal papa melipatkan kedua
tangannya di depan dada
“mas,
aku ngerasa berbesan sama-“
“anak
ABG” potong ku cepat dan..
“hahahahhahahahaha”
tawa ku dan ayah meledak seketika dan papa Cuma memandang kami berdua dengan
kesal.
“baiklah
sepertinya anak dan mertuanya sekarang sedang bergembira ria mengerjaiku” kesal
papa dan langsung keluar begitu saja dari ruanganku.
“hahahah...
ya udah ayah keluar dulu menyusul papa, sepertinya anak ABG itu benar-benar
marah” ucap ayah dan langsung keluar juga meninggalkan ruanganku.
Huftttt,
aku bisa bernafas lega sekarang. papa tidak benar-benar marah, sungguh ini
semua karena ayah yang selalu menjadi penengah jika situasi sedang seperti
tadi. Aku melihat jam tanganku dan sudah menunjukkan pukul 11:55 dan itu
artinya lima menit lagi waktu istirahat. baiklah aku harus ke butik sekarang.
jangan heran, bukannya sudah aku katakan bukan, bahkan makan siang Ify pun aku
harus tau.
Aku
melangkahkan kaki ku menuju ruangan Ify. bisa ku tebak pasti Ify masih sibuk
dengan coretan-coretan gambarnya saat ini. Dan bingo lagi untuk yang kesekian
kalinya karena dugaan ku lagi-lagi benar Ify masih sibuk dengan gambarnya.
bahkan Ify tidak sadar saat ini aku sudah duduk di sofa ruangannya.
“gue
datang kesini bukan untuk jadi patung” sindirku karena Ify masih nggak ngeh
dengan kehadiran ku.
“maaf
saya sibuk tidak ada waktu buat bergurau dengan anda” ucapnya tapi masih sibuk
dengan pekerjaan mencoretnya
“kyyaaaa!!!!!
Istri durhaka. gue kesini bukan ngajain loe bergurau” jerit ku tak terima
dengan perkataannya barusan. dan ku lihat Ify kaget saat mengetahui aku sudah
duduk di sofa ruang kerjanya saat ini.
“Rio?
Loe ngapain kesini?” tanya Ify keget
“gue
kesini buat ngajak loe makan siang”
jawabku berusaha tenang
“HA. Gue
nggak salah denger? Tumben banget loe perhatian sama gue” ucapnya tapi lebih
tepatnya sindiran.
“nggak
usah GR gue Cuma di suruh papa karena gue masih pengen hidup jadi gue turutin
permintaannya” yessss..... kamu benar-benar pintar Rio. alasan mu cukup masuk
akal. Batin ku
“kerjaan
gue belum siap” jawabnya jutek. sepertinya istriku sedang kesal. Hihihi
“loe
fikir kerjaan gue udah kelar?” jawabku lagi. lihat bagaimana aku bisa tenang
kalo begini. tingkat makan saja Ify benar-benar sulit. dan lihat raut mukanya
sangat serius. aku takut Ify drop seperti semalam.
“loe
kenapa jadi bawel gini sih?” sewot Ify. entah lah aku pun tidak tau jawabanya yang
aku tau aku harus benar-benar menjaga Ify saat ini
“gue
nggak bakalan bawel kalo loe nurut”
“ya
udah iya gue makan bentar lagi loe balik aja ke kantor gih katanya kerjaan loe
belum kelar” OMG penulis punya baygon nggak ya. sumpah pengen banget aku racuni
rasanya istri ku saat ini. Cuma makan aja susah banget gini. Lalu ku langkahkan
kaki ku untuk mendekat ke Ify
“loe
ikut makan sama gue sekarang apa nanti nunggu gue cium” ucap ku langsung sambil
menatap dalam mata Ify. aku lihat Ify langsung menutup mulutnya rapat-rapat
sambil menggeleng cepat.
“bagus.
harus nurut jadi istri” kata ku sambil menarik tangan kanan Ify meninggalkan
ruang kerjanya.
Aku
mengajak Ify untuk makan di restoran terdekat karena mengingat aku harus rapat
sama papa dan ayah setelah ini.
“Fy”
panggil ku di sela makan
“hem”
jawabnya berdehem
“loe
pulang seperti biasakan?” tanya ku memastikan karena aku ingin menjemputnya
“emang
kenapa?” tanya Ify
“gue
jemput loe lah” jawab ku sedikit kesal karena Ify sungguh bawel menurutku
“em....
nggak usah deh. mungkin gue nanti pulangnya agak terlambat” tolak Ify
“loe
lembur?”
“bisa
di bilang gitu”
“nggak”
bantah ku cepat. ku lihat Ify mengerenyit bingung
“tapi..”
“nggak
usah bantah gue” ucap ku telak. langsung membuat Ify bungkam.
IFY POV
Aku
duduk di sofa ruang kerja ku. Bingung. itu yang bisa ku katakan saat ini. sudah
dari semalam sikap Rio berubah. mulai dari lebih perhatian, sarapan di rumah,
ngajak makan siang bareng. Tidak
bukannya aku tidak senang. Tapi... ya kalian semua tau lah bagaimana
sikap Rio sebelumnya dan entah ada angin apa sekarang sikapnya mulai berubah.
Tapi aku nggak bisa nyangkal ada rasa nyaman saat semua sikap Rio mulai berubah
ke aku. Ya tuhan semoga ini menjadi awal yang baik buat rumah tangga ku dan
Rio.
No comments:
Post a Comment