Scenario Of Love (SOL)
Siska Friestiani @siskahaling
Dua bulan sudah hubungan ku terjalin manis dengan
Ify. sarapan bersama, makan siang bersama. bahkan sekarang Ify hampir setiap
hari ke kantor ku, awalnya aku berniat untuk menjemputnya setiap ingin kekantor
karena taxi tidak aman menurut ku. berbahaya, namun Ify menolak, dengan alasan
takut manggangu pekerjaan ku. so, aku hanya bisa menurutinya saja saat ini
karena sifat keras kepala ku tetap saja kalah jika berhadapan dengan sikap
keras kepalanya.
“Ceklekk”
ku dengar suara derit pintu terbuka. sudah aku tebak pasti Ify. karena hanya
Ify, papa dan ayah yang masuk ke ruangan ku tanpa permisi.
“Rio”
panggil Ify manja dan tiba-tiba langsung duduk di pangkuan ku. whyyy, ada apa
dengan Ify? kenapa sifatnya manja sekali. sangat berbeda dengan Ify biasanya yang sedikit pemalu
“Kamu
kenapa sayang?” tanya ku sambil mengusap kepalanya sayang
“Kita
nggak usah makan siang ya hari ini” pinta Ify. Mata ku langsung melebar
“NO”
tolak ku tegas. bagaimana bisa aku menuruti permintaannya yang satu ini
“Pleasee”
pinta Ify memasang jurus andalannya menangkupkan tangan nya di depan dada dan
memasang puppy eyes nya
“NO,
kamu harus makan sayang” tolak ku lagi. aku berusaha agar tidak terpengaruh
dengan tatapan matanya saat ini. karena jujur aku selalu saja luluh jika sudah
seperti ini
“Ishhhh”
ngambek Ify mengembungkan kedua pipi nya ingin rasanya aku mencubit gemas. tapi
aku urungkan, aku tau mood Ify saat ini sedang tidak bagus bisa makin marah
jika aku malakukannya
“Kamu
kenapa sih sayang?” tanya ku, heran baru kali ini Ify bertingkah seperti ini
“Ok,,,
tapi aku mau makan rujak aja” apa katanya? Rujak? astaga, dengan keadaan perut
belum di isi Ify mau makan rujak. tidak, maagnya bisa kambuh nanti.
“Nggak
aku nggak mau kamu makan rujak tapi perut kamu masih kosong, siap makan baru
kita makan rujak” tawar ku. sungguh aku khawatir dengan Ify saat ini
“Ok,
janji?” tanya Ify wajah nya terlihat bersemangat
“Janji”
jawab ku pasrah
***
Ify
tengah menyantap rujaknya saat ini dengan lahap, selesai makan siang tadi Ify
langsung menarikku ke kedai kecil pinggir jalan yang memang menjual berbagai
macam rujak
“Yo”
panggil Ify ku lihat rujak di piringnya hanya tinggal sedikit
“Iya”
jawab ku langsung karena dari tadi aku memang sedang memperhatikannya
“Aku
mau lagi” pinta Ify. Apa katanya? lagi?
“Nggak.
kamu udah habis satu porsi rujak dan aku nggak akan izinin kamu makan lagi”
jawab ku tegas
Pelit”
ucapnya. astaga aku benar-benar bingung sekarang dengan sikap Ify, aku tidak
mengizinkan karena aku takut maag Ify kambuh, apa lagi tadi Ify hanya makan
sedikit
“Udah
kita pulang. besok lagi” ucapku dan langsung menarik Ify menuju mobil
Diam.
Ify hanya diam selama perjalanan menuju butik. Ya aku berniat mengantarnya
kembali ke butik sekarang. Heyyy, apa Ify marah? Jujur aku takut jika Ify
benar-benar marah. tapi bagaimana lagi aku melakukan Ini semua untuknya.
“Aku
mau pulang” ucap Ify buka suara. Aku? Aku hanya mengangguk mengiakan. sepertinya
aku harus merayu nanti. Ify benar-benar marah.
Ify
langsung turun begitu saja ketika sampai di rumah. bahkan tanpa menunggu ku. huffttt,
ku hela nafas barat ku. lalu ku susul Ify yang sudah lebih dulu masuk rumah.
Aku langsung saja menuju kamar karena aku yakin Ify ada di sana. bingo!!!! Ify
ada di kamar dalam keadaan sedang terlelap. aku melangkahkan kaki ku untuk
mendekatinya. Aku pun mengikuti Ify tidur di sampingnya. Tidak berniat lagi
kembali ke kantor.
“Kamu
kenapa sayang? Bikin khawatir tau nggak” ucapku seolah Ify mendengarnya. Lalu
ku kecup puncak kepala Ify sebelum akhirnya aku pun tertidur.
********
Aku
terbangun dari tidurku saat ku rasa sesuatu hilang dari samping ku. benar,
kemana Ify? Apa sedang mandi? Tapi aku tidak mendengar suara gemericik air di
kamar mandi. Lalu kemana Ify. Aku pun bangun untuk mencari Ify. saat dekat
dapur aku mendengar suara di sana dan ku cium harum masakan. Ya, nggak salah
lagi pasti ini Ify yang sedang masak buat makan malam.
Ku
lihat Ify masih fokus ke acara memasaknya hingga akhirnya Ify membalikkan badan
dan menyadari aku ada di sini
“Ehhh,
udah bangun?” tanya Ify dengan senyum manis yang mengembang seperti biasa.
Aneh, apa Ify sudah tidak marah? Bodo deh bukannya ini lebih baik?
“Udah,
mmm, wangi banget. kamu masak apa?’ tanya ku dan langsung mengambil posisi
duduk di meja makan
“Semur
ayam kesukaan kamu *ngarang :p* ” jawab Ify sambil mengambilkan makanan untukku
“Makasih
sayang” ucapku dan hanya dapat anggukan dari Ify. Aku masih asyik menyantap
makanan ku. hingga akhirnya aku sadar Ify tidak mengambil makanannya. malah
asyik memakan buah apel
“Kamu
nggak makan?” tanya ku sambil menatap Ify yang masih asyik menyantap buah
apelnya
"Enggak
laper, lagian ini aku lagi makan kan?” jawab Ify sambil menunjukkan apelnya
yang sudah Ify makan beberapa gigitan
“Ck,
kamu harus makan Ify” ucap ku, sambil mengambilkan nasi untuknya.
“Nggak
mau, aku nggak laper Rio” tolak Ify lagi dan lagi
“Harus
pokoknya aku suapin deh” tawar ku. ku lihat Ify sedikit berfikir
“Em,
iya deh” jawab Ify dan membuat ku tersenyum senang mendengarnya. Aku dengan
telaten menyuapi Ify hingga ku tinggalkan makanan ku yang masih tersisa.
“Udah
Yo” tolak Ify saat baru tiga suap yang masuk ke perutnya
“Satu
lagi” pinta ku menyodorkan sesendok nasi
“Nggak
mau” Tolak Ify dan malah memakan apel nya lagi. ya ampun sejak kapan Ify maniac
sama buah. dari tadi siang hanya buah-buahan yang masuk keperutnya. Namun
tiba-tiba Ify langsung berlari ke wastafel yang tidak jauh dari dapur sambil
menangkup mulutnya. Aku pun dengan langkah tergesa mengikuti Ify.
“Huekkk...
huekkk” terdengar suara muntah Ify dan membuat ku langsung mempercepat langkah
ku
“Huekkk...
huekkk” Ify masih berusaha memuntahkan isi di dalam perutnya, ya sedikit nasi
dan apel yang Ify makan tadi sempat keluar lagi. ada apa dengan Ify? Ya tuhan
jangan terjadi apa-apa dengan istriku. Aku pun memilih untuk membantu memijit-mijit
tengkuknya.
“Kamu kenapa sayang?
sakit? Kita ke rumah sakit ya?” ucap ku masih terus memijat tengkuk Ify. ku
lihat Ify menggeleng pelan
“Nggak papa Yo, huekkkk”
nggak papa katanya. aku benar-benar khawatir sekarang Ify bodoh.
“Gimana aku mau percaya
kamu nggak papa, kamu muntah-muntah gini” ucap ku kali ini menyandarkan kepala
Ify ke dada ku dan ku usap keringat yang keluar di dahi nya kerena acara
muntah-muntahnya tadi
“Ke kamar aja Yo, aku Cuma
mau istirahat” ucap Ify lemas, lihat wajahnya terlihat pucat. Aku mengangguk mengiakan
keinginannnya. aku membopong Ify ke kamar menidurkan tubuhnya di tempat tidur
lalu kutarik selimut untuk menyelimuti tubuhnya aku pun ikut tidur di
sampingnya sambil merengkuh tubuhnya
******
Pagi ini aku bangun lebih
awal. Aku memandangi wajah damai Ify yang sedang terlelap dalam tidurnya. Sejak
tadi malam Ify masih muntah-muntah
hingga membuat jam tiga tadi Ify baru tertidur. Kondisi seperti ini yang sangat
aku khawatirkan
Aku membelai wajah Ify.
tangan ku, ku ulurkan untuk membelai pipinya. Ify benar-benar seperti malaikat
jika sedang terlelap seperti ini. Wajah Ify yang terlihat pucat namun tidak
sedikit pun melunturkan kecantikannya.
Belaian tangan ku di pipi
Ify terhenti saat ku lihat tidur Ify sedikit terusik karena ulahku. Ify
melenguh pelan sebelum membuka ke dua matanya.
“Rio” aku tersenyum lalu
ku usap lagi pipinya pelan
“Pagi sayang” ku lihat Ify
tersenyum walau terlihat sedikit lemah
“Pagi” jawab Ify
“Udah enakan?” tanya ku ke
Ify. Aku lihat Ify memejamkan matanya sesaat, lalu menggeleng pelan
“Badan ku masih terasa
lemes banget” jawab Ify dan aku percaya itu jawaban jujurnya. karena aku lihat
pun seperti itu. lalu Ify mencoba untuk duduk.
“Arghhhh” erang Ify pelan.
membuat ku seketika panik
“Kamu nggak papa?” tanya
ku panik, Ify memejamkan matanya, sebelah tangannya menompang kepalanya yang
aku rasa terasa sakit, dan kening Ify mengkerut menahan sakit.
“Kita ke rumah sakit” ucap
ku yang udah nggak tahan lagi melihat keadaan Ify sekarang
“Aku nggak papa Yo” tolak
Ify. dan tangannya di gunakan untuk menahan tanganku saat aku hendak beranjak dari
tempat tidur
“a\Aku Cuma sedikit pusing
Yo, nggak usah khawatir, sedikit istirahat juga akan sembuh” astaga, Ify aku
benar-benar khawatir melihat kondisinya seperti ini dan dia bilang apa? Nggak
usah khawatir? Jangan gila kamu Ify
IFY POV
Aku tau saat ini Rio
menahan semua ego nya untuk mengikuti permintaan ku agar tidak pergi ke rumah
sakit. tapi sungguh aku tidak mau Rio terlalu mengkhawatirkan ku. lagi pula
sudah aku katakan dari awal bukan aku tidak suka dengan bau rumah sakit
Aku tersenyum tipis,
mengabaikan sakit kepala ku yang sangat amat menyiksa, aku sendiri juga tidak
tau kenapa dengan kondisi tubuh ku saat ini. Aku mengusap lembut pipi Rio.
tidak aku hiraukan raut marah di wajahnya.
“Aku nggak suka bau rumah
sakit, kamu tau kan? Aku Cuma butuh istirahat dan kamu temenin aku saat ini itu
sudah cukup untuk aku” ucap ku lagi, ku lihat Rio menghela nafasnya. aku tau
sekarang\ Rio harus mengalah lagi untuk menuruti keras kepala ku.
“Huekk” Tiba-tiba aku
merasa perut ku sangat mual, aku menutup mulut ku dengan tangan kanan ku
sedangkan tangan kiri ku, aku gunakan untuk mencengkaram lengan Rio
“Fy, kamu nggak papa?’
tanya Rio dengan nada panik. mungkin kerena cengkraman tangan ku di lengannya.
Aku tidak menjawab melainkan berlari dan berusaha menuju kamar mandi kamar
kami. Aku langsung memuntahkan isi perut ku di wastafel kamar mandi, namun
tidak ada yang aku keluarkan.
Aku rasa tangan Rio
memijit pelan tengkuk ku, untuk membantuku mengeluarkan isi perut ku yang
nyatanya tidak ada yang keluar. Aku mencengkaram wastafel kuat dengan tubuh
yang sudah bergetar. mencoba menahan berat tubuh ku saat ini. Dan aku rasa aku
akan jatuh jika tangan Rio tidak menyanggah tubuh ku saat ini.
“Kita ke rumah sakit” ucap
Rio dengan nada datar dan tenang, tapi aku tau saat ini Rio sedang tidak ingin
di bantah.
“Aku nggak pa...”
“Demi tuhan Ify aku nggak
mau di bantah sekarang” ucap Rio dengan nada yang lebih tinggi. Rahangnya
mengatup keras dan sekarang benar-benar nggak bisa di bantah
RIO POV
“Demi tuhan Ify aku nggak
mau di bantah sekarang” ucap ku dengan nada bicara yang lebih tinggi, bagaimana
tidak Ify tetap menolak aku bawa ke rumah sakit. ‘aku nggak papa Rio’ aiiishhhh
masih sempat-sempatnya Ify bilang dia nggak papa padahal sekarang berdiri saja
tidak mampu jika aku tidak menyanggah tubuhnya, jadi bagaimana mungkin aku bisa
percaya kalau sekarang dirinya sedang tidak apa-apa.
“Aku nggak papa Yo, ok
kita ke rumah sakit kalo besok kondisi aku belum juga baikan, gimana?” tawar
Ify
“Lebih cepat, lebih baik
sayang” bantah ku lagi
“Pleaseee” ok, aku akan
luluh jika sudah begini, kenapa Ify selalu seperti ini, hingga aku tidak bisa
untuk menolak semua permintaannya. akhirnya aku mengangguk walau aku tidak
begitu yakin, ku lihat Ify tersenyum, mungkin senang karena berhasil meluluhkan
ku lagi saat ini
“Tapi kalau besok kamu
masih seperti ini aku sendiri yang akan langsung membawa kamu ke rumah sakit.
Ngerti?” ucap ku lagi setelah aku sudah
bisa mengontrol rasa kesal ku ke Ify karena sikap keras kepalanya
“Hemm. Ok” jawab Ify lemah
dan yang sampai saat ini masih bersandar di dada ku, karena untuk berdiri saja
Ify akan limbung tanpa sandaran.
Aku mengangkat Ify ke
tempat tidur, dengan hati-hati aku merebahkan Ify ke tempat tidur, setelah itu
aku menarik selimut untuk menghangatkan tubuh Ify.
“Yo” panggil Ify
“Ya” jawab ku
“Sini” ucap Ify sambil
menepuk-nepuk tempat tidur di sampingnya, aku tersenyum dengan sikap manja Ify
lalu aku pun tidur di samping Ify sambil memeluknya, mengusap punggungnya
lembut untuk memberikan rasa nyaman
“Jangan bikin aku khawatir
lagi ngerti?”
“Hemm”
“Kamu harus janji besok
kalau kamu masih seperti ini kita ke rumah sakit”
“Hemm” jawab Ify dari tadi
hanya dengan deheman. Aku masih menemani Ify, sampai akhirnya aku mendengar
dengkuran halus yang berarti Ify sudah tidur. Aku melepaskan pelukan tangan Ify
di pinggang ku dengan hati-hati, takut jika nanti akan mengusik tidurnya, lalu
ku ambil handphone ku di atas nakas, menghubungi seseorang.
“Hallo yah” sapa ku ketika
sambungan telefon ku terhubung
“..............”
“Yah, tolong ayah sama
papa nanti handle dulu pekerjaan Rio hari ini ya yah, Rio nggak bisa ke kantor
sekarang Ify sakit”
“.............”
“Rio juga kurang tau yah,
tapi dari semalam Ify mual-mual aja, Rio bawa ke rumah sakit juga nggak mau”
“.........”
"Iya, makasih ya yah, Rio tutup dulu telfonnya yah”
ucap ku memutuskan sambungan telefon ku, ya, tadi aku menelfon ayah, aku rasa
aku tidak perlu menjelaskan kenapa aku memilih menelfon ayah dari pada papa.
BERSAMBUNG.....
No comments:
Post a Comment