Love Story Of Twin Brother's
Siska Friestiani @siskahaling
Udah berapa lama ges gue ngaret?
ckckc, udah ahhh, gue mau langsung aja gak tau mau ngomong apa, di komen silahkan, gak juga gak papa.
happy readinggg gesssss :)
********
Gabriel
dan Deva masih duduk di sofa ruang tamu. Tangan Deva dari tadi memutar-mutar
remot tv sambil menatap lurus ke depan
memilih untuk menikmati acara tv-nya saat ini. Gabriel? Entah lah dari
tadi dirinya gelisah sendiri, takut-takut jika Ify tidak suka dengan
kejutannya. Gabriel kembali melihat jam tangan yang melingkar ditangnnya, setelah
itu berdecak kesal saat kue yang dari tadi tunggu tak juga datang.
“Dev”
Gabriel mencoba memanggil Deva yang dari tadi asyik dengan dunianya sendiri.
Namun sepertinya panggilan Gabriel berusan tidak berpengaruh buat bocah bermata
belo ini.
“Deva”
kembali Gabriel memanggil dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Deva sendiri
menatap kesal ke Gabriel saat acara menontonnya terganggu.
“apaan
sih kak?” tanya Deva kesal menatap Gabriel ogah-ogahan
“kue-nya
kapan datengnya sih? Udah jam berapa ini” curhat Gabriel membuat Deva melengos
untuk yang kesekian kalinya, bahkan telinganya sudah terasa panas mendengar
pertanyaan Gabriel yang itu-itu saja dari tadi.
“loe
nanya sekali lagi, habis itu loe dapat piring cantik kak dari gue” sinis Deva tak
lupa dengan tatapan kesalnya. Gabriel sendiri hanya mengerucutkan bibirnya. Apa
Deva tidak tau bagaimana hatinya saat ini. Ini sama saja seperti menunggu waktu
kapan malaikat maut menjemputnya rasanya.
“Loe
kapan sih bi—“
“Brakkkk”
baik Deva maupun Gabriel langsung membalikkan kepalanya dan menatap shock sosok
yang saat ini sedang berdiri di depan pintu rumah.
“Ify
/ kak Ify” lirih Gabriel dan Deva kompak. Namun tak berapa lama Gabriel dan Deva
sedikit bingung dengan Ify saat ini. Mata memerah dan sedikit bengkak, dan tak
lupa air mata yang mengalir di sudut matanya. Serta dandanannya yang sudah
berantakan. Banyak pertanyaan yang berkecamuk di fikiran mereka saat ini.
Sedangkan Ify tubuhnya hanya bisa mematung saat ini saat melihat ruang tanu
rumah ini terlihat berbeda dari biasanya. Banyak balon-balon yang tersusun rapi
di dinding, pita-pita juga tak kalah membuat ruangan ini terlihat lebih meriah.
Lalu tulisan “Happy Birthday Alyssa” juga tertempel di dinding dengan rapi
disana.
Ify
diam sejenak mengingat tanggal berapa sekarang, setelah ingatannya kembali Ify
hanya bisa merutuki kebodohannya saat dirinya lupa dengan tanggal ulang
tahunnya sendiri.
“Loe
kenapa Fy?” lihat? Bahkan Ify sendiri tidak tau sejak kapan Gabriel dan Deva
sudah berdiri di hadapannya dan melontarkan pertanyaan tiga kata itu. Ify hanya
menjawab dengan gelengan lemah dan setelah itu menundukkan kepalanya.
“terus
kenapa loe nangis?” Gabriel bahkan sepertinya lupa bahwa rencananya telah gagal
saat ini. Pikirannya sekarang hanya tertuju ke Ify yang tiba-tiba datang dengan
wajah tak mengenakkan.
“gue
gak papa kok. O iya ini semua apa maksudnya?” tanya Ify mengelihkan topik
pembicaraan. Mendengar pertanyaan Ify barusan baik Gabriel maupun Deva memasang
wajah kecewanya.
“Maaf
kak” Ify mengerutkan dahinya mendengar ucapan maaf adiknya itu.
“loe
berdua kenapa sih? Buat gue bingung tau gak?” bagaimana Ify tidak bingung Deva
malah mengucapkan maaf untuk pertanyaannya tadi.
“kejutannya
gagal Fy” lirih Gabriel menunduk membuat Ify tertawa terbahak-bahak saat itu
juga. Sepertinya melihat wajah kecewa Gabriel dan Deva membuat dirinya lupa
dengan masalahnya dengan Rio tadi.
“hahahahahha”
perlahan Gabriel dan Deva mendongakkan kepalanya saat mendengar tawa Ify. Apa
ada yang lucu? Pikir mereka berdua
“lucu?”
sinis Deva menatap wajah Ify kesal. Ify yang sudah melihat tatapan Deva sekuat
tenaga meredam tawanya.
“haha,
banget Dev, lucu banget. Baru ini gue lihat ada orang gagal buat kejutan. Haha”
jawab Ify di sela-sela tawanya, tangan kanannya sudah memegang perutnya yang
sudah terasa sakit karena tawanya.
“sorry
Dev, yang gagal rencana loe. gak buat rencana gue” timpal Gabriel. Sedangkan
Deva sendiri sudah memanyunkan bibirnya, bagaimana tidak, Gabriel tidak mengakui
ini acaranya kerena telah gagal seperti ini. Padahal dari radi dirinya yang ngotot
masalah kue tar yang tak kunjung datang.
“kak
Rio mana?” tanya Deva celingukan mencari sosok Rio, bukankah seharusnya saat
ini Ify pulang bersama Rio? Ify kembali merasakan sesak saat nama itu tiba-tiba
terdengar lagi di telinganya
“oh,
Rio? Rio tadi Cuma bisa sampai gerbang karena ada yang mau di beli di swalayan
katanya” bohong Ify dan mendapat anggukan dari keduanya
“o
iya, Happy Birthday kak Ify, semoga loe gak rese lagi, gak bawel lagi, gak jadi
kakak durhaka lagi, gak suka marah-marah lagi, gak—“
“loe
niat buat doain gue apa niat bikin gue darah tinggi sih?” kesal Ify, bagaimana
mungkin dirinya mendapatkan adik yang begitu menyebalkan ini?
“hehehe,
ini kak kado dari gue” Deva menglurkan tangannya di hadapan Ify yang sedang
nenggenggam kotak biru tocca dengan pita berwarna merah muda di atasnya. Ify
mengambangkan senyumnya saat menerima kado dari adik menjengkelkannya itu.
Ralat, khusus hari ini adik perhatiannya itu.
“cissss.
Kado dari loe kalau yang belinya pakai uang loe. lah loe malak gue buat beli tu
kado jadi dari gue dong” timpal Gabriel tak terima dengan ucapan Deva barusan.
Deva yang baru beberapa detik mengembangkan senyum saat melihat raut bagahagia
dari wajah kakakknya tiba-tiba saja langsung hilang bagai di telan bumi saat
mendengar pernyataan Gabriel barusan.
“yakkkkk!!!
Speechless gue dengernya kak. Pernyataan loe ada yang lebih menyayat hati?”
Deva udah gedek sendiri sama Gabriel. Pasalnya kado itu memang dari uang yang
di minta Deva dari Gabriel, dengan alibi Deva mau menerima Gabriel menjadi
kakak iparnya, membuat Gabriel dengan kerelaan hatinya memberikan uang untuk
Deva.
“hehehe”
kekeh Gabriel. Sebenarnya bukan masalah buat Gabriel memberikan uang itu untuk
Deva, bahkan setiap haripun Deva memintanya pastiakan dia berikan. namun entah
kenapa Gabriel selalu ingin terus membuat bocah bermata belo itu kesal atau pun
marah karena ulahnya. Ify sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah
keduanya
“bom
gak ni?” tanya Ify dengan wajah tak berdosanya tak lupa tangannya membolak-balik
kado itu. Deva yang mendengar hanya bisa speechles untuk yang kesekian kalinya
“yakkkkkk!!!
Loe berdua bisa gak sih gak bikin gue gedek mulu, gak loe kak Ify gak loe kak
Iyel, loe berdua itu. Isshhhh sumpah pengen gue gantung rasanya loe berdua di
tiang jemuran pak somat, terus gue cincang-cincang buat makanan kucing” Deva
terus saja mengomel tak jelas. Bahkan tidak sadar bahwa Gabriel dan Ify sudah
pergi entah kemana dan di gantikan oleh Rio yang menatapnya dengan tatapan
bingung sekaligus cengo melihat tingkah Deva saat ini.
“loe
gak papa kan Dev?” Rio refleks mengulurkan tangannya untuk sampai ke kening
Deva, lalu menempelkan tangnnya di sana. Memeriksa takut-takut ada otak Deva
yang salah hari ini.
“gak
mulai kak, udah darting gue hari ini. Loe kanapa baru dateng. Loe tau
kejutannya gagal” lapor Deva menggebu-gebu, tidak menyadari bagaimana perubahan
ekspresi Rio saat ini.
“kenapa
bisa?” tanya Rio berusaha sebiasa mungkin, berusaha setenang mungkin maksudnya.
“kak
Ify datang di waktu kue-nya belum datang. O iya loe belum jawab pertanyaan gue,
kenapa loe baru datang kak? Kenapa kak Ify pulang sendiri?” Deva langsung
bertanya berbondong-bondong ke Rio, tidak perduli bagaimana Rio saat ini.
Bukannya menjawab Rio malah melangkahkan kakinya menuju sofa, lalu mendaratkan
bokongnya di sana setelah itu menyadarkan kepalanya di sandaran sofa. Mau tak
mau Deva menyusul Rio yang sudah terlebih dahulu ke sofa. Terjadi keheningan
beberapa saat. Sebelum akhirnya terdengar suara Rio buka suara
“gue
udah kasih tau Ify Dev” ucap Rio namun masih dengan posisi yang sama. Namun
jawaban Rio membuat Deva malah bingung sendiri.
“kasih
tau apa kak?” tanya Deva meminta penjelasan lebih
“gue
udah kasih tau Ify kalau gue cinta sama dia” jelas Rio. Deva yang mendengar
membelalakkan matanya lebar-lebar.
“beneran
kak? Sumpah? Huwaaaa!!! Loe berdua udah jadian dong? PJ-nya kak Pj-nya jangan
lupa” cerocos Deva kemana-mana. Tanpa mendengar lebih lanjut penjelasan Rio,
Deva sudah menyimpulaknnya sendiri, dan kalian semua tau kan. kesimpulan Deva
salah total.
“gak
sesimpel itu Dev” ucap Rio lagi. Nadanya masih terdengar lirih dan terdengar
nada bersalah di sana.
“maksud
loe kak?” Rio menarik nafasnya panjang-panjang setelah itu ia keluarkan lagi
secara perlahan, lalu Rio menegakkan badannya dari samdaran sofa. Sepertinya
hari ini dirinya harus panjang lebar bercerita kepada bocah belo di depannya
ini.
“gue
udah kasih tau ke Ify kalau gue cinta sama dia, bagaimana perasaan gue selama
ini ke Ify, gue udah kasih tau semua. Termasuk gue yang harus merelakan Ify
untuk Gabriel karena Gabriel juga cinta sama Ify” di akhir kalimat Rio
mengucapkkannya dengan sangat lirih. Namun suara lirih itu masih terdengar oleh
Deva, membuat Deva langsung merubah tatapannya tadi menjadi tatapan yang
sangat-sangat tajam untuk Rio
“Loe
Gila kak, loe ngomong cinta ke kak Ify tapi akhirnya loe jatuhin kak Ify bahkan
langsung ke jurang yang paling dalam” Deva mulai emosi sekarang bagaimana tidak
Rio sangat-sangat keterlaluan menurutnya. Kakaknya saat ini pasti sakit hati.
Heyyy, kalian fikir setelah mendengar peryataan cinta dan bahkan belum ada
jawaban namun orang itu sudah melepas kalian buat orang lain. Hahaha, bahkan
mungkin orang gila akan marah jika di perlakukan seperti itu. Sedangkan Rio
hanya bisa diam dan menunduk mendengar emosi Deva sekarang.
“Gue—“
“Gue
gak mau bikin Gabriel sakit hati. Itu kan yang mau loe bilang kak? Bahkan hampir
setiap hari loe bilang itu ke gue. Terus loe gak mikirin perasaan kak Ify kak?
Hahaha. Gak tau gue sama jalan fikiran loe. loe tau? Loe orang yang gak bisa
pertahanin apa yang seharusnya jadi milik loe”
DEGHHH
Pernyataan
Deva berusan membuat Rio terdiam lagi. Pernyataan itu sama persis dengan apa
yang Ify ucapkan ke dirinya bahkan kembali mengingatkan Rio bagaimana
menyedihkannya wajah gadis manis itu tadi. Dan rasanya sama sakitnya saat
pernyataan itu keluar dari mulut Ify atau pun Deva
“huftttt.
Sekarang terserah loe kak, gue gak tau lagi kek mana mau kasih tau loe. semua
keputusan juga ada di tangan loe” tambah Deva dan langsung beranjak dari sana.
Deva sendiri tidak mau semakin emosi karena berlama-lama melihat Rio saat ini.
Bukan Deva bukan marah sama Rio, namun entahlah.
“o
iya kak” Deva kembali menghentikan langkahnya
“hari
ini kak Gabriel mau nembak kak Ify” sambung Deva lalu embali melanjutkan
langkahnya. Rio? Dirinya benar-benar merasa seperti orang bodoh sekarang. Tidak
tau apa yang harus ia lakukan. Bahkan dari tadi dadanya masih terasa sesak,
seakan oksigen tidak ada yang mendekat kepadanya.
********
Ify
hanya bisa diam mematung untuk kedua kalinya setelah kejutan yang dirinya
terima di ruang tamu tadi, meskipun yang tadi bisa di bilang gagal. Tapi untuk
yang ini dirinya hanya bisa diam tak bisa bicara apa-apa. Pasalnya Gabriel
mengubah halaman belakang rumah menjadi... entah lah, Ify sendiri tidak bisa
mengungkapkannya. Gabriel yang melihat Ify hanya diam pun perlahan menarik
lembut tangan Ify dan membawanya ke gazebo yang sudah Gabriel sulap menjadi
lebih indah.
“Loe
suka?” tanya Gabriel saat ke duanya telah duduk bersebelahan di kursi panjang
gazebo. Ify hanya menjawab dengan anggukan kepala dan senyum manisnya.
“Fy”
“Ya”
jawab Ify kini mengalihkan tatapannya ke arah Gabriel yang sedang berada di
sebelahnya. Ify hanya mengkerut kening saat Gabriel tidak menjawab tapi malah
menatapnya lekat. Sedikit Ify merasa salting sendiri membalas tatapan Gabriel.
“Gue
Cinta Sama Loe” empat kata itu tiba-tiba saja keluar dari bibir Gabriel setelah
beberapa saat hening antara keduanya, yang membuat Ify lagi-lagi diam. Tak bisa
bicara apa-apa.
“loe—“
“Loe
mau jadi pacar gue?” Gabriel langsung memotong ucapan Ify. Membuat Ify kembali
tak bisa berbuat apa-apa. Dirinya memang sudah tau kalau Gabriel menyukainya,
tapi yang membuuat Ify shock dirinya tidak menyangka Gabriel mengungkapkannya
secepat ini. Ingin Ify tertawa rasanya untuk menertawakan nasib dirinya. Tepat
di hari ulang tahunnya, dirinya
mendapatkan dua kejutan sekaligus. Entah lah dirinya sendiri bingung harus
senang atau sedih saat ini. Semua rasa di hatinya terlalu sulit untuk di
gambarkan.
Ify
kembali menatap mata bening Gabriel yang tidak jauh berbeda dengan mata indah
Rio. Yah, wajar mereka berdua kembar. Namun Ify tidak menemukan apa-apa selain
kejujuran disana. Tidak ada sama sekali candaan di mata Gabriel. Ohhh god, apa
yang harus Ify lakukan sekarang? Menerima Gabriel? Toh percuma dirinya tolak,
orang yang ia cintai juga tidak bisa mempertahankannya. Apa sekarang ia harus
menolak saat ada orang yang benar-benar mencintainya. Lagi pula bukankah ini
keinginan Rio? Dirinya pun sudah berjanji untuk melakukan keinginan Rio untuk
bersama Gabriel.
Gabriel
sendiri sudah panas dingin menunggu jawaban Ify. Keringat dingin pun sudah
keluar membasahi pelipisnya. Ini seperti menunggu tahanan yang akan di tembak
mati. Bahkan meungkin lebih menegangkan.
“iya
Yel” Ify mengabil nafasnya panjang sebelum akhirnya jawaban itu terlontar dari
bibirnya. Gabriel sendiri terkejut saat mendengar jawaban Ify. Dirinya tidak
salah dengar bukan? Atau Gabriel hanya sedang berhalusinasi sekarang? Tapi
sepertinya tidak. Ini benar-benar nyata. Bahkan terasa sangat nyata.
“benaran
Fy?” tanya Gabriel memastikan. Dan hanya di balas anggukan kepala oleh Ify.
Detik itu juga Ify sudah berada dalam dekapan Gabriel. Ify sendiri terkejut
saat menerima pelukan dari Gabriel yang sangat tiba-tiba itu. Namun Ify memilih
diam, tidak berniat membalas pelukan Gabriel
“makasih
sayang” ucap Gabriel lagi. Dengan posisi masih dalam dekapan Gabriel.
“aku
janji Fy, aku gak akan biarin kamu disakitin oleh siapa pun termasuk aku
sendiri. Bahkan aku akan hukum diri aku sendiri kalau aku yang melakukannya”
ingin rasanya Ify tersenyum bahagia mendengar kata-kata romantis ini. Tapi
entah kenapa terasa susah saat bibirnya iya coba untuk tersenyum. Akhirnya Ify
hanya mampu membalas dengan anggukan kepala saja. Gabriel yang merasa anggukan
di dadanya membuat senyumnya semakin mengembang. Dirinya masih tidak percaya
bahwa Ify benar-benar menjadi miliknya sekarang.
“loe
pantes buat dapatin orang yan berani mempertahan kan loe Fy, bukan orang
seperti gue yang gak bisa pertahanin apa yang seharusnya jadi milik gue. Maafin
gue Fy, dan gue harap loe bahagia sama Gabriel. Biarin gue yang nyimpan rasa
ini Fy. Rasa yang mungkin akan terus menjadi milik loe” Rio melangkah
meninggalkan tempat yang beberapa menit yang lalu menjadi saksi bisu antara
Gabriel dan Ify. Mungkin sebaiknya begini. Dirinya mengalah lagi dan membiarkan
orang-orang yang dia sayang bahagia.
BERSAMBUNGGGG.....
No comments:
Post a Comment